part 4

3 2 2
                                    

Happy reading

*****

"lo kelewatan tau nggak, nggak semua cewek bisa lo anggap murahan, gak semua cewek bisa seenak jidat lo bilang gak punya malu, gak semua cewek sama! " kata Nia berapi-api

"gak semua, tapi lo salah satunya kan" ujar halif dengan sinis

"Lo boleh gak suka sama gue, tapi lo gak boleh nganggap semua cewek itu sama, semua punya perbedaan dan kelebihannya"

"jadi lo ngaku lo murahan? "

"GUE GAK MURAHAN"
emosi nia sudah memuncak

"Lo murahan"

"GUE UDAH BILANG... "

"Udah Nia ngeladeni orang gak punya otak, malah buat lo gak punya otak juga. Ngak usah dengerin dia, dia cuman batu yang bisa menggulingkan tapi gak bisa menumbuhkan."

humaira dengan sigap melerai Nia, dia sudah tau sahabatnya ini jika sudah marah bagaimana, akan lebih baik kalo dihentikan. Apalagi yang dihadapi Nia adalah salah satu orang penting di sekolah, humaira tidak ingin jika sahabatnya mendapat masalah

"cowok kurang ajar" sarkas ghania menunjuk Halif

Halif nampak santai saja, seolah tak melakukan kesalahan, bahkan hingga bus mereka sampai ke sekolah pun, dia tidak meminta maaf.

Nia diantarkan oleh sahabatnya, tidak ada yang berani bicara, semua tau, kalo Nia sedang dalam tidak baik-baik saja. Dia kuat, dia ceria, tidak lebih dari sekedar pengalihan belaka

"Nia gue minta maaf, seharusnya gue ngelerai lo dari awal, seharusnya kita-kita bantu lo dari awal" ucap humaira menyesal

"iya nia gua juga minta maaf, harusnya gue heboh, harusnya gue gak diam aja, harusnya gue jambak rambut dia tadi" ucap ilyana

"kalian semua gak salah kok, gue yang salah, makasih ya udah selalu jadi sahabat gue" tanpa sadar Nia menitikkan air mata. Dengan kasar Nia menghapusnya

"cengeng" ucap mereka semua,  akhirnya tertawa lalu berpelukan bersama

Setelah kepulangan teman-temannya. Nia masuk ke rumah.

'mulai' batin Nia

Betul saja saat memasuki rumah, Nia sudah nelihat mamanya melipat tangan di dada, dengan mata menatap tajam pada Nia.

"Dari mana jam segini baru pulang? " tanya fitri ibunya Nia

"Tadi dusuruh ma, dari sekolah rupanya nunggu bus jadi lama" ujar Nia takut

"Nunggu bus ya.." tangan mamanya Nia menjambak jilbab yang dikenakan Nia, hingga rasanya rambutnya ikut rontok juga

"Ma,, Nia gak bohong ma" ujar Nia
Air matanya menetes tanpa dia minta

"Kamu tau kan, mama udah bilang kamu itu harus tau diri, kamu cukup turuti permintaan mama aja" bentak mama fitri

"Ma, Nia mohon.. Nia masih mau sekolah ma', Nia masih ingin ngejar cita-cita Nia" air mata Nia kini sudah tidak dapat dibendung lagi, Nia bahkan sudah sesenggukan.

"Apa kamu bilang cita-cita hah?
Nyadar sih kamu, kalo kamu itu gak lebih dari seorang anak yang dibuang oleh ayahnya sendiri, sadar kamu sadar!! "  bentak fitri makin keras

"Ma, aku gak peduli siapun itu ayahku, yang aku tahu, aku harus berjuang buat sekolah,  ma.. Please"

"Buat anak kayak kamu, hidupnya cuman satu.  Cari duit, ngerti kamu"

"Ma aku mohon aku harus tetap sekolah" Nia bahkan sudah berjongkok di hadapan mamanya

"Kamu bisa sekolah, asal kamu hidup sendiri, biaya sekolah sendiri, pokoknya mama udah nggak mau tau lagi, aku udah bosan menghabiskan uang hanya buat kamu. ANAK PEMBAWA SIAL"

deg..

"maafin Nia ma,  maafin Nia" ujar Nia sambil menarik-narik kaki mamanya yang hendak mengemasi pakaiannya dan hendak pergi dari rumah

"Ma nia janji nia bakal jadi anak yang baik, Nia janji ma, jangan tinggalin Nia, Nia nggak mau hidup sendiri ma'
Nia nggak mau hidup tanpa mama, tolong ma, Nia nggak mau ma' nia bakal sendiri,,, mama nggak kasihan sama Nia"

"Udah deh nia, mama disini juga gak akan ngurusin kamu, mama mau hidup senang, mama bosan hidup susah, udah awas!" ucap mama fitri menghempaskan tangan putri dari kakinya

Nia terhempas, hilang sudah harapannya untuk hidup bahagia walau hanya dengan mamanya, tidak masalah walau mamanya tidak mengurusi Nia. Tapi yang penting Nia masih bisa mengurusi mamanya

"sudah siap sayang? " tanya seorang pria berpakaian rapi masuk ke rumah Nia, sambil tersenyum ke arah Nia

Rasanya dunia ini gelap, Nia bener benar shock, jadi mamanya pergi untuk pria ini, dan kemarahannya tadi adalah ucapan selamat tinggal, semudah itukah mamanya melupakannya, semudah itu untuk meninggalkan Nia anak kandungnya sendiri. Nia sungguh tidak tau berbuat apa, penampilannya hancur, bahkan untuk berkata rasanya kelu, kenyataan ini begitu pahit.

Saat mamanya hendak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata, nia mengumpulkan kembali nyawanya, dia mengejar mamanya, sekali lagi...

"ma, jangan tinggalin Nia, mama jangan tinggalin Nia, mama... " teriak Nia histeris namun mamanya menghemaskan tangan Nia yang ada di tangannya dan kembali berjalan dengan suprapto suami barunya itu

Nia jatuh di lantai, dia menangis histeris, memukuli lantai, juga memukuli kepalanya sendiri, kini dia tinggal sendiri, hidup sendiri. Tanpa orang lain, tanpa keluarga, tanpa ayah, tanpa mama, tanpa siapapun.
Nia terus menangis, hingga dia tertidur di lantai.

Sore hari Nia bangun, dia pikir itu hanya mimpi, mamanya tak mungkin meninggalkannya, dia berlari ke kamar mamanya

"ma.. Mama nggak mungkin pergi kan ma, mama... Mama"

nia terus mencari, dari kamar mamanya, ke kamarnya, ke dapur, ke kamar mandi, tapi Nihil, mamanya tidak ada, ini tidak mimpi, tapi Nyata, inilah kenyataannya. Tidak ada satupun di dunia ini yang menginginkannya"

Nia kembali menangis, sesenggukan, membayangkan tanpa siapapun dalam hidupnya. Apakah nia siap Tuhan, hidup sendiri, menjalani semua sendiri. Inikah goresan takdir Nia, tak ada seorang pun yang menganggapnya penting?, tak ada seorang pun yang menganggapnya dibutuhkan, bahkan tak ada seorangpun yang menganggapnya keluarga?

"Ya tuhan, lalu untuk apa aku dilahirkan? Untuk apa aku ada jika tidak dibutuhkan, untuk apa aku hidup jika harus tidak berguna, untuk apa aku harus kuat saat aku sendiri tak punya siapa-siapa" Nia bermonolog sendiri

Entah kenapa, kesalahan apa yang sudah diperbuatnya, hingga goresan takdir, harus tidak adil padanya. Takdir seperti apa yang sedang dijalaninya. Terlahir tanpa pernah melihat ayahnya sendiri, hidup selama 17 tahun dengan mamanya yang tidak menyayanginya, tapi tak apa yang penting dia sangat menyayangi mamanya. Tapi sekarang bahkan dia tidak tau dimana kakek nenek, atau bahkan seorangpun keluarganya. Kini Yang Nia tahu dia sendiri. Iya nia sendiri.

*****

"Kebahagiaan dunia adalah jalan menuju kesedihan, tak perlu kau sedih saat kau tak mendapatkannya.
Tapi kejarlah kebahagiaan di akhirat karena kau akan kekal mengalaminya"

*****

Salam author

LET LIFE SURPRISE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang