"BINTANG! APA YANG LO LAKUIN ?!" Teriak Awan, pemuda yang sudah beberapa bulan ini selalu mendampingiku.
Dia berlari kearah ku, saat tanpa permisinya dia menyelonong masuk kedalam kamar, saat aku baru saja melakukannya, lagi.
"A..Awan.." rintihku sebelum akhirnya pandanganku menggelap.
~•~••~•~
Aku mulai mengerjapkan mataku, menatap sekeliling sepertinya aku tau dimana aku sedang berada sekarang.
Kamar berdominasi warna abu dengan aksen hitam serta banyak coretan dinding bertuliskan "Hyrup" "Awan" "Langit" serta tulisan - tulisan lainnya yang aku sendiri enggak tau apa artinya.
Ya, aku sedang berada dikamar awan. Pemuda yang mau merawatku beberapa bulan belakangan ini."Bin..." panggil nya. Tanpa menoleh pun aku tau itu suara awan.
"Ya?" Jawabku mengalihkan pandanganku.
"Makan dulu ya?" Awan menaruh nampan berisi bubur di atas nakas samping tempatku berbaring. Dengan telitinya dia menyuapiku hingga bubur itu tak tersisa lagi.
"Wan!" Panggilku saat dia sedang sibuk membereskan bekas makan.
"Ya?" Ucapnya sambil menatapku, tangan yang selalu membantuku mulai menyibakkan lengan baju. "Kenapa kamu lakuin ini lagi?" Lanjutnya.
Aku tersenyum "Kamu tau, Awan, aku udah lelah."
"Tapi enggak ginikan caranya? Bukannya kamu udah sembuh? Apa aku harus panggil kak langit buat kesini?" Langit, kakak awan yang juga seorang psikolog dan psikiater
"Enggak usah, aku enggak apa-apa. Ya walaupun belum sembuh total, tapi udah jauh lebih baik dari pertama kita bertemu." Aku menatap matanya, mata indah yang mampu menenangkanku saat aku kambuh. Ya,aku pengidap self injury. Gangguan mental yang kudapat dari aku berumur 14 tahun, karena trauma masa kecil, sedangkan aku bertemu awan saat aku umur 18 tahun, yang sekarang berakhir aku harus tinggal dirumahnya, kita tidak tinggal berdua, ada kakaknya dan orang tuanya.
"Bin, kalau kamu lebih baik, aku sangat bersyukur atas itu. Tapi Bin, kalau kamu lakuin itu lagi aku bakal sedih. Bin, kamu itu kuat, walau kita baru bertemu beberapa bulan tapi aku tau kamu itu beda dengan yang lain. Kamu bisa hadapi masa-masa hitam itu sendiri. Walau akhirnya kamu harus menyakiti dirimu. Tapi itu dulu. Sekarang kamu enggak sendiri, ada Awan yang selalu ada tempat untuk Bintang. Awan akan jadi gelap kalau bintangnya redup. Dan awan enggak mau Bintangnya kehilangan sinar. Kalau kamu rasain rasa itu lagi. Kamu ceritain ke aku. Ya?" Aku mendengar itu terdiam. Air mata ini tiba-tiba keluar begitu saja.
"Awan, makasih udah mau jadi tempat Bintang buat bersandar. Udah mau jadi tempat bintang untuk pulang. Mau bantu Bintang untuk kembali terang. Maaf udah bikin kamu khawatir lagi." Awan memelukku erat, nyaman. Lagi-lagi itu yang aku rasakan.
"Bin, terus disampingnya awan ya? Mau berjalan sama Awan buat mengitari bumi, kita sama-sama melihat bahagia dan sedihnya hidup di bumi." Ucapnya sambil melepas pelukan dan menatapku dalam
"Bintang janji." Ucapku dengan yakin.
Tanpa aba-aba ia mencium keningku dan kembali memeluk sambil berbisik.
"I LOVE YOU"
END
Jumlah kata : 458
KAMU SEDANG MEMBACA
OKTOBER ROMANSA : Mental Health
RomancePernahkah terbayang datang seorang malaikat saat kau merasa terkurung dalam duniamu sendiri? Malaikat tersebut yang kelak membuatmu bangkit, kembali menapak jalan kehidupan yang terjal. Malaikat tersebut yang membantumu kembali berani mengukir taw...