-- Prolog --

4.3K 402 34
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

One Squell of Khitbah Kedua and the others
-- happy reading --

🍬🍬

Pada akhirnya aku mengetahui, bahwa apa yang tersembunyi dalam hati kami adalah satu kesamaan tentang laki-laki yang sama-sama kami cinta.

Dari kecil kami dibesarkan di keluarga yang sama, memiliki kakak dan adik yang sama, cinta keluarga kepada kami pun tidak pernah ada yang membedakan. Ya, sebagai anak kembar bahkan kami telah memiliki banyak barang yang sama. Tidak hanya pakaian atau mainan, teman di sekolah pun rata-rata sama karena sejak TK hingga kami menyelesaikan SMA, daddy dan bunda menyekolahkan kami di sekolah yang sama.

Pada akhirnya kami terpisah karena memang bakat dan minat yang berbeda. Mbak Ayya memilih untuk menjadi seorang dokter seperti halnya daddy dan juga mas ganteng kami. Aku sendiri lebih menyukai seperti abang Hafizh tersayang. Lalu alasannya memilih dekat dengan abang karena aku ingin mengambil ilmu yang diperolehnya ketika dia memiliki kesempatan bisa belajar di negara Ratu Elizabeth beberapa tahun yang lalu.

Selain itu aku juga ingin melihat dari dekat bagaimana abangku merintis bisnisnya mulai dari nol. Dia seorang akuntan namun lihai dalam berbinis, bernegosiasi bahkan untuk marketingnya tidak perlu diragukan lagi. Sebenarnya kami juga sama makan nasinya, walau sekarang abangku itu sedikit berubah tentang makanan favorit yang lebih menyukai roti, menjadi seorang Oxonian selama 4 tahun telah banyak merubah gaya hidupnya terutama soal selera makan.

Kini dua tahun berlalu, kalian tahu aku bersahabat dengan siapa? Belezia Khumaira, putri dari seorang dosen Agama Islam yang juga memiliki pabrik textile di Surabaya. Konon ceritanya ayah Aira ini pernah mengajak bundaku untuk berta'aruf hingga akhirnya bunda memilih daddy. Selain karena daddy lebih dewasa secara umur dibandingkan dengan abinya Aira yang masih seumuran dengan om Zurra, itu juga karena bunda telah jatuh cinta pada pandangan pertama terlebih dulu kepada kedua kakakku saat mereka bertemu di bandara ketika daddy dan keduanya pindah dari Banten ke Blitar. Aira juga pernah mengungkapkan perasaannya kepada abangku, dulu ketika dia pernah iku PKL di konveksi milik uti Kartika yang akhirnya dikelola oleh bunda dan dibesarkan bersama dengan bang Hafizh dan om Zurra. Namun pada akhirnya Aira cukup mengerti apa alasan yang membuat abangku menolaknya. Lagi-lagi karena memang masalah hati tidak bisa dipaksakan.

Sahabatku yang kedua adalah Elvira Maritza Aldebaran, adik seorang Aftab Dayton Aldebaran yang juga putri dari sahabat bunda dari mereka SMA. Vira yang nyatanya harus dekat denganku sementara kami berdua sangat tahu bagaimana sejarah abang dengan kakaknya. Apa yang membuat hubungan mereka mendingin dan terkesan memilih untuk menghindar. Salutnya aku kepada abang adalah tidak pernah mencampurkan urusan dia dengan kakaknya Vira ketika kami bertiga berkumpul di rumah. Abang tetaplah abang yang selalu ramah kepada siapa pun tanpa melihat dia keluarga siapa atau adik dari siapa. Hanya saja memang kesepakatan kami bertiga adalah tidak akan membahas masalah pak Aftab ketika ada abangku.

Yang menjadi masalah karena selama kami berinteraksi, meski pun aku suda berusaha mencegah tapi hati tidak bisa dibohongi. Pak Aftab bukanlah seorang dosen yang cool, seperti layaknya mas Hanif, dia juga tidak seperti bang Hafizh yang ada gesreknya sedikit. Pak Aftab itu seorang dosen yang tegas, disiplin dan pesonanya yang luar biasa menurutku. Dari awal aku kuliah bahkan aku telah melihatnya sebagai seorang laki-laki dewasa. Ya Rabb, ini salah namun aku tidak bisa meminta hatiku untuk berhenti sebentar bahkan hanya untuk tidak memikirkannya. Ditambah lagi Aira dan Elvira yang begitu memberikan dukungannya kepadaku untuk bisa mendapatkan hatinya.

Tapi nyatanya takdir berkata lain kepadaku, saat aku mulai memberanikan diri untuk mengungkapkannya. Pak Aftab berkata bahwa dia telah memiliki seseorang yang disimpan di dalam hatinya. Itu juga aku mengetahui saat tanpa sengaja mataku melihat ada telefon masuk dengan nama 'darl❤️'. Aku terhenyak sesaat lalu kembali terjatuh ke bumi. Cinta membuatku semakin salah langkah dalam mengambil sikap mengapa?

Sakitnya hatiku saat aku mengetahui siapa wanita yang dicintai oleh pak Aftab. Tidak lain adalah saudara kembarku sendiri. Aku yang selalu bercerita kepadanya tentang perasaanku kepada pak Aftab, meminta pendapatnya, lalu mengapa dengan teganya dia menikamku dari belakang.

Mbak Ayya ternyata juga mencintainya, dan mereka? Allahu Rabb, baru tersadar olehku mengapa akhir-akhir ini pak Aftab lebih sering berpergian keluar kota. Dan lebh menyesakkan lagi kota tujuannya itu adalah Yogyakarta, kota dimana mbak Ayya tinggal, kota dimana cerita itu bermula dan kota dimana hampir semua orang berkata bahwa romantisme jiwa selalu tergugah saat bersamanya. Yogyakarta dengan semua kisahnya.

Lalu aku? Siapa yang berpihak kepadaku saat semua orang seolah menyalahkanku?

"Kak, duduk bunda ingin bicara." Suara bunda yang masuk ke kamarku dan melihatku sudah awut-awutan setelah pagi ini aku benar-benar murka dengan saudara kembarku.

"Bunda tidak akan menyalahkan kakak atau pun mbak Ayya. Kalian sudah sama-sama dewasa. Namun ketika ada masalah kemudian sampai cakar-cakaran seperti apa itu pantas dilakukan oleh seorang muslimah?" tanya bunda.

Aku hanya bisa diam. Selama ini tidak pernah kedua orang tuaku mengajarkan untuk bersikap egois seperti yang aku lakukan kepada mbak Ayya. Jika bisa diselesaikan dengan bertabayyun terlebih dulu lalu kami bermusyawarah bagaimana akhirnya pastinya itu yang lebih disarankan oleh bunda.

"Dengarkan bunda ingin bercerita kepadamu." Bunda kemudian merengkuhku ke dalam pelukannya. "Dulu pernah ada laki-laki yang datang mengajak bunda berta'aruf. Bunda baru saja mengenalnya, bunda juga belum mencintai daddy dan ternyata aunty Aira juga menyukai laki-laki yang mengajak ta'aruf bunda. Jika pada akhirnya bunda memilih daddy karena kedua kakakmu telah mengambil semua cinta bunda. Bunda yang akhirnya bisa mencintai daddy seiring dengan berjalannya pernikahan kami. Daddy dan bunda berjanji untuk selalu menumbuhkan perasaan itu, dari awal kata sah pernikahan kami dari sanalah akhirnya kami berdua harus bisa saling menerima. Dan dengan bunda menikah dengan daddy, aunty Aira tidak lagi salah paham bahwa bunda sebagai kakak tidak ingin membuat adiknya bahagia."

Bunda lalu memandang wajahku, lagi-lagi mata kami bertemu. Mata tulus seorang ibu yang ingin semua anaknya bisa rukun.

"Lalu mengapa akhirnya aunty Aira menikah dengan uncle Erland. Bukan dengan abinya Aira?" tanyaku, saat mata kami masih saling menatap.

"Karena Allah menuliskan jodoh aunty Aira dengan uncle Erland bukan dengan om Wildan." Sesungguhnya jawaban bunda ini klise, namun hatiku masih belum bisa menerimanya. Apakah itu satu hal yang wajar saat hati terluka, entahlah.

"Karena om Wildan juga tidak menginginkan aunty Aira, Sayang. Dipaksa seperti apa pun kalau salah satu pihak tidak berkeinginan ya akan susah. Kecuali meski belum ada cinta tapi kita rela untuk mulai menumbuhkannya, seperti bunda dan daddy. Nyatanya ada kalian bertiga, ditambah mas Hanif dan bang Hafizh." Bunda menjelaskan sekali lagi. Namun tetap saja otakku masih ruwet seperti benang kusut yang sulit untuk diluruskan kembali.

Aku hanya ingin dipeluk dan tidak ingin diganggu siapa pun untuk saat ini.

------------------------------------------- ❤️❤️

Selamat Malam semuanya...menyelaraskan cerita ya, sekalian aku up ulang Purnama di Ujung Mega supaya tahu sisi Almira berjuang untuk move on

Suka, silakan like dan coment di bawah

Tengkiu

love of ALMIRAWhere stories live. Discover now