CHAPTER 03

93 12 3
                                    

Chapter 03 – First Day (Part 1)

JANGAN LUPA

"VOTE+COMMENT+SHARE"

**HAPPY READING**

*

*

*

Qasyana

Sudah dua hari aku tinggal di kediaman keluarga Shakeer. Awalnya aku merasa canggung sebab aku tinggal satu atap dengannya. Pria yang dulu pernah aku cintai. Pria yang dulu, dengan senyap aku tinggali. Tetapi, selama dua hari ini aku mencoba melupakan apa yang pernah terjadi antara aku dan dirinya. Aku tidak mungkin bergelut dalam perasaan canggung seperti ini. Toh, aku pasti akan selalu bertemu dengannya mulai sekarang sebab aku menumpang di rumah keluarganya.

Aku mulai terbiasa secara perlahan. Aku dan Arfan perlahan mencoba menjadi seperti dulu. Maksudku, mungkin hanya aku sendiri yang merasa canggung disini karena aku lah yang pergi tanpa pamit kemudian bertemu kembali secara tidak terduga. Aku pun mencoba bersikap seperti biasa. Seperti kedekatan kami dulu. Tidak dengan Arfan. Perlakuannya terhadapku masih sama seperti tiga tahun lalu. Mungkin sebab inilah aku mampu menghadapi dia yang ingin aku lupakan. Aku pun terbiasa dan melupakan masa lalu meskipun tentu masih ada ingatan itu.

***

Sekarang aku sedang bersiap-siap. Aku menata rambutku serapih mungkin setelah berjam-jam aku memilah pakaian formal yang akan aku kenakan hari ini. Ingat 'kan Om Farid merekomendasikan aku untuk mengajar di sekolah miliknya? Hari ini adalah hari pertamaku mengajar sebagai guru matematika disana. Sungguh, aku tidak sabar menantikannya. Tidak sabar mendapatkan pengalaman baru mengajar di sekolah elit Jakarta. Tidak sabar menjadi rekan para guru berkompeten seperti sekolah tersebut. Dan tentu saja tidak sabar mengajar mereka yang akan menjadi murid baruku nanti. Berharap mereka mudah diatur dan tidak bandel seperti muridku sebelumnya. Eits, meskipun mereka bandel, mereka tetap menuruti segala ucapanku dan mau belajar. Aku jadi rindu mengajar mereka dengan segala kebandelan mereka yang tidak terduga.

Aku menghela napas "Mengapa aku jadi bernostalgia begini, sih?! Sepertinya aku merindukan murid-murid lamaku" gumamku dan sedikit cekikikan diselanya, mengingat kebandelan mereka yang menurutku, yah, terkadang lucu juga terkadang mampu membuatku mengurut pangkal hidungku yang tak mancung juga tidak pesek.

Aku sedikit memutar tubuhku di depan cermin memastikan apa rambut dan pakaianku sudah rapih. Aku mengenakan kemeja berwarna kuning. Ujung bajunya aku selipkan dibalik rok hitam sebawah lutut kemudian tidak lupa mengenakan blazer untuk menutupi beberapa bagian kemejaku.

Pakaianku hari ini terkesan simpel dan sangat formal. Profesiku sebagai guru pun sangat terlihat ketika aku memadukan pakaian tersebut ke tubuh rampingku. Aku rasa rambutku juga sudah sangat rapi. Aku menggerainya dan ku jepitkan beberapa rambut bagian kiri kanan ku menggunakan penjepit lidi berwarna hitam.

Aku tersenyum di depan cermin. Puas dengan cara pakaian, hasil tata rambut dan make up flawless karyaku sendiri. Ngomong-ngomong, make up flawless dan simpel adalah memang gayaku sehari-hari. Aku tipe perempuan yang tidak suka berjam-jam untuk ber-make-up sampai tebal.

Sentuhan terakhir. Sepatu. Aku mengambil salah satu sepatu yang aku bawa dari Padang di dalam lemari khusus untuk koleksi sepatu. Yah, asal tau saja. Aku hanya memiliki tiga pasang sepatu untuk ke sekolah dan dua pasang alas kaki untuk keluar rumah.

My Fiancé's Brother My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang