Nine

448 22 0
                                    


“Halo foodis fermentariann ! “
Kalvin membuka video blog nya dengan menyapa para penonton terlebih dahulu. Ruangan yang bernuansa putih menjadi latar dari pembukaan video yang akan menjadi konten untuk minggu depan.
“Hari ini aku mau ngajak kalian jalan – jalan. Hmm.. bukan tempat yang unfhamiliar sih bagi kalian, aku yakin banget temen – temen fermentarian sudah melihat iklannya. Oke,,, dari pada lama – lama mending kita langsung cus aja !”
Kalvin membawa kamera kecil yang baru saja Ia dapatkan dari orangtuanya beberapa waktu yang lalu. Awalnya, Ia merasa tidak perlu menggunakan kamera ini namun setelah Ia mencoba membuat konten dengan kamera ini, bobotnya lehbih terasa ringan digenggam oleh tangannya.
”Oke kita sedang menuju tempat pemotretan jaraknya nggak terlalu jauh sih dari rumah ku. Sekitar 20 – 30 menit perjalanan kalau di GPS di mobil ku.”
Setelah menyampaikan penjelasan mengenai GPS, Kalvin segera melajukan mobilnya keluar dari perumahan tempatnya tinggal .
Kamera mulai mengambil gambar ke arah jalan raya di depan sana. Jalanan nampak tidak terlalu ramai tidak juga sepi. Mungkin karena hari ini hari kerja dan waktu menunjukan pukul setengah sebelas pagi. Belum terlalu siang bukan?

Kalvin melakukan rekaman sendiri, tanpa teman atau asisten. Ia juga merasa lebi nyaman sendiri dibanding bersama orang lain, namun terkadang Ia juga sadar perkataan mama jugah ada benarnya, kadang Ia kewalahan sendiri denganh pekerjaanya.
Dua puluh menit berlalu dan akhirnya Ia sampai pada sebuah gedunng kira – kira tujuh lantai. Ia memarkirkan mobilnya di tempat parkir . Kemeja berwarna biru navy dan celana jeans berwarna itam menjadi outfit yang Ia gunakan hari ini.
“Akhirnya kita sampai di gedung EverydayFood.” Ucap Kalvin sambil mengarahkan mini-gopro nya ke arah gedung du depannya.
“Jadi yang belum tahu EverydayFood ini adalah perusahaan yang bergerak di makanan sehari – hari biasanya makanan ready to eat atau ready to cook yang tinggal masukin microwave dan ting mateng. Dia juga menjual minuman yang pastinya sehat yang bahan dasarnya seperti yoghurt, oatmeal, hmm…. Granula, minuman – minuman sehat. Yuk kita langsung masuk kedalam aja.”

Kalvin keluar dari mobilnya dan membawa tas selempang di pudaknya. Ia berjalan masuk tanpa lupa di tangannya terdapat kamera. Ia menghampiri security di lantai lobby gedung itu dan kemudian seorang security itu mengantarkan Kalvin menuju elevator dan menekan tombol lantai 3,lantai dimana tim kreatif dan humas perusahaan itu bertepat. Kamera Kalvin sempat mengambil bagian dalam elevator.

“Halo… mas Kalvin..” Seorang perempuan berumur dua puluh an menyapa Kalvin yang baru saja akan masuk ke dalam ruangan .
“Halo mbak Irna.” Kalvin melontarkan senyumnya.
“Silakan masuk mas, mari duduk dulu. Kami sedang persiapan.”
Pemotret an memang dimulai pukul setengah dua belas siang dan Kalvin tentu datang lebih awal. Nampak ruangan bernuansa kuning dan putih, warna pastel yang cukup soft membuat siapa saja yang duduk disana merasa nyaman.
“Yuk mas mari masuk ke dalam.” Ucap mbak Irna sambil tersenyum pada Kalvin.
Kalvin segera beranjak berdiri dari sofa dan menggantungkan tasnya di pundak.
Ketika Kalvin akan melangkah maju ke bagian dalam ruangan tanpa sengaja mata nya menangkap sesosok perempuan yang melewati lorong.
Perempuan tersebut tidak berjalan sendiri namun bersama seorang laki – laki, dengan wajah yang sangat Ia kenali. Mereka berdua tertawa begitu lepas hingga membuat Kalvin seketika penasaran.

***
Rapat yang Erlda kira akan berjalan lancar seperti yang Ia ekspetasikan tadi siang nyatanya malah terjadi pertentangan dari departemen makanan sehat.
Ruangan yang dipenuhi dengan kurang lebih 30 orang disana sudah termasuk dari departemen sehat dan tim Erlda. Mereka duduk meilngkat sambil berhadap – hadap an dan Erlda berada di barisan kedua. Ia tidak ingin mencampuri banyak karena Karinsya lah yang menjadi penanggung jawan event ini.
“Mbak, mereka tidak boleh tergesa – gesa nyobain nya, bukannya saya udah bilang ya sambilduduk aja nunggu artistnya?”
“Tapi nanti resiko untuk ruangan nya bisa kotor.”
“Mbak mereka ini bukan anak kecil loh mbak. Udah pada remaja menuju dewasa.”
Erlda hanya memperhatikan mereka dan melirik jam tangannya.
Tak terasa ternyata sudah pukul setengah 8 malam.
“Oh tidak. Gue lupa.”
Ia kemudian menoleh ke arah depan dan mendapati tim kreatifnya dan departemen sebelah masih berdebat.
“Okay…. Jadi kalian mau sampe kapan mau debat kayak gini? “ Erlda bertanya pada mereka dengan volume suara agak ditinggikan.
“Gini aja deh ya, mall pertama yang akan menjadi tempat meet and greet pertama kita coba plan dari departemen sehat, dengan syarat tim dari departemen sehat bertanggung jawab untuk memastikan pengujian sampel tidak berlangsung ricuh dan tidak membuat ruangan audience kotor. Kalau seandainya di mall pertama berjalan dengan baik, kita operasikan rancangan nya di mall berikutnya….
TApi kalau berlangsung ricuh dan mengotori, saya harap departemen sehat tetap menerima dengan lapang dada bahwa harus mengikuti plan yang telah kami buat. Kedua plan sama – sama menguntungkan hanya saja cara mengorganisir nya bisa berjalan lancar atau tidak?”
“bagaimana? “

Tim Erlda dan tim dept kesehatan terdiam sesaat dan berakhir setuju.
Setengah jam berlalu dan akhirnya rapat selesai. Erlda memberikan salam perpisahan sebentar dan lansgung berlari keluar. Ia menuju lantai tempat Ia bekerja dan berlari menuju ruangan Mr .sefyan.

“oh tidak.”
Nampak tak ada seorang pun di dalam ruangan itu, lampu sudah mati dan pintu kaca itu pun sudah terkunci.
.
.
ENtah apa yang terjadi pada dirinya esok.

****
Kalvin telah menyelesaikan pemotretan dan pengambilan beberapa video untuk iklan. Ia krmbali menyapa pada kamera nya.
“Okay sudah selesai shoot kita hari ini, untuk vlog kali ini aku cukupkan sampai disini dulu sampai ketemu di video selanjutnyaa fermentarian.”
Tangan Kalvin mematikan kameran dan memasukan kamera tersebut dengan asal ke dalam tasnya.
“Huft…..”
Ia benar – benar merasa aneh selama pemotretan berlangsung. Senyum yang Ia utarakan ke kamera nampak terlalu dipaksakan. Entah semua ini penyebab hal yang Ia lihat tadi atau bukan.
Tangan Kalvin mengambil ponselnya dan membuka layar kunci, jarinya kemudian memekan ikon chat.
Tak ada balasan disana, hanya tanda centang satu berwarna abu – abu di setiap pesan yang Kalvin kirimkan.
.
***
“Mama beneran nggak apa – apa ? Perlu aku atau Delvan anter ke rumah sakit nggak? “
“De… mama nggak apa – apa. Ini cuman nggak sengaja kena liontin kalung batu mama.”
Erlda merasa ada yang aneh namun  Ia tidak mau memaksa mama untuk bercerita lebih jauh.
“Yaudah  ya Erl.. mama mau ngajar dulu habis ini, kamu semangat ya kerjanuya. Jangan lupa jaga kesehatan dan kalau nggak sibuk mampir ke rumah.”
“Iya ma, maaf ya Erld belum bisa pulang tiap pekan.”
“Gapapa kok, jangan terlalu dipikirn ya Erl..mama sayang kamu.” Mama Erlda melayangkan blowkiss dari sebrang sana.
“Bye ma.” Balas Erlda sambil melayangakan blowkiss juga.
Panggilan terputus dan Erlda meletakan ponselnya dimeja.
KNOCKKK KNOCKKKK
“Masuk…”
Seorang laki –l aki yang tak Ia kenal masuk ke dalam ruangan Erlda dengan amplop di tangannya.
“Maaf, anda… siapa ya ?”
Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut laki – laki itu, kaki pria tersebut langsung mendekati Erlda dan secara otomatis Erlda langsung beranjak berdiri dan sedikit menjauh dari meja.
“Bagaimana? Kapan kau bisa bekerja ?” Ucap laki – laki itu dingin.
.
.
.
.to be continue
Jangan lupa taburan bintangnyaaa
Terima kasih banyak telah mampirr ♥️♥️♥️

HELP YOU OUTWhere stories live. Discover now