“Hmm.. apa dia pekerja keras?”
Erlda tak sadar Ia terlalu tenggelam dalam melakukan kegiatan ‘stalking’ di Instagram Kalvin sampai – sampai Ia tidak sadar ada abangnya yang memperhatikan.“Itu .. siapa Erl? Gebetan kamu?”
Secara otomatis jari jempol Erlda langsung menekan tombol home pada ponselnya dan aplikasi Instagram langsung tertutup.
“Eh.. udah selesai bang?”
“Udah dari… lima menit lalu, nggak lama kok soalnya tadi sambil liatin kamu yang stalk orang namanya siapa? Kal….”
“Kalvin bang.”
“Jadi ? ada apa kamu tiba – tiba mau nemuin abang?”
Dua piring fettuchini karbonara dan dua porsi sandwich daging asap tersaji didepan Erlda dan Delvan.
“Terima kasih ya, mbak.” Ucap Delvan pada pelayan Café. “Yuk dimakan, Erlda. Aku tahu kamu pasti lapar dan bingung sekarang.”
Erlda hanya menatap datar abangnya dan mulai mengambil garpu di kanan piring, dalam hatinya Ia berpikir memangnya senampak itu ya wajah kebingungannya?
Mendapati Erlda masih memiliki nafsu makan yang baik, Delvan senang. Ia terkadang berpikir di tengah – tengah kesibukannya apakah Erlda makan dengan baik dan apakah tubuhnya sehat.
“Jadi…? Mau mulai dari mana?” Tanya Delvan disela – sela kegiatan makan siang bersama Erlda.
“Hmm… jadi aku… dipindahtugaskan.”
“Okay… kemana?”
“Masih di bawah naungan perusahaan tapi.. aku diminta menjadi tim kamera anak pemilik perusahaan tempat ku bekerja.”
Delvan terdiam sejenak, lalu beberapa saat kemudian Ia melanjtukan mengunyah makanannya.
“Orang yang tadi aku lihat di Instagram adalah dia, dia yang mulai besok menjadi atasan baru ku.”
“Coba abang lihat orangnya.” Tangan Delvan mengambil ponsel Erlda dan membuka aplikasi Instagram yang belum tertutup sempurna, masih menampilkan profil Kalvin disana.
“Hmm.. oke kok. Kamu juga kan suka foto – foto bukan? Hobi kamu juga… kapan lagi Erl kamu melakukan hobi sekaligus keahlian sampingan kamu yang dibayar sama perusahaan.”
“Iya sih bang, aku cukup senang dengan itu.. tapi.”
“Tapi.. aku juga bakal ikut kemanapun dia pergi dan kalau dilihat – lihat dari profil instagramnya banyak foto dia berada diluar kota buat nyicipin sampai review makanan atau minuman fermentasi.”
Delvan tersenyum mendengar keluhan adiknya. Ia sempat mengatakan pada Erlda bahwa tidak ingin jauh dari Erlda sampai Ia menemukan seseorang yang bisa menjaga Erlda sama seperti dirinya bahkan lebih dari dirinya.
“Erl mungkin kamu masih terpaku sama permintaan abang waktu itu untuk tetap dirumah atau minimal banget satu kota sama abang. Tapi lama kelamaan abang sadar kalau kamu tuh udah dewasa banget dan umur kamu bukan kecil lagi. Abang sudah siap kok mengizinkan kamu pergi kemana aja. Asal ya jaga diri kamu ya, Erl.”
Erlda dibuat terkejut lagi untuk ketiga kalinya hari ini, awalnya Ia mengira abangnya akan menahannya untuk berpergian, nyatanya Delvan malah mendukung Erlda untuk terus menjalankan pilihannya.
“Abang juga belum sempat nemenin kamu jalan – jalan atau liburan panjang, jadi… mungkin kesempatan ini bisa kamu ambil buat lihat – lihat suasana baru sambil refreshing.” Ucap Delvan dengan raut wajah senang.
Jalanan diluar sana nampak cukup ramai padahal waktu masih menunjukan pukul dua siang. “Hmm… tumben – tumbenan macet ya.” Ucap Delvan memecah keheningan yang diciptakan oleh adiknya. Pandangan adiknya masih fokus pada jalanan walaupun Delvan tahu pikiran anak itu sedang berkelana entah kemana.
Delvan hanya tertawa pelan melihat tingkah Erlda.
Lima belas menit berlalu akhirnya Ia dan Erlda sampai di basement apartemen Erlda.
“Erl… kamu mau ikut abang kerja?”
Akhirnya Erlda tersadar dan secara tiba – tiba Ia memberikan salah satu tas karton yang dipegannya sejak keluar dari Beautiful Florist.
“Ini… dari Henna.”
“Wah apa nih?”
“Dalam rangka apa dia ngasih ini, Erl?”
“Entah katanya ucapan terima kasih udah desain tempat minum tehnya.”
Delvan membuka tas tersebut dan mengambil isinya. “Wah parfum..” Ia kemudian menyemprotkan ke pergelangan tangannya.
“Coba aku mau pinjam.” Ucap Erlda pada Delvan.
Tangan Delvan memberikan parfum itu pada Erlda dan Erlda langsung mencoba menggesekan kedua pergelangan tangannya.
“Ohhh.. gila. Henna sudah gila.”
Delvan tampak kebingungan dengan perkataan Erlda, kini Ia juga mendapati Erlda sedang melepas sabuk pengaman dari kursi.
“Erl… kenapa?”
“Abang jangan pakai parfum itu kalau lagi berdua aja sama cewek ya bang. Erlda mau masuk dulu, makasih banyak tumpangan dan makan siangnya ya bang. Hati – hati ya bang.”
Erlda langsung menuju elevator dan menekan tombol lantai dimana rumahnya berada. Sambil menunggu elevator sampai, Ia menyempatkan diri untuk mengirim pesan pada Henna.
Erlda to Henna my feminimgila :”Lo gila kali ya, ngasih abang gue parfum kayak begitu.”
Tak terasa elevator sampai dan Ia keluar dari kapsul besi itu.
***
Drtt… drt.
“Selamat sore, nona Erlda. Saya Kalvin orang yang akan bekerja sama dengan anda. Apakah mulai besok sudah bisa mendatangi kediaman saya pukul satu siang?”.
.
.
To be continue.
YOU ARE READING
HELP YOU OUT
Romance(15+) [DI BAWAh UMUR TANGGUNG SENDIRI] " Membantu untuk keluar? , Maksud mu ? " Pekerjaan yang membuat Erlda hampir 24/7 berada di kantor saja cukup membuatnya pusing dan kehilangan jam merawat diri sendiri. "Kau hanya perlu membantu dan merawat...