part 03

6K 42 0
                                    

Rania POV.

Aku terbangun dari tidur ku, sekarang sudah waktunya untuk shalat subuh, mata ku tak lepas dari wajah tenang suami ku yang sedang terlelap.

Damai, rasanya aku ingin memandangnya setiap saat seperti ini, aku menyentuh setiap inci bagian wajahnya aku berharap setelah semua ini dia tidak akan mangabaikan ku.

"Sudah puas?" Aku tersentak kaget, sejak kapan dia sadar dalam tidurnya, oh tidak aku merasa ke geep sedang memandangi wajah suamiku yang tampan ini.

"Aku tau aku ganteng sayang," ucapnya dengan percaya diri.

"Pede banget kamu," sindir ku.

"Ya memang itu kenyataannya, babe,"

"Sudahlah ayok shalat subuh," ajakku mengalihkan pembicaraan yang sudah ngawur.

Kami pun mengambil air wudhu secara bergantian, setelah itu aku memakai mungkena dan mas Damian memakai sarung dan pecinya.

Kami pun shalat bersama dengan aku yang menjadi makmumnya sebagai mana suami istri diwajibkan.

Setalah menjalankan 2 rakaat dengan mas Damian menjadi imamku.

Dia berbalik badan, aku mencium tangannya, dia balas mencium keningku, nikmat mana lagi yang engkau dustakan, ini adalah kebahagiaan yang sangat sederhana tapi sangat berasa.

"Aku mencintaimu mas, aku akan berjuang melewati cobaan ini"-batinku.

* * *

Author POV.

Rania sedang berkutat dengan alat masaknya didapur, ia sedang menjalankan tugas nya sabagai istri.

Mereka sudah pindah kerumah mereka, sejak kapan? Sejak acara pernikahan itu selesai, Damian memutuskan untuk pisah rumah oleh orang tuanya.

Awalnya ibu Damian menolak, ia takut menantu ke sayangannya itu disakiti oleh Rania, tapi bahkan Rania tidak mempunyai niat seperti itu.

Bahkan sebelum mereka pergi mertuanya itu -sebut saja Bu Lina. Memperingati Rania ia berkata...

'lihat saja, kalau kau menyakiti menantuku dan calon anaknya, aku pastikan kau tidak akan bertemu lagi dengan Damian' itu adalah perpisahannya dengan Rania.

Lain halnya dengan menantu barunya, ia memeluknya dengan hangat memberikan kecupannya pada wanita itu.

Aku memasakkan makanan kesukaan mas Damian, entah kemana istri kedua mas Damian, mungkin belum bangun tidur.

Dan aku tau, mas Damian melanjutkan tidurnya karena sedang mengambil cuti selama satu Minggu.

Setelah selesai memasak Rania memanggil damian untuk sarapan.

Sampai dikamar.

Namun, di kamar tidak ada keberadaan Damian, entah dimana ia, atau mungkin menemui istri barunya, ah sudahlah.

Helaan nafas terdengar dari seorang Rania, mencoba bersabar dalam menghadapi situasi ini, bukan hanya bersabar tetapi juga harus mengerti bahwa Damian bukanlah miliknya seorang, ada orang yang lebih membutuhkan perhatian Damian dibanding diri nya, mulai sekarang Rania harus terbiasa dengan keadaan yang terbagi ini, dengan perhatian yang dulunya hanya miliknya seorang.

Sekarang sudah berbeda. Ia harus berbagi miliknya dengan mau tak mau.

Berusaha ikhlas dan menjadi istri yang terbaik untuk Damian.

Ah ya, sekarang bukan waktunya bersedih - sedih, sampai lupa bahwa ia mempunyai janji dengan sahabatnya itu siang ini.

Dengan segera Rania membersihkan dirinya karena badannya sudah lengket dengan keringat.

Setelah selesai ia segera memekai outfitnya yaitu, celana bahan, kemeja serta kerudung pashmina senadanya, dan aksesoris lainnya yang ia perlukan.

Rania POV.

"Aku harus izin dengan mas Damian dulu." Gumamku saat menuruni tangga.

Namun tidak terlihat sama sekali keberadaan mas Damian sedari tadi.

Atau mungkin ia sedang berada di kamar madunya? Apa aku harus menghampiri nya, dan membuat hati ku hancur? Tidak, aku belum siap melihat kemesraan mereka.

"Lebih baik nanti saja minta izinnya." Gumamku.

Nanti aku akan meminta izin pada mas Damian lewat telfon, lagi pula tidak ada hal yang harus kulakukan dirumah kan? Dari pada bengong lebih baik aku qualytime dengan sahabat yang sangat aku rindukannn. Lebay -_-.

Aku melajukan mobilku yang dibelikan oleh mas Damian tahun lalu sebagai hadiah anniversary pernikahan kami.

Hem, memang berlebihan, padahal dirumah kami sudah ada beberapa mobil yang berjejer rapih yang jarang dipakai.

Sebuah teknologi yang membantu ku menunjukan jalan menuju resto makan tempat janjian ku dan sahabatku. Yaitu Mbah Google.

"O em ji, raniaaaa! Lo kurus banget!" Serunya, baru saja aku datang, bahkan belom sempat duduk namun sudah dicelotehkan olehnya. Dasar mulut cempreng.

"Astaga anis! Berisik tau gak sih, malu tuh diliatin orang." Ya memang ada beberapa orang yang memperhatikan kita tadi.

"Hehe, sorii stobery aku tidak bisa menahan mulutku yang ingin berceloteh." Katanya, "apalagi tentang suami brengsekmu itu.", Lanjutnya dengan raut wajah kesal.

"Nis, bagaimana pun dia suamiku." Tegurku secara Alus kepadanya.

"Kamu ini, kurang baik apa coba sampai dimadu sama suami sendiri," jedanya dengan menatap mataku. "Udah soleh, rajin, bisa masak, ramah, baik dan sopan, malah di sia - sia in gini." Lanjutnya.

"Hem, mungkin memang sudah takdirku seperti ini." Lirihku meratapi nasib.

"Eh ya kita kesini mau qualytime kan?" Alihnya, ya aku tau dia tidak suka melihat ku bersedih seperti ini.

"Ah iya, mari pesan makan." Ajakku.

Setelah makan kami berlanjut ke sebuah pusat perbelanjaan yang besar.

Kami bersenang - senang dengan apa yang kami lakukan, bermain timezone, karaoke, balanja baju, dan memanjakan wajah dan diri kami.

Aku senang dapat waktu seperti ini dengan Anis, dia adalah sahabatku sejak dulu, kami selalu bersama - sama, rumahnya berada di dekat atau daerah rumah orangtuaku.

Memang sejak menikah aku mengikuti suamiku, tinggal bersamanya dan menjalani hidup bahagia, ya bahagia sebelum benalu itu datang dan mengaku - ngaku, aku memang belum terima, tapi aku akan mencoba, dan akan ku usahakan itu semua tidak benar, walau terlambat, yang penting aku sudah mencoba nya.

Aku akan mengikuti alur hidup ku sampai mana aku bertahan dengan pernikahan ini, walau nantinya aku tidak kuat dan memilih mundur, aku akan tetap merasa sangat senang karna 'pernah' ada di keluarga Ramdhani ya itu adalah keluarga terhormat.

Tak sadar ternyata waktu sudah menjelang malam, dan aku masih berada di resto Jepang untuk makan malam bersama Anis, tapi tiba - tiba ada panggilan masuk di telpon genggam ku.

Dan ternyata itu mas Damian.

Astaga aku melupakan sesuatu!.

.

.

.

.

.

TBC.

poligamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang