Chapter 3

875 122 58
                                    

FANFIC BERDASAR SEJARAH, TIDAK BERMAKSUD MENYINGGUNG SIAPA - SIAPA.

Tahun 1511 M

"Hah? Apa Portugis?" Nusa kecil yang kebingungan itu langsung meminta Portugis untuk mengulang perkataannya.

"Rempah rempah... Kamu kan pulau rempah - rempah, nah aku hanya mau memintamu menjualnya kepadaku," Jawab Portugis.

Apa tidak tambah lagi kebingungan Nusantara kecil. Tentu saja ia agak bingung dengan permintaan teman barunya. Apa yang mau dia jual? Bagaimana caranya?

Melihat Nusantara yang hanya memiringkan kepalanya ke samping tanda tak mengerti, Portugis menghela nafasnya sambil menggelengkan kepalanya.

Ia lupa. Tentu saja Nusantara yang masih kecil belum diajarkan untuk berdagang dan berbisnis. Ayahnya juga masih berkuasa kok di buminya.

Beda lagi dengan dirinya yang telah dipersiapkan kian oleh sang Pai (ayah) untuk menggantikan dirinya mengelola negara/kerajaannya sejak usia dini. Ia sudah dididik untuk meyakinkan negara atau kerajaan lain untuk mempercayakan perdagangan terhadapnya.

Tiba - tiba ia tersenyum sendiri. Kalau model - an kayak Nusantara begini mah, pasti nggak susah lah ya memengaruhinya.

"Portu! Apa maksudmu bumbu - bumbu di dapur yang buat masak itu ya?" Nusantara mengatakannya dengan yakin, beserta matanya yang berbinar - binar.

"D_dapur? Kamu menyimpannya di dapur?" Tanya Portugis tak percaya.

"Benar ya?? " Nusantara masih menunggu jawaban sang teman.

Portugis mengangguk.

"Iya! Kami menyimpannya di dapur. Di keraton ibunda banyak kok! " Nusantara berkata.

Portugis terdiam. Ayahnya benar benar hebat dalam mencari tempat berdagang. Sedangkan ia di sana harus menyimpan rempah - rempah berharga tersebut didalam gudang agar tidak habis dimakan keluarga besarnya.

Benar - benar pulau rempah. Andai kata dia juga mempunyai India...

Hhh.. Sayang sekali, ayahnya sudah keduluan dengan om Inggris. Tapi siapa peduli! Ayahnya sekarang bisa memiliki tempat berdagang yang bisa dibanggakan ke seluruh dunia juga!

"Hei! Portu suka melamun ya? Hati - hati lho... " Nusa yang menyadari bahwa teman barunya ini senang melamun menegurnya. Habis adiknya yang bernama Jambi juga sering melamun, pasti selalu kena tegur sama ayahnya kalau nggak ibunya.

"Ah! Maafkanku Nusantara. Tetapi rasa - rasanya kita hanya berbicara di sini saja. Maukah kamu memperkenalkan pulau - pulau ini kepadaku?" ucap Portugis setelah tersadar dari lamunannya.

Mata Indonesia berubah menjadi berbinar - binar lagi. Ia segera menggenggam tangan Portugis dan menariknya sambil berlari. 

"Aku kira kau tidak akan pernah bertanya!" ucap Nusa kecil diselingi dengan cekikikan imutnya. Ia menarik tangan Portugis menuju halaman belakang dari keratonnya yang megah dan besar.

Portugis memandangi pemandangan di sekelilingnya. Keraton yang besar dan megah dengan corak - corak arsitektur yang tak tertandingi indahnya. Berbagai macam candi yang terletak pada setiap sudut area keraton tersebut. Bunga - bunga dan segala tanaman yang menambah kesan anggun tumbuh dengan rapi dan subur di tamannya.

Ia tiba - tiba saja melihat sebuah bunga yang menarik perhatiannya. Bunga kecil berwarna putih bersih, berbau wangi yang memabukkan indera penciuman dan tentu saja, indah. Namun yang berhasil menautnya bukan karena hal tersebut, tetapi karena bunga tersebut tumbuh di sebuah tempat istimewa yang terjaga dengan sangat baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

▀▄▀▄ιη∂σηєѕια'ѕ нιѕтσяу▄▀▄▀ (𝕮𝖔𝖚𝖓𝖙𝖗𝖞𝖍𝖚𝖒𝖆𝖓𝖘)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang