CHAPTER 04

164 15 7
                                    

Chapter 04 – First Day (Part 2)

JANGAN LUPA

"VOTE+COMMENT+SHARE"

**HAPPY READING**

*

*

*

Qasyana

Tidak bisa aku pungkiri bahwa sekolah ini sangat elit bahkan kata elit pun tak mampu mendeskripsikannya. Tidak hanya tata tertibnya sangat kuat, visi misi sekolah yang menjamin, serta gedung empat tingkat nan asri dan bersih. Guru-gurunya pun aku berani jamin bahwa sekolah ini memiliki pendidik berkompetensi. Hal ini bisa dibuktikan dengan mereka, para guru, sudah datang atau sudah berkumpul di kantor majelis guru sebelum siswa ramai berdatangan. Sungguh menakjubkan.

Aku sempat menyasar dalam gedung ini. Untung saja aku bertemu seorang wanita berhijab, menyapaku dengan senyum ramah dan juga mengantarku ke ruang kepala sekolah. Namanya Bu Sarah yang dapat aku tebak jabatan beliau pastilah juga guru atau pengajar di sekolah elit ini.

Disinilah aku sekarang. Duduk berhadapan dengan Bapak Anto selaku Kepala Sekolah Mekar Sari beserta wakilnya Bu Mita. Pak Anto, beliau terlihat sudah berumur. Mungkin seumuran Om Farid. Sedangkan Bu Mita, beliau terlihat sangat masih muda. Aku yakin beliau seumuran denganku. Aku tidak menyangka bahwa tantenya Arfan, adik om Farid, ternyata seumuran denganku dan Arfan. Ya benar. Bu Mita, wakil kepala sekolah adalah tante Arfan dan merupakan adik bungsu om Farid. Meskipun muda, beliau sudah menikah dan memiliki satu anak berumur satu tahun, setahuku.

"Jadi, selain mengajar, saya juga menjadi wali kelas di kelas XII-IPA A, Pak?" tanyaku tak percaya.

Sungguh, rasa ketidak sabaranku untuk mulai bekerja semakin meningkat. Aku tidak hanya mengajar, tetapi aku juga diberikan kepercayaan untuk memegang kelas XII-IPA A sebagai wali kelas. Aku tidak sabar menantikan dan menengok siswa-siswaku di kelas XII-IPA A.

Pak Anto mengangguk, membenarkan "Iya. Saya dengar dari Pak Farid, Bu Syana selain mengajar pernah menjadi wali kelas. Wali kelas XII-IPA A sebelumnya pindah mengikuti kerja suaminya. Jadi, belum ada pengganti. Kebetulan Bu Syana masuk, Ibu saja yang jadi wali kelas mereka"

Ya, benar. Aku pernah menjabat sebagai wali kelas di sekolah lamaku selama satu tahun. Hanya untuk satu tahun saja. Fadli, kepala sekolah di sekolah lama, membantuku mengurangkan beban kerja ku dengan cara membuat aku hanya mengajar saja di sekolah tersebut. Dia tahu aku sangat sibuk mengurus Mama yang sedang sakit keras dan sekaligus mengurus toko kue milik Mama untuk menambah penghasilan untuk pengobatan Mama.

Dulu aku memang kurang konsisten sebagai wali kelas. Namun kali ini, aku ingin melakukan hal yang terbaik. Makanya aku sangat senang ketika aku dimintai sebagai wali kelas di kelas XII IPA A.

"Nah, Bu Syana. Disini kita memang formal. Tapi, diluar, kita bisa saling memanggil nama. Aku tahu Bu Syana seumuran denganku"

Aku mengangguk mengiyakan. Tentu aku dengan senyuman.

"Saya harap Bu Syana betah mengajar disni. Kami memerlukan guru yang berkompeten seperti Ibu" ujar Pak Anto.

"Baik, Pak" balasku dengan senyuman yang tidak luntur dari bibir mungilku.

"Mari saya antarkan ke ruang guru dan berkenalan dengan rekan-rekan lainnya" ajak Bu Mita.

Setelah berpamitan dengan Pak Anto, aku mengikuti langkah Bu Mita menuju kantor majelis guru sambil mengobrol diperjalanan kami menuju sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Fiancé's Brother My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang