02 :: (Kinda) First Date

704 148 46
                                    

"AYOLAH Baji-san, ikutlah bersama kami."

"Gak! Pasti aku akan jadi nyamuk di sana! Lagipula, mengapa tidak kalian berdua saja, sih?"

"Ini pertama kalinya aku mengajak [Name] kencan. Jadi, tolong bantuannya, Baji-san."

"Ada apa dengan [Name]?"

Sedari tadi, aku hanya mengira-ngira, siapa gerangan yang tengah membicarakanku tepat di depan kelasku. Dan ternyata, pelakunya adalah Chifuyu dan Baji-senpai.

Jujur saja, aku belum bisa hapal dengan suara Chifuyu. Suaranya belum terekam dengan jelas di dalam ingatanku. Hubungan yang kami jalani juga terbilang masih baru, kurang lebih seminggu. Dan selama seminggu itu, kami belum terbiasa untuk mendekati satu sama lain.

Sebenarnya bingung juga, kami ini niat menjalani hubungan atau tidak, sih?

"Ah, [Name]!" Chifuyu nampak terkejut, seolah-olah aku tengah menciduknya melakukan hal tidak senonoh.

"Nah, mumpung ada [Surname] di sini, ajak dia sekarang." Aku mengalihkan pandanganku ke seniorku itu. Rambut hitam legamnya kini dikuncir satu rapi dan memakai kacamata. Jangan tertipu dengan penampilannya. Dibalik penampilannya yang seperti itu, dia adalah sosok sangar yang amat disegani.

"Ada apa sih, memangnya?" Kini, atensi urang-aringku memandangi pemuda bersurai pirang. Entah mengapa, aku merasa Chifuyu pada hari ini begitu berbeda.

Pemuda itu terlihat memegang leher belakangnya. Aku bisa melihat wajah Baji-senpai yang tampak begitu geregetan, sungguh sebenarnya ada apa sih dengan dua cowok ini?

"[Name], maukah kau makan bersamaku?"

Dahiku mengernyit. Jadi, dia mau mengajakku makan bersama? Kenapa harus pakai acara gugup segala?

"Yah, oke. Aku mau." Kuselipkan anak rambut yang mengganggu pandanganku.

Mungkin itu membuat Chifuyu terlihat menghela napas lega.

"Oke, kelihatannya aku sudah tidak dibutuhkan di sini, jadi aku mau pergi dulu."

"JANGAN!"

Teriakan spontan Chifuyu membuatku tersentak bukan main. Ini ... Sebenarnya ada apa, sih?

Atensi secerah langit itu memandangiku lekat-lekat, begitu hangat. Aku menghiraukan ekspresi gugupnya, karena aku sendiri sudah terjebak dalam pesona manik biru langitnya.

Ugh ... Kenapa mendadak aku jadi melankolis seperti ini?

"Boleh tidak, Baji-san ikut bersama kita?" Pertanyaan yang diajukan olehnya terdengar begitu ragu-ragu bagiku.

"Memangnya apa alasan aku mengatakan tidak boleh?"

Senyumannya langsung berubah menjadi sumringah. Tangannya mengepal, layaknya tengah meninju udara. "Baiklah! Kalian semua akan kutraktir peyoung yakisoba!"

══════════════════

Pada akhirnya, Chifuyu mentraktir kami masing-masing satu peyoung yakisoba. Kami duduk sambil menikmati peyoung yakisoba di taman kota.

Bagiku, ini sudah lebih dari cukup. Kami-aku dan Chifuyu-sebelumnya belum pernah kencan di luar lingkungan sekolah. Hubungan kami dibilang masih baru, dan aku juga baru mengingat bahwa kami berdua juga sama-sama belum pernah memiliki pengalaman dalam berkencan.

Dan mengajak Baji-senpai dalam acara traktir yang bisa disebut juga sebagai kencan perdana kami ini, entahlah. Bisa dikatakan, sedari tadi kerjaannya cuma mengomentari kami.

"Kaku amat, sih!"

"Kenapa daritadi diam melulu? Memangnya kalian sedang cosplay menjadi patung?"

"Ooh ... Jadi ini sebabnya mengapa Chifuyu ngotot agar aku ikut dalam 'kencan perdana kalian'".

Air muka Chifuyu tampak berubah. Aku bisa melihat semburat tipis kemerah-merahan. Itu membuatnya terlihat semakin menggemaskan.

Aduh.

"Sok tau kau, Baji-san!" Dia tampak mengelak pernyataan yang dilontarkan Baji-senpai seraya mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

Aku cuma menggeleng pelan. Sementara kedua pemuda itu sibuk berdebat, aku mencurahkan perhatianku terhadap keindahan taman. Sudah jarang sekali aku pergi ke taman untuk sekadar menyegarkan pikiran. Alasannya karena, aku sudah malas keluar rumah kecuali ke sekolah. Bukan karena sibuk, namun karena malas.

"[Name]."

Indra pendengaranku menangkap suara lembut menenangkan milik Chifuyu. "Ya?"

"Maaf, untuk kencan pertama kita. Aku hanya bisa mentraktirmu peyoung yakisoba."

"Memangnya ada apa? Aku suka."

Atensi biru nya yang tadi memudar, kini bermandikan cahaya kembali. "Eh?"

"Apa masalahnya? Bagiku, ini tidak ada masalah. Sama sekali." Kuusahakan untuk memberikan senyuman terbaikku, karena aku sendiri jarang sekali untuk tersenyum kepada orang lain.

Pemuda di hadapanku kini terlihat sumringah kembali. Dia mendekat. Tangannya memegang kepalaku dan mengelusnya dengan lembut. Jujur saja, aku menikmatinya.

"HEY, HEY, HEY! Dasar pasangan kasmaran! Aku di sini jadi nyamuk, tahu!"

Kami hampir melupakan eksistensi Baji-senpai. Hal itu bisa teratasi dengan Chifuyu merelakan peyoung yakisoba-nya yang masih sisa banyak, diberikan kepada Baji-senpai yang tampak senang walaupun sambil menggerutu tak jelas.

Semenjak hari itu, Chifuyu dan aku terus mendekat-yah, seperti pasangan lainnya. Dimulai dari dia yang mengajakku untuk menemaninya ketika dia sedang rapat dengan anggota Touman yang lain; hingga ketika aku mendengarkan lagu serta mengacuhkan keberadaannya, lalu dia bersikap manja.

Yah, tapi sayangnya, hal itu sudah tidak sama lagi.

hard feelings [chifuyu m.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang