8

1.9K 153 13
                                    

"Uhh, baby sshh, yours so good, fuck!" satu sodokan kuat membuat Jimin terhentak ke atas lagi dan lagi. Taehyung melanggar izin yang ia buat sendiri. Tidak akan bermain lebih jauh katanya, tapi sekarang?

Memang harusnya Jimin tidak mempercayai Taehyung sejak awal. Atau mungkin sejak pertama kalinya ia bertemu pria itu. Karena pada akhirnya nasibnya pun sama saja, menjadi jalang?

Mungkin tidak jika Taehyung mencintainya, tapi ia sendiri tidak mengetahui itu. Dan ia juga tidak mencintai Taehyung layaknya mencintai seorang kekasih.

"A-appa, ah! " desahan Jimin sudah sejak tadi terdengar. Jam digital yang terduduk kaku, menampilkan pukul 3 dini hari. Jauh berbeda dengan kegiatan yang mereka lakuakan. Hampir lima ronde terlewatkan.

Padahal ini adalah yang pertama untuk Jimin.

"Kau benar - benar hebat sayang," bisik Taehyung dengan pinggul yang masih sibuk memporak porandakan lubang  si pemuda mungil. Jemari panjangnya menyisir rambut lepek Jimin. Matanya tajam tapi tampak lembut memandang. "Cum together,"

Gempuran Taehyung pada hole sempit itu kembali dipercepat lagi. Mencari kenikmatan sendiri? Tidak, Jimin juga ikut andil kali ini. Menikmati. Kaki jenjangnya yang sempat lemas tak bertenaga, melingkar kuat pada pinggang Taehyung, membantu memperdalam penyatuan. Sedangkan tangannya meraih tengkuk si pria untuk menyatukan bibir keduanya.

"Emhahh,, ahh. . . A-appa cum. . . P-ppalli. . ."

"Wait baby, mmhh,, Ah!"

Begitu panas kegiatan ranjang itu. Derit kasur yang bergoyang ikut meramaikan suasana. Selimut dan bantal pun berjatuhan. Sprei sudah kusut tak berbentuk. 6 ronde adalah jika pelepasan keduanya terjadi, dan sial. . .













"Sebelum ada orang yang menghentikan ini, atau aku sendiri yang ingin berhenti, maka sampai pagi, aku akan terus menggenjotmu, Jiminie."

























Jimin melupakan rancauan Taehyung saat menggagahinya untuk pertama kali. Oh, masih akan ada berapa ronde lagi? Seolah tidak ada waktu untuk esok. Taehyung benar - benar gila.

.
.

"Cucu kesayangan eomma mana Taehyungie?" tanya nyonya Kim pada sang putra yang sudah bergabung di meja makan.

"Dia sedang tidak enak badan eomma, aku sudah menyuruh maid mengantarkan sarapannya." jawab Taehyung tanpa dosa.

Nyonya Kim mengangguk - ngangguk paham, lalu pandangannya beralih pada sang suami yang baru datang.

"Kau tampak lebih cerah hari ini Tae. Ada apa?" tanya tuan Kim sembari mengambil posisi duduk seperti biasa.

"Huh? Lebih cerah bagaimana? Tampan? Aku memang sudah tampan sejak dulu."

"Haish haish, tampan tapi tidak mempunyai istri--" perkataan tuan Kim dipotong cepat oleh Taehyung.

"Abeoji, aku mohon jangan membahas hal itu lagi. Aku muak."

Tuan Kim menghela nafas saat melihat Taehyung memasang wajah datarnya lagi, seperti biasa. "Dan kau pikir aku juga tidak muak? Semua rekan kerja ku mempunyai menantu, dan mereka mempertanyakan apakah aku--"

"Apa itu penting?"

"Taehyung!" nyonya Kim berseru. "Berhenti memotong ucapan ayahmu!"

Taehyung mendengus. Kedua orang tuanya saling bertatapan sekarang, seperti mempertanyakan kesesuaian situasi secara telepati. Entah apa yang akan mereka sampaikan, Taehyung yang sempat melihatnya semakin jengah.

Little Prince Kim | VMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang