BAB 5 - Kencan

65 7 1
                                    

SEBELUM BACA PENCET BINTANG SEBELAH KIRI DULU YUK !!<3

JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW DAN KOMEN YAAA💚

SELAMAT MEMBACA<3

****

Tanpa sadar Randy menggenggam tangan Lavina dan menariknya hingga Bio tidak kelihatan lagi batang hidungnya.

Lavina memberhentikan langkahnya, Randy pun demikian tanpa melepas genggamannya.

"Bapak kenapa bantuin saya tadi?" tanya Lavina

"Kenapa memang? lagian Bio itu siapa kamu? Muka kamu kaya lagi nahan berak di depan dia" ucap Randy penasaran

" Bukan urusan bapak, jadi tolong jangan ikut campur" ucap Lavina dengan mata menyorot tajam

Randy tidak pernah melihat tatapan mata Lavina seperti itu. Seperti ada kilatan amarah yang masih tersimpan. Tatapan yang seolah sangat menyakitkan. Menyimpan kesedihan yang amat dalam.

"Bapak bisa lepasin tangan saya nggak?" 

Randy yang baru sadar pun melepaskan tangan Lavina, tapi ia beralih memeluk Lavina dan memberikan ketenangan untuknya. Lavina yang di perlakukan seperti itu kaget bukan main.

"Bapak ngapain meluk saya?" tanya Lavina dengan wajah berada di depan dada Randy

"Kamu kalau mau nangis, nangis aja"

"Saya ngga pengen nangis pak"

" Berhenti memberikan senyuman palsu Lavina, kamu juga butuh menangis untuk menenangkan diri"

Dengan air mata yang sudah tidak bisa ia bendung lagi, luruh seketika membasahi pipi. Lavina memeluk erat tubuh Randy, ia menangis, semua yang ia pendam selama ini seakan ia tumpahkan dalam tangisan. ia tidak pernah bercerita kepada siapa pun tentang masalahnya dengan Bio.

Randy menaik turunkan tangannya di punggung Lavina. Hingga tanggisannya sedikit mereda, mereka melepaskan pelukannya dan saling menatap.

" Udah baikan?" tanya Randy lembut
Lavina hanya menganggukan kepala, seraya mengusap air matanya yang mengalir.

" Terima kasih pak" ucap Lavina dengan senyuman tulus

"Maaf tadi saya berlaku nggak sopan ke bapak"

*****

Di dalam mobil kesunyian terjadi. Lavina menyenderkan kepala di jendela mobil. Dengan tatapan kosong melihat pengguna jalan lain berkeliaran. Sejak bertemu Bio tadi, kilas balik akan sakit hatinya kembali terulang.

Randy sadar akan perubahan sifat Lavina semenjak bertemu dengan Bio.
Ia menghela nafas panjang. Mengangkat tangan kirinya, mengelus kepala Lavina. "Kamu kenapa?"

Lavina menegakan tubuhnya, menoleh ke arah Randy dan tersenyum " Saya ngga apa apa pak"

"Apa perlu saya hajar Bio untuk kamu?"

Lavina gelagapan, sepertinya ia tertangkap basah sedang memikirkan masa lalunya.

"Bio dan saya tidak sedekat yang kamu kira, saya bisa menghajarnya untuk kamu"

"Memangnya Bio ada salah apa sampai bapak mau menghajarnya"

" Seharusnya yang bertanya itu saya, Bio ngapain kamu sampai kamu tidak mau berpacaran lagi? Dia kan orangnya?"

Skakmat! Ia ketahuan. Lavina harus menjawab apa sekarang. Bossnya ini terlalu peka untuk urusan seperti ini.

"Dia.. diaa...."

Randy menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia menatap Lavina dan tersenyum. Menggenggam tangannya dengan lembut.

"Kalau sekarang kamu tidak mau cerita it's ok saya ngerti. Tapi.... jika suatu saat status kita sudah berbeda, kamu wajib cerita dengan saya"

Lavina menahan nafasnya. Ia menatap irish mata Randy. Otaknya sedang tidak bisa bekerja sekarang. Kenapa hari ini Randy manis sekali di matanya.

"Ayo turun, kita makan dulu, saya lapar" ucap Randy seraya membuka sabuk pengamannya

"Kita makan lalapan pinggir jalan, kamu tidak apa apa kan?"

Lavina diam, ia masih dalam mode blank. Ia terus saja menatap apa yang Randy lakukan.

Randy menoleh lagi menghadap Lavina. Ia mengangkat tangan tepat di hadapan Lavina, mengibaskan ke kanan dan kiri guna menyadarkan Lavina dari lamunan.

"Lavina heiii..."

"Haahhh... Iyaa pak, kenapa?" ucap Lavina melebarkan mata,tersenyum salah tingkah.

Randy melihat itu merasa gemas, ia terkikik geli dengan tingkah Lavina.

"Ayo turun, kita makan dulu" ulangnya lagi

Mereka berdua menyantap makanan dalam diam. Hanya disuarai dengan hingar bingar kendaraan berlalu lalang dan pelanggan lain. Tempat makan ini ramai sekali, tidak salah lagi sih makanannya yang enak membuat tempat makan ini laris manis.

Lavina melihat Randy  menyentuh sambal yang ada di piringnya hanya sekali, tapi ia sudah kepedasan, keringat bercucuran di keningnya.

" Bapak ngga suka sambal ya? Boleh buat saya aja sambalnya pak?"

Randy mengelap keringat di keningnya dengan tisu.

"Sambalnya terlalu pedas, yang di piring kamu sudah habis, kalau kamu nambah lagi nanti sakit perut, jangan"

"Nggak apa apa pak, perut saya mah kuat. Sekuat hati saya hehe, sini..." kekeh Lavina menyerahkan piringnya ke hadapan Randy

Lavina sendiri memang sangat menyukai yang namanya sambal. Biar sepedas apapun, ia tetap pasti akan memakannya. Jika Lavina makan tanpa adanya itu, ia merasa ada yang kurang, terasa hambar.

Randy menggeleng, mendorong kembali piring Lavina.

"Kalau hati kamu kuat, kamu tidak akan menangis seperti tadi, jangan yaa"

Lavina tersenyum canggung. Perkataan Randy ada benarnya, hatinya tidak sekuat yang ia kira.

Lavina kembali menghabisi makanannya hingga tak tersisa.

"Kamu sudah selesai kan? Ayo saya antar pulang, ini sudah malam, orang tua kamu pasti cemas anak gadisnya belum pulang jam segini"

"sudah pak, orang tua say..."
Lavina melebarkan mata, seakan baru mengingat sesuatu.

"MAMA!!" teriaknya

Randy mengerutkan kening bingung, Lavina tiba tiba meneriakki mamanya.

"Kenapa Lavina?" tanya Randy melihat sekelilingknya, tidak ada tante Deasy disini.

"Mama saya pak, Mama saya masih di mall. Saya balik ke mall Bapak pulang aja, terima kasih tumpangannya pak, permisi"

Saat Lavina akan beranjak, lengannya di tahan oleh Randy.

"Mama kamu sudah pulang"

Lavina mengerutkan kening, menatap Randy curiga.

"Pulang? Darimana bapak tau?"

Randy gelagapan, ia melepaskan pegangannya pada lengan Lavina.

"Yaa.. Ya.. Mungkin kan, ini sudah malam bisa jadi Mama kamu pulang duluan. Lebih baik kamu  telfon dulu"

"Oiyaa benar yang Bapak bilang, saya coba telfon dulu pak"

Randy menghela nafas lega, untung ia bisa mencari alasan agar tidak ketahuan.



*****

ANYEONGGGGGG👋👋👋

SEE U NEXT CAPTER💚

AYOOO VOTE DAN KOMENNYA DITUNGGU💚💚

#SalamOnican💚

My Boss My FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang