Jadi?

0 2 0
                                    

Koridor mulai dipenuhi oleh siswa, tak jarang diantara mereka memilih menunggu teman-temannya untuk menuju kelas bersama.

Nisa mulai melangkahkan kakinya menuju kelas, moodnya hari ini sedikit buruk dan dia berharap tak ada hal-hal yang lebih membuat moodnya hancur.

Kelasnya memang mengharuskan ia melewati ruang guru, ruangan yang ingin sekali ia hindari semenjak kejadian waktu itu.

Namun keinginan Nisa kali ini belum terkabul, sekitar jarak 10 meter dari tempatnya berdiri seseorang yang saat ini ingin sekali ia hindari. Dengan tangan yang dimasukkan ke kantong celana, kemeja yang rapih dan aura yang memancarkan kewibawaannya. Nisa seketika terpana dengan apa yang ia lihat saat ini. Buru-buru ia tersadar dan memutuskan untuk lanjut berjalan dan berharap bisa melewati orang yang kini jaraknya makin dekat dengan dia.

"Nisaaaa" teriak seseorang dibelakangnya.
Seketika Nisa menghela nafas, seolah-olah mendapatkan durian runtuh. Seseorang yang kini memanggilnya sungguh menyelamatkan dia.

"Kan tadi gue udah bilang tungguin gue." ujar Revan seraya mengacak-acak rambut Nisa

"Emmm i..iyaa tadi gue buru-buru." ujar Nisa

Interaksi diantara mereka tak luput dari pengawasan seseorang yang kini mulai mengepalkan tangannya dibalik saku celana.

"Selamat pagi kak, cakep bener pagi ini. Mau ketemu gebetan yah?" ujar Revan pada Hendra yang kini berada tak jauh dari dirinya.

"Hmmm"

"Irit banget ngomongnya kak, ya sudah kita duluan ya kak. Kasian pacar saya berdiri terus dari tadi. Permisi kak." ujar Revan seraya menggandeng tangan Nisa.

Nisa hanya pasrah saja mengikuti alur yang direncanakan oleh Revan. Namun ia bersyukur dengan adanya Revan ia bisa aman dari intimidasi sang guru.

🌿🌿

Bel berbunyi menandakan waktu istirahat, Nisa dan kawan-kawan memutuskan untuk pergi kekantin.

"Kayanya lu lagi menghindar dari kak Hendra ya Nis?" ujar Dewi

"Iya bener banget, pagi tadi gue lihat lu sama revan gandengan lagi didepan kak Hendra. Gila ya kalian berdua, lu tau gak sih auranya kak Hendra seketika menyeramkan." ujar karin

"Gue gak ngehindar." Nisa menjawab dengan cepat

Pesanan mereka datang tepat saat seseorang menghampiri mereka.

"Saya mau bicara dengan kamu bisa?" ujar Hendra yang mengagetkan Nisa dan juga teman-temannya.

"Hah?" Nisa yang kaget hanya bisa melongo, masalah apa lagi ini?

Bisakah aku lolos dari dia sehari saja. Sungguh aku tak bisa menahan pesona dia dan jika seperti ini terus aku tak bisa yakin bisa melupakan dia.

Kini mereka berdua memilih tempat yang tak seramai kantin, lagi-lagi Nisa harus terjebak dalam situasi seperti ini, dia tak bisa menghentikan kegugupannya jika bersama Hendra. Rasanya dia lebih memilih untuk menghadapi pak joni guru killernya itu dari pada harus berdua dengan Hendra.

Kini mereka memilih taman belakang sekolah, tepat seperti tempat saat kejadian itu. Kejadian dimana dia mengutarakan unek-unek yang ia simpan karena Hendra.

"Saya akan menjelaskan sesuatu." ujar Hendra

"Menjelaskan apa? Tak ada yang harus dijelaskan di sini."

"Perihal kemarin."

"Oh tentang kak Hendra yang pergi dengan Winda? Apa urusannya denganku?" ujar Nisa sambil meremas ujung roknya yang menandakan dia menahan sesuatu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Aku dan RasakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang