Prolog

24 1 0
                                    

2013

Kurang dari 1 tahun lagi, Gentra Satria atau sering dipanggil Gentra akan meninggalkan masa-masa putih-biru. Telah cukup banyak kenangan yang dilewatinya, entah itu suka maupun duka. Gentra sudah mempunyai rencana untuk melanjutkan sekolah di luar kota dengan tinggal bersama neneknya hingga lulus sekolah.

Gentra adalah salah satu siswa berprestasi di sekolahnya. Tahun lalu, Gentra berhasil terpilih menjadi ketua OSIS mengalahkan salah satu rekan terbaiknya. Banyak yang kagum pada Gentra karena prestasi dan juga ketampanannya. Namun ia belum sempat mendapatkan wanita pujaannya. Selain karena sibuk, ia pun belum ingin memikirkan soal cinta lebih jauh.

Di tahun yang sama, Eleanor Zachriana Rengganis atau sering dipanggil Lea, baru saja masuk sebagai siswi SMPN 1 Merpati--di sekolah yang sama dengan Gentra. Lea adalah wanita yang pintar dan baik namun agak pemalu. Di sekolah, banyak yang mengagumi sifat baiknya. Meksipun pemalu, namun beberapa kesempatan ia selalu tampil di panggung sebagai penyanyi. Suaranya indah seperti parasnya yang begitu ayu.

Lea berniat untuk menjadi bagian dari anggota OSIS di sekolah barunya. Kebetulan, saat itu adalah tugas terakhir Gentra sebagai Ketua Pelaksana Pemilihan OSIS sebelum demis dan benar-benar fokus untuk menghadapi Ujian Nasional.

Saat masa-masa pelatihan tiba, Gentra dan Lea untuk pertama kalinya bertemu. Kala itu, sebagai ketua pelaksana, Gentra berkeliling melihat kegiatan para calon anggota OSIS yang sedang menjalani pelatihan upacara bendera di lapangan upacara. Lea tampil sebagai dirigen pengiring lagu Indonesia Raya. Gentra yang melihat Lea saat itu, seakan ada sesuatu yang timbul di dalam hatinya namun ia tak begitu mengerti. Gentra sedikit memperkenalkan dirinya pada beberapa anggota paduan suara termasuk pada Lea. Sama seperti Gentra, Lea pun memiliki perasaan yang cukup berbeda. Namun secara tegas, bahwa sepertinya ia cukup penasaran dengan ketua OSIS itu.

Setelah kurang lebih satu bulan menjalani pelatihan dan juga telah dilaksanakannya pelantikan, akhirnya terbentuklah susunan ketua, wakil, dan anggota OSIS periode baru. Lea terpilih menjadi anggota OSIS bidang kesenian. Dan Gentra, telah berhasil menjalani masa kepengurusannya dengan baik.

Semakin hari, Gentra semakin sadar bahwa dirinya benar-benar penasaran dengan wanita bernama Lea itu. Setiap malam, ia selalu memikirkannya. Entah karena apa, namun nama itu selalu hinggap di kepalanya. Sudah sekian lama ia tidak memikirkan wanita. Dan harus disadari, bahwa saat itu Gentra sedang jatuh cinta pada wanita bernama Lea.

Saat itu, Gentra berusaha keras untuk mencari informasi tentang Lea dari teman-temannya yang ketika dulu satu sekolah dengan Lea. Ia banyak bertanya pada beberapa mantan kakak kelas Lea ketika dulu dan juga pada saudara Lea yang kebetulan rekan Gentra saat kepengurusan OSIS tahun lalu.

Vita Indriana, adalah kakak sepupu dari Lea, mantan ketua bidang keolahragaan OSIS tahun lalu yang juga cukup dekat dengan Gentra. Gentra banyak bertanya tentang Lea pada Vita. Dan tanpa disangka, Vita memberitahu pada Gentra bahwa adik sepupunya itu mempunyai perasaan yang sama pada Gentra. Lea tertarik pada karisma Gentra. Mendengar hal itu, Gentra seakan dibuat melayang.

Namun di sisi lain, Vita yang sangat dekat dengan Gentra di OSIS ternyata mempunyai perasaan pada Gentra. Ia hanya tidak ingin memperlihatkan perasaan itu karena tidak berani akan perasaannya sendiri. Ada perasaan yang berusaha dijaga oleh Vita, yaitu adik sepupunya sendiri. Vita dengan berat hati memberikan banyak informasi pada Gentra tentang Lea adik sepupunya itu yang juga menyukai Gentra.

Mendapat banyak informasi tentang Lea, akhirnya Gentra pun langsung berusaha mendekati Lea. Setelah pengakuan Vita itu, Gentra langsung berani menghubungi Lea melalui telepon genggam dan beberapa kali sering bertemu di kantin sekolah. Gentra mulai merasakan kenyamanan ketika berada bersama Lea meskipun Lea masih menunjukkan sikap kelabilannya. Lea terkesan masih malu-malu dan sering tidak berkabar. Lea sudah terlalu sibuk dengan kegiatannya di OSIS. Gentra memaklumi hal itu. Namun Gentra hanya ingin tahu kabar dari Lea.

Tak butuh waktu lama untuk Gentra mengungkapkan perasaannya pada Lea. Saat itu, Gentra mengantar Lea pulang sekolah selepas rapat OSIS. Di tengah perjalanan, tepatnya di warung es kelapa muda, Gentra berbicara cukup serius pada Lea. Tanpa ba-bi-bu, Gentra langsung 'menembak' (kata-kata yang sering digunakan muda-mudi saat itu untuk mengungkapkan perasaan pada sang pujaan hati) Lea dengan memberikannya bunga mawar yang dipelihara oleh ibunya.

Lea bingung setengah mati, tak pernah menyangka akan secepat itu. Baginya, itu adalah hal paling awkward yang pernah ia rasakan semenjak pertama kali duduk di bangku SMP. Lea memang punya ketertarikan pada Gentra, namun ia hanya mampu berucap, "Maaf kak, orang tuaku belum izinin aku buat pacaran, maaf ya kak."

Ekspektasi Gentra terhadap Lea buyar seketika. Ia pikir Lea mempunyai perasaan yang sama pada dirinya. Namun kenyataannya bertolak belakang. Ia yakin, jawaban Lea hanya alasan belaka yang lembut. Ia tahu dari Vita bahwa Lea tidaklah sepolos itu. Dan benar saja, beberapa waktu setelah penolakan itu, Lea 'resmi' jadian dengan teman sekelasnya. Gentra benar-benar kecewa dibuatya. Namun, apa pun yang terjadi, ia tak pernah benar-benar bisa benci pada Lea. Bahkan setelah ia sekolah di luar kota--hingga sekarang.

***

2020

Tujuh tahun sudah Gentra memendam perasaan terdalamnya pada seseorang yang tak pernah tahu betapa tulus cintanya. Sekeras apa pun Gentra berusaha untuk melupakannya, sekuat dan semudah itu ia kembali mengingatnya.

Gentra tak pernah bisa membenci Lea meski dia beberapa kali menyakiti perasaannya. Beberapa kali menunggu, berkali-kali pula Gentra dikecewakan.

Gentra memang belum pernah lagi mengungkapkan perasaannya pada Lea sejak di warung es kelapa muda itu. Gentra bukan tidak berani, hanya saja kesempatan yang selalu tidak datang tepat pada waktunya. Selain itu juga, Gentra sudah mempunyai pacar dalam beberapa tahun terakhir. Namun sejatinya ia hanya menginginkan Lea yang berlabuh pada hatinya.

Akhir tahun 2019, Gentra mengetahui bahwa Lea sudah tidak bersama dengan pasangannya lagi. Gentra pun sama, ia sedang sendiri. Namun jarak memisahkan mereka. Gentra menempuh pendidikan di Bandung, sementara Lea hidup di Jakarta. Tidak begitu jauh memang, namun 7 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk kembali saling sapa.

Gentra berusaha keras untuk membangkitkan keberaniannya untuk menghubungi Lea, namun berbagai cara tak pernah berhasil. Gentra terlalu pengecut. Ia takut kalau Lea sudah tidak mengingatnya lagi.

Hingga pada akhirnya, satu minggu sebelum tahun 2019 berakhir, tak ada hujan tak ada angin, Lea memberikan pesan singkat pada Gentra melalui media sosial.

"Kak Gentra..."

Gentra yang saat itu baru terbangun dari tidurnya masih belum percaya bahwa itu adalah suatu hal yang nyata. Ia memilih untuk memejamkan matanya kembali--lelah.

***

Muara LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang