Chapter V, Beginning Of War

132 14 27
                                    

20 Agustus 1939, Moskow, Uni Soviet

Sebuah lampu yang redup menerangi ruangan yang sunyi di tengah malam gelap gulita di tengah kota Moskow. Uni Soviet, sang pemimpin negara Komunis tersebut sedang melamun di mejanya yang penuh dengan tumpukan berkas berkas.

Soviet: "Ya ampun, kapan ini akan berakhir?"

Kantung matanya yang ditutupi dengan lingkaran hitam semakin menggelar. Bahkan lampu meja yang redup di sebelahnya tidak membantu sama sekali. Sudah beberapa hari ia tak tidur, masih saja sibuk dengan urusan kenegaraannya.

Dia sudah memutuskan untuk tetap netral jika saja Perang Dunia 2 sudah didepan mata, setidaknya itu akan meringankan pekerjaannya dan akan menghemat pengeluaran militernya.

Beberapa menit membaringkan wajahnya di meja kantornya, akhirnya ia terlelap. Namun tiba-tiba suara telepon di mejanya yang kencang spontan membangunkannya.

Soviet: "Apa yang? Siapa yang masih bangun di tengah malam ini? Hm, mungkin hanya Jendral Zhukov atau Khrushchev"

Ia menghela nafas sejenak lalu segera bangun dan menjawab telepon tersebut. Tangannya yang malas perlahan mengangkat gagang teleponnya.

Soviet: "Halo? Siapapun disana, tolong lain kali hubungi aku di waktu yang masuk akal"

Nazi: "Ah, soal itu. Maaf aku menghubungi di tengah malam."

Ia sontak terkejut mendengar suara dari teleponnya itu.

Soviet: ("Nazi jerman? Buat apa si Negara Fasis Bodoh itu menghubungiku? Bahkan di tengah malam seperti ini")

Perasaannya sudah buruk setelah tak tidur beberapa hari. Sekarang orang yang ia benci malah menghancurkan Moodnya. Ia segera menghela sejenak dan berusaha menenangkan diri. Setelah beberapa detik, akhirnya ia menjawab panggilannya itu.

Soviet: "Sudahlah lupakan saja. Apa yang kau inginkan menghubungiku di tengah malam? Jangan banyak basa-basi, kau tahu aku benci hal itu."

Uni Soviet berkata dengan suara yang dingin, ia tahu bahwa kata-kata itu hanyalah basa-basi belaka saja. Hampir seluruh Eropa sudah tahu betapa bencinya Nazi dengan Komunisme dan dirinya.

Sementara itu, Nazi Jerman segera menjawab dan menjelaskan alasannya menghubungi Soviet di tengah malam. Alasan tersebut sontak membuatnya terkejut, sangat terkejut.

Soviet: "Kamu… Kamu benar benar serius?"

Nazi: "Ayolah Soviet. Sejak kapan negara hebat sepertimu takut akan persetujuan kecil seperti ini?"

Soviet merasa terganggu dengan kalimat sang negara Fasis tersebut. Ia sudah memutuskan untuk Netral, namun malam ini tiba-tiba orang yang ia benci dan membencinya itu memberikan sebuah tawaran aneh.

Soviet: "Heh, buat apa aku takut dengan tawaranmu itu? Aku hanya tidak mau ikut serta dalam Perang Dunia II yang akan kamu mulai itu, merepotkan"

Nazi: "Tenang saja. Para Sekutu bodoh itu tak akan menyatakan perang padamu. Menyatakan perang padamu sama saja dengan bunuh diri. Mereka tak akan mau melakukan itu"

Kali ini Nazi memberikan argumen ynag sulit digugat. Soviet diam sejenak, kali ini dia benar-benar bingung akan keputusan yang harus ia ambil. Demi meyakinkan Soviet, Nazi pun melanjutkan kalimatnya.

Nazi: "Dan Jika mereka dengan bodoh menyatakan perang padamu, maka aku akan dengan senang hati berperang bersamamu dan menghancurkan para Sekutu"

Second Destruction (Countryhumans World War II) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang