Seminggu sebelum peristiwa besar yang bisa merubah hidup Zi. Waktu terasa semakin cepat dan persiapan pernikahan sudah hampir selesai. Akhirnya Ghani setuju untuk mengadakan acara sederhana. Zi menyambut senang dan mulai sedikit antusias menyiapkan segala keperluan acara. Gadis itu bahkan sudah mulai melakukan perwatan tubuh di rumah.
"Harus banget gitu tiap hari luluran?" Keluh Zi saat hari ini Ia harus kembali menjalani perawatan.
"Harus dong. Biar Ghani senang," Za terkekeh sambil mulai membalurkan lulur dari jamu-jamuan ke tangan kembarannya.
"Ampun deh. Mau nikah aja ribet," Zi pasrah dan membiarkan kembarannya menggosok tangan halusnya.
"Zi, kamu nggak kangen Ghani? Sudah seminggu ini kalian nggak boleh ketemu kan?" Tanya Za penasaran. Ingat dulu saat dirinya akan menikah.
Zi menggeleng, "kangen? Nggak sama sekali. Biasa aja tuh," ucapnya santai. Baru kali ini Za menemukan calon pengantin yang paling santai. Kedua calon sama anehnya.
Di tempat lain. Tepatnya lima rumah dari rumah keluarga Zi. Ghani tinggal di rumah orangtuanya. Menyibukkan diri dengan bekerja dan berkumpul bersama orangtuanya.
"Mama nggak nyangka aja, kamu akhirnya nikah sama Zi," Mama duduk di samping Ghani dan Adham yang sibuk bermain PS.
"Kalau Adham udah menduga sih. Kak Zi cukup keren untuk jadi kakak iparku," pemuda gondrong itu terkekeh.
"Kamu nggak kangen Zi? Rumah dekat tapi nggak bisa liat?" Goda Mama pada Ghani yang sejak tadi diam, fokus pada permainan.
"Hmm... Nggak juga. Toh minggu depan juga ngeliat," ucapnya santai. Membuat Mama dan Adham menggeleng heran. Mereka tidak bisa membayangkan kehidupan rumah tangga Ghani dan Zi. Pasangan gila kerja, cuek, dan santai. Tapi disisi lain, mereka juga seperti Tom dan Jerry. Selalu berdebat pada perbedaan pendapat sepele.
"Calon pengantin aneh," komentar Adham pada kakaknya.
###
Hari terus bergulir. Hari pernikahan Zi dan Ghani tinggal dalam hitungan jam. Tapi keduanya tetap santai. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan urusan masing-masing. Di malam sebelum pernikahan, keduanya malah sibuk meladeni sahabat di tempat masing-masing. Seperti saat ini, Zi kedatangan tamu. Dua orang ibu-ibu bawel beserta anak-anaknya.
"kinclong banget nih," goda Cacha begitu memasuki kamar Zi yang udah dihias sedemikian rupa.
"Iyalah, gue perawatan khusus sama kembaran bawel," Dumal gadis itu, sambil sesekali melirik wanita berhijab yang sedang sibuk merangkai bunga di pojok ruang kamar.
Cacha dan Dira terkekeh melihat wajah cemberut Zi. Sedangkan Za hanya tersenyum simpul menanggapi kalimat protes saudara kembarnya.
"Namanya juga calon pengantin, wajarlah kalau ada perawatan khusus," Dira menambahkan. "Kamu nggak inget, aku sama Cacha malah lebih rempong urusan perawatannya. Gila aja Mama aku itu lebih parah dari Ibu kamu," Cerita Dira.
"Ya, gue inget banget," Zi duduk bersila diatas kasurnya sambil memainkan ponsel. "Laki lu pada, mana?"
"Urusan bapak-bapak. Pada nongkrong di rumah calon pengantin laki," jelas Cacha.
"Zi, udah dong main hapenya. Aku tau kamu lagi ngurus kerjaan. Stop untuk malam ini," tegur Za yang kini ikut bergabung bersama sahabat-sahabat kembarannya. Melihat keakraban mereka, membuat wanita berhijab itu sedikit iri. Walau mereka kembar identik, bukan berarti identik juga sifatnya. Zi sangat mudah bergaul, tapi Za lebih pemalu dan kalem. Tapi tetap saja Ia bersyukur, sahabat-sahabat Zi mau menjadi sahabatnya juga.
"Bener tuh kata Za. Kamu itu besok nikah, kerjaan bisa dilanjut setelah acara," dumal Dira dan merebut ponsel Zi.
"Oke, apa kata kalian ajalah!" Serunya pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Buat Zi (Complete)
DragosteSingle Happy, begitu julukan yang diberikannya sendiri. Zi atau lengkapnya Zifara Arini, betah-betah saja melajang diusia dua puluh sembilan tahun. Tapi bagaimana dengan tanggapan orangtuanya?