Prolog

1.5K 120 8
                                    


"Aku mohon. Batalkan saja!"

"Aku tidak bisa."

"Kenapa tidak bisa?"

Wanita bermata biru terbingkai kacamata itu diam. Wajahnya datar, tanpa ekspresi, memilih memalingkan wajah selain ke depan, pada wajah laki-laki tampan yang menjadi lawan bicara.

"Kenapa? Jawab Naruto!" Dia hampir menggebrak meja kalau saja ia tidak melihat situasi ramai kafe tempat mereka bertemu. "Apa kau masih mencintaiku sampai sekarang?"

Si wanita masih tetap diam. Rambut pirangnya terkuncir ketat ke belakang. Jam tangan model antiknya sungguh menyakiti mata. Bahkan selera fasionnya sungguh membuat Sasuke geleng-geleg kepala. Perpaduan warna yang aneh dan mencolok itu sungguh membuatnya ingin mencelupkan gadis ini ke dalam cairan wenter.

Setelah sekian lama, dia tidak kunjung mendapat jawaban, karena itu adalah jawabannya.

Dia tak tahan lagi, menyentuh rahang Naruto dan mengarahkan wajah yang berpaling itu untuk menghadap ke arahnya.

"Kau tidak seburuk itu untuk dapat memiliki laki-laki yang sepesial." Ia melihat wajah yang tegas, hidung mancung, dan kulit putih yang dimiliki si gadis. "Tapi kenapa? Kenapa hingga sekarang kau masih tergila-gila padaku?" tanyanya putus asa.

Namun Naruto hanya memandangnya tanpa memberikan jawaban.

"Hey! Apa kau bisu?!"

Naruto menangkis tangan Sasuke. Lalu menyesap seteguk es jeruk yang telah dia pesan.

"Aku tidak bisa menolak keinginan Ayah dan ibuku, Sasuke," jawab Naruto akhirnya. Lagi-lagi memalingkan tatapannya ke arah yang lain.

"Se-bayi apa kau hingga tidak dapat berbicara empat mata dengan keluargamu sendiri?"

Lagi-lagi Naruto diam seribu bahasa.

"Percuma aku bicara panjang lebar. Aku seperti hanya bicara pada patung."

Dia sungguh sangat jengel hingga ubun-ubun. Bagaimana cara meyakinkan gadis ini agar mundur dari rencana ini.

"Naruto. "

Sasuke memegang tangan Naruto yang ada di atas meja. Dua tangannya sungguh dingin dan berkeringat. Kali ini ia akirnya melihat perubahan ekspresi dari gadis di depannya. Itu adalah campuran keterkejutan dan rasa gugup.

"Aku mohon. Aku mohon sekali. Aku suda punya kekasih yang ingin aku nikahi. Aku tidak bisa bersamamu. Aku mohon. Lepaskan aku," pinta Sasuke. Membeberkan perihal keputusasaannya saat ini.

Naruto tiba-tiba kembali pada ekspresi datarnya, dan menarik tangannya dari si laki-laki.

"Lalu katakan maksudmu pada orang tuamu sendiri," tukas Naruto, ketus.

"Kau tidak tahu posisiku."

"Kau juga tidak tahu aku," umpan balik Naruto.

"Tentu aku tahu. Kau gadis yang tergila-gila padku sejak SMA. Dan dengan keberuntunganmu, kau memiliki kesempatan untuk dapat menikah denganku," sarkasnya tajam. Ia sudah bosan untuk bersikap manis. Karena kebaikannya ternyata sia-sia.

Naruto terdiam sesaat, sebelum menjawab dengan nada bosan yang sama.

"Itu perjajian orang tua kita. Aku tidak memintanya," kata Naruto.

"Tapi kau menyukai ide ini bukan?"

Lagi-lagi Naruto diam.

"Haha .... kau bahkan tidak dapat menyangkalnya." Sasuke tertawa jahat, mendapati kenyataan yang sungguh membuatnya tambah muak pada wanita di depannya ini.

"Sampai kapan kau ingin hidup di dunia dongeng? Kau pikir dengan menikah denganku, aku akan cinta padamu pada akhirnya? Bangun dari tidurmu Naruto! Kau sudah terlalu tua untuk berpikir naif!"

Naruto membuang napas berat seusai mendengar berbagai celaan yang Sasuke luncurkan padanya. Ia meraih tas kecilnya dan mengaitkannya pada lengannya.

"Begini saja Sasuke. Seperti yang kau pikirkan. Pembatalan tidak akan pernah terucap dari pihakku. Jadi bila kau ingin membatalkan, silahkan urus itu dengan kelurgamu. Aku masih ada pekerjaan. Selamat malam." Naruto berdiri dan hendak pergi, sebelum kata-kata Sasuke yang lain menimpali.

"Kalau begitu ingat janjiku, Naruto. Aku akan mengahiri pernikahan ini kurang dari satu tahun," ujar Sasuke dalam kemarahan.

"Belum juga kau menepati satu janji, kau buat yang lain. Lakukan saja sesukamu!" Naruto telah beranjak dari kursinya dan mulai melangkah pergi.

"Aku akan membuatmu menderita di pernikahan ini Naruto. Ingat itu!"

Namun Naruto sama sekali tidak berbalik, hanya pergi begitu saja, tidak menghiraukan sumpah serampah Sasuke yang semakin menjadi-jadi.

"Sial!" Sasuke benar-benar kehilangan kendali dan menggebrak meja dengan keras, membuat banyak orang menoleh, dan mulai berbisik.

"Kau akan menyesal, Naruto. Ingat itu." Monolognya, pada bayangan wanita psikopat yang baru saja ia temui.

Bersambung .....

Akhirnya, cerita ini keluar juga. Ini simple tapi aku lumayan suka. Cerita yang aku up laod sebelumnya, aku take down. Itu rumit dan males nulisnya. Aku harap kalian suka prolognya. 

Kali ini aku nggak bikin Sasuke Cool kayak biasa. Aku pengin Naruto yang akan penuh kejutan di sini. Jadi tetap nantikan ya.

Alice In The Marriage (Sasu fem Naru) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang