"Orang pernah berkata, 'sebaik-baiknya tempat untuk kembali adalah rumah.' Namun bagiku, rumah adalah tempat terburuk untuk kembali."
-Luci-
***
Plakkk..
"Dasar anak yang tidak tau diuntung!"
Luci tersenyum miris saat mendapatkan tamparan keras dari sang ayah. Ayah yang dulu terasa begitu hangat dalam keluarga, kini berubah menjadi sosok iblis sesaat setelah kematian bunda.
Dibelakang ayah berdiri dua orang perempuan nan tengah tersenyum bahagia menyaksikan siaran langsung kekasaran orang tua terhadap anak dihadapan mereka.
"3 kali!" Luci terkekeh dingin.
"3 kali, aku mendapatkan tamparan keras dari seseorang yang seharusnya ku panggil dengan sebutan, AYAH."
Tangan kecilnya terangkat dan mengusap pipinya pelan. Jika saat itu ada yang bertanya 'apakah menyakitkan?' Maka Luci akan menjawab IYA, ini sangat menyakitkan bahkan sampai ke dalam relung batinnya.
Tak ada lagi air mata yang menetes lemah. Hanya bersisakan kemarahan dan kebencian yang begitu dalam untuk orang yang dengan mudah menamparnya begitu saja.
"Terimakasih, atas apa yang anda berikan. Saya cukup paham, seperti apa itu sosok ayah!"
Luci melangkah pergi dengan santai dari rumah itu. Takkan ada lagi sisa kerinduannya untuk pria tua yang dulu ia panggil ayah dengan sangat bahagia. Hanya kebencian yang semakin hari semakin menumpuk di dalam hatinya.
"Apa ayah harus menamparnya? Dia juga putri ayah!" sela Kevan ditengah kesunyian di ruangan itu.
Kevan menatap sendu kepergian adik tirinya itu. Walaupun mereka tidak memiliki ikatan darah, namun rasa sayang Kevan kepada Luci tetaplah besar bagaikan adik kandungnya sendiri.
Semenjak Kevan datang ke dalam keluarga ini, tak pernah sekalipun ia melihat Luci tersenyum ataupun tertawa. Hanya ada tatapan dingin saat gadis itu menatap ayah dan keluarga barunya berkumpul bersama.
"Anak itu harus diberi pelajaran untuk belajar menghargai ibunya." jawab Jordan yang masih setengah marah.
"Tidak harus dengan kekerasan yah. Apa salahnya jika ayah membicarakannya baik-baik. Dia masih remaja, yah." sanggah Kevan kecewa dengan sang ayah.
"Kevan, ayah melakukan itu karna memang sikapnya yang sudah melampaui batas."
Kevan pergi tanpa mengiyakan ucapan ayahnya yang sudah keterlaluan. Ia berpikir mungkin ucapan Luci memang benar adanya. Bahkan adik dan ibunya hanya diam tak mau membela. Kevan tak habis pikir dengan keluarga ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ICE GIRL (☆)
Dla nastolatkówKeluarga adalah kebahagian pertama yang dimiliki seorang anak. Banyak di dunia ini keluarga yang jauh dari kata harmonis, terlalu banyak masalah yang terkadang mengorbankan anak-anak. "Kau bukan anakku!" "Benar, aku juga merasakan seperti itu." uca...