Dahulu kala di masa Dinasti Goryeo tahun 1380 terdapat sebuah desa yang di kenal sebagai desa Jecheon, desa kecil yang berada di antara hutan Mabeob-ui dan sungai yang tidak pernah mengering itu membuat para penduduknya makmur. Para petani di desa Jecheon adalah satu-satunya petani yang bisa menghasilkan berbagai macam sayuran dan buah-buahan di musim dingin, para peternak di desa itu juga mempunyai hewan ternak terbaik di masa Dinasti Goryeo. Bahkan pasokan dapur kekaisaran di peroleh dari desa Goryeo, maka dari itu desa Goryeo menjadi desa termaju di masanya.
Namun semua itu tidak bertahan lama, tahun 1383 Dinasti Goryeo di guncang berbagai macam bencana alam dan penyakit misterius, hal itu juga berdampak besar bagi desa makmur Jecheon. Banjir dan tanah longsor membuat para penduduk merasa ketakutan ditambah tanaman dan hewan ternak mati secara misterius, perlahan-lahan Dinasti Goryeo berada di ambang kemiskinan karena kelaparan melanda berbagai macam desain serta kota besar di Dinasti itu.
Lebih dari tujuh tahun lamanya Dinasti itu berada dalam masa kesulitan, berbagai macam cara sudah di lakukan oleh kekaisaran tetapi bencana alam dan wabah penyakit yang menyerang tidak kunjung berhenti dan malah semakin parah, para dukun berulang kalian meminta kesuburan dan kemakmuran untuk kekaisaran Dinasti tetapi tidak ada dampak apa pun. Sampai suatu malam muncul sebuah mimpi di dalam tidur sang kaisar, dalam mimpinya sang kaisar di datangi oleh wanita berparas sangat cantik yang mengatakan kepadanya bahwa semua bencana di Dinasti akan berhenti jika seluruh pemuda dan pemudi yang berusia 17-15 dinikahkan dan di wajibkan memiliki keturunan.
Dari mimpi itu tanpa berpikir dua kali sang kaisar memerintahkan seluruh kepala desa yang berada di dalam Dinastinya untuk menikah serempak putra serta putri yang memenuhi umur sesuai mimpi sang kaisar, di saat itu serampak seluruh remaja di nikahkan. Dua tahun berlalu perlahan-lahan bencana yang melanda Dinasti itu mulai menghilang tetapi sang Kaisar belum juga puas, atas perintah dari kaisar di tunjuklah seorang Kasim untuk mengecek setiap rumah-rumah penduduk yang berada di dalam Dinastinya.
Sang Kasim dan beberapa tentara istana melihat satu persatu kerumah-rumah penduduk yang berada di kota ataupun desa, sedang di dalam desa Jecheon kepada desa di buat geram dengan sepasang suami istri yang sudah menikah lebih dari lima belas tahun lamanya tapi tidak diberikan keturunan. Banyak beredar desah-desuh bahwa pasangan suami istri itulah yang membawa malam petaka untuk Dinasti mereka, banyak yang menyuruh pasangan suami istri itu untuk berpisah tetapi mereka tidak menginginkan itu karena mereka percaya mereka belum diberikan anugerah oleh dewa untuk membesarkan seorang anak.
Karena terlalu banyak kabar tidak enak tentang pasangan itu akhirnya Kasim istana mendatangi kediaman Sun Hee dan Dae Jung "Sudah ada banyak kabar tidak enak yang beredar tentang kalian...." Kwan Yu selaku Kasim istana menatap dua orang didepan dengan tatapan rendah.
"Kalian berdua harus berpisah atau diusir dari desa." ancaman Kwan Yu membuat sepasang suami istri itu terlihat sedih.
"Tapi kami sudah menikah lebih dari lima belas tahun dan selama itu tidak ada bencana yang terjadi karena perbuatan kita..." Dae Jung berusaha meyakinkan sang Kasim istana.
"Mungkin selama lima belas tahun ini Dewa masih memberikan kebaikan untuk Dinasti ini dan sekarang Dewa benar-benar marah," Kwan Yu melirik kearah warga desa yang sudah berkumpul disekitar rumah pasangan suami istri itu.
"Kami mohon jangan pisahkan kami..." Sun Hee memohon kepada sang Kasim.
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa ini perintah dari Baginda Kaisar, mulai hari ini kalian berdua di usir dari desa." mendengarkan ucapan Kwan Yu semua warga desa yang berkumpul di luar bersorak dan bertepuk tangan sedangkan Sun Hee dan Dae Jung masih memohon.
"Tolong jangan usir kami...." mohon Sun Hee dengan air mata yang keluar membasahi kedua pipinya.
"Jangan usir kami, rumah ini satu-satunya harta berharga kami... Tolong jangan usir kami." Dae Jung terus memohon berharap sang Kasim mau mendengarkan permohonan mereka.
"Prajurit cepat bawa mereka pergi dari desa ini." perintah Kwan Yu dan beberapa prajurit istana langsung membawa sepasang suami istri itu keluar dari rumah sederhana mereka.
Di luar semua orang tampak sangat senang dan bahkan ada yang terang-terangan bertepuk tangan, Sun Hee dan Dae Jung di seret paksa oleh prajurit istana sampai keluar desa. Mereka berdua di bawa ke bibir hutan Mabeob-ui. Sun Hee yang masih menangis tersedu-sedu dipeluk oleh Dae Jung dan mereka berdua pun mulai memasuki hutan, mereka berdua terus berjalan masuk kedalam hutan. Hari semakin malam, pasangan suami istri itu sudah tidak tau dimana sekarang mereka berada.
Rasa haus dan lapar membuat mereka berdua tersiksa, beruntung saat itu sinar rembulan begitu terang hingga memudahkan langkah kaki mereka. Sun Hee yang sudah tidak kuat lagi berjalan meminta Dae Jung untuk berhenti di salah satu pohon berukuran besar, Dae Jung menuruti permintaan dari istrinya. Mereka berdua duduk bersampingan dengan kepala Sun Hee yang berada di pundak kekar Dae Jung, angin di awal musim dingin begitu dingin bahkan pakaian sederhana milik mereka berdua tidak mampu menghangatkan tubuh sepasang suami istri itu.
"Dae Jung maafkan aku..." gumam Sun Hee dengan air mata yang kembali turun membasahi wajah.
"Karena kau menikahi janda yang tidak bisa memberikanmu keturunan, kau ikut diusir dari desa dan ini semua karena kesalahanku. Karena aku tidak bisa melahirkan seorang anak..." Dae Jung menatap istrinya dengan raut wajah sedih dan dengan lembut pria itu menghapus air mata yang ada di pipi istrinya.
"Apa yang kau katakan itu salah dan aku tidak mau mendengarkan itu lagi, kau wanita yang aku cintai dan aku tidak mengharapkan apa pun darimu."
"Saat kau menerimaku menjadi pendamping hidupmu itu sudah membuatku senang, jadi jangan pernah berpikir seperti itu lagi..." lanjut Dae Jung.
"Aku akan menjaga dan selalu melindungimu." Dae Jung memeluk istrinya dengan erat.
"Tidak akan kubiarkan orang lain menyakitimu, selama masih ada aku kau tidak perlu cemas. Sekarang tidurlah, biar aku memelukmu..." Sun Hee perlahan mulai menutup kedua matanya dan saat itu Dae Jung menjaga istri agar tidak kedinginan.
Suara binatang malam terdengar seolah menjadi alunan musik di malam yang gelap, sinar bulan semakin terang dan beberapa kunang-kunang terlihat bermunculan mempercantik keindahan malam di dalam hutan. Dae Jung yang sudah mulai mengantuk samar-samar melihat seorang pria yang berada cukup jauh di depan mereka, pria dengan rambut panjang terurai itu dikelilingi oleh kunang-kunang dan sesuatu yang aneh juga terlihat dimata Dae Jung.
Pria itu mengusap sebelah matanya dan sosok yang dia lihat sudah menghilang, Dae Jung yang berpikir itu hanyalah imajinasinya langsung ikut tertidur menyusul sang istri kedalam alam mimpi. Seorang pria tampan dengan rambut panjang berwarna merah menatap sepasang suami istri yang tengah tertidur di salah satu pohon kesukaannya, pria yang bisa mengendalikan hujan dan berbicara kepada hewan dan tumbuhan itu memerintahkan kepada kunang-kunang untuk berada di sekitar dua manusia yang tertidur lelap itu.
Pria itu berbalik membelakangi kedua manusia itu, beberapa ekor pria tampan itu mulai terlihat dan berjumlah sembilan. Sepasang matanya berubah menjadi warna coklat keemasan yang menyala sambil menatap kearah bulan, angin membelai anak-anak rambut sang Gumiho. Beberapa daun bergoyang mengikuti arah angin, beberapa bintang terlihat menampakkan diri membuat langit malam terlihat lebih bercahaya.
"Ada yang tidak beres..." gumam sang Gumiho.
"Apa yang terjadi disini, aku merasakan ada banyak aura iblis yang begitu jahat di sekitar pemukiman manusia."
"Aku merasakan ada makhluk lain yang bermain-main dengan kehidupan manusia," senyum sang Gumiho terlihat.
"Sepertinya dia kembali..."
"Dan kembali berbuat dosa."
.
.
.
Halllo mateman jangan lupa like dan komen yak, bagi yang belum follow aku kuy langsung di follow. Terimakasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of The Lonely Gumiho
FantasyMenceritakan tentang kehidupan Gumiho sang penjaga hutan yang hidup dalam kesepian selama ratusan tahun lamanya, Young-Soo yang di tinggal meninggal oleh cinta pertamanya secara tragis membuat hati kecil sang Gumiho terluka. Dengan tangannya sang pe...