🎲 Day 4.1

1.5K 125 4
                                    

Kanaya tak bisa berkata apa-apa ketika Vara menceritakan apa yang terjadi semalam pada Mahes. Dia yang tiba-tiba memeluk Vara, mengecup keningnya dalam dan lama, lalu menghubunginya ketika sudah tiba di rumah. Mereka berdua saling memandang sambil berusaha menikmati makan siang masing-masing.

"Mahes kayak lagi merencanakan sesuatu nggak, sih? It's horrible. Dia berubah sesuka hati. Cuek terus manis. Abis ini apa lagi? He's playing something or what?"

Vara menggeleng, dia tidak punya bayangan. Bahkan setelah dia mencoba mengorek keterangan dari Mahes melalui chat semalam, dia tidak mendapatkan informasi yang membuat rasa penasarannya terjawab.

"Seperti yang udah gue ceritain sama lu, alasannya terlalu aneh dan membingungkan. Gue nggak berani ngorek lebih dalam, takut tiba-tiba dia pergi lagi dan gue nggak siap."

Terbayang lagi percakapannya dengan Mahes semalam melalui WA.

[Kamu kenapa, Hes? Kemarin mati-matian minta putus. Sekarang kamu bilang menyesal. Apa artinya?]

Vara tidak bisa menyimpan rasa penasarannya lebih lama. Setelah Mahes mengiriminya pesan kalau dia sudah sampai di rumah dan bertanya Vara sedang apa, langsung saja Vara melontarkan pertanyaan yang sedari tadi mengganggunya.

[Aku menyesal, Ra. Ternyata aku nggak bisa ngebohongin perasaanku sendiri. Aku masih sayang banget sama kamu.]

Tanpa sadar Vara mendengkus. Hah! Menyesal katanya? Semudah itu? Setelah tiga hari ini dia mengobrak-abrik perasaan Vara sekarang dia bilang menyesal?

[Kenapa? Ada apa sebenarnya, Hes? Perasaan aku udah dibolak-balik kayak gini dan sekarang kamu bilang menyesal.]

[Aku nggak tahu apa yang terjadi. Aku udah mutusin untuk mengabaikan kamu, tapi setelah seharian tanpa ada kabar dari kamu dan juga nggak ketemu kamu, perasaanku nggak enak. Ditambah Ibu nanyain kamu.]

[Jadi karena Ibu?]

[Nggak tahu, Ra. Please jangan desak aku. Sekarang ini aku beneran bingung. Aku cuma mau jalan balik sama kamu. Itu aja.]

'Apanya yang bingung? Apa kamu bingung memilih antara aku dan Anin?' Namun pertanyaan itu cuma bisa disimpan dalam hati saja. Vara tidak ingin membuat Mahes ilfil karena baru saja dia memutuskan kembali pada Vara. Semuanya akan terjawab pada waktunya.

_*_

"Jadi sekarang gimana?" tanya Kanaya. Dipandanginya sahabatnya selama dua tahun ini. Perempuan berhijab di hadapannya memperlihatkan raut wajah yang sulit ditebak.

"Lu masih sayang sama Mahes, kan?" tanya Kanaya hati-hati.

"Gue bingung," jawabnya lirih. Kanaya mendengkus. Dua orang yang dia kenal, Mahes dan Vara, mereka sama-sama bingung dengan perasaan masing-masing.

"Kemarin sewaktu Mahes ninggalin lu, lu nangis nggak berhenti-berhenti. Sekarang setelah Mahes balik lagi ke elu, elunya bingung. What's the problem with both of you?"

"I don't know, Ya. It's confusing. Gue berharap Mahes balik lagi, it's true. Tapi setelah dia beneran balik, jujur gue merasa aneh. Nggak nyangka bakalan semudah ini kali, ya?"

"Jadi lu berharap ini lebih sulit?"

"Bukan begitu. Cuma ... gimana, ya gue bilangnya? Gue ... gue ... i feel numb," katanya lirih. "Lu ngerti, kan maksud gue?" Vara memandangi Kanaya dengan mata yang diselimuti kaca-kaca.

Kanaya mendesah, "I feel you, Ra." Digenggamnya tangan sahabatnya itu di atas meja. Kanaya berusaha menyalurkan perasaan hangat dan menenangkan yang saat ini dibutuhkan Vara.

14 HARI SEBELUM PUTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang