Hidup Itu Tentang Pilihan

45 2 0
                                    

"Nad, are you crazy???"

Itu reaksi pertama mamah ketika aku menyampaikan keinginan resign dari kantor

"Mah, it's not a big deal"

"apa kamu bilang? It's not a big deal???"

"Mah, come on"

"Nad, punya anak kaya kamu tuh kaya naik roller coaster. Bisa bikin serangan jantung secara dadakan!"

Mamah pergi ke kamar dengan wajahnya yang terlihat kesal. Bukan hanya kesal, tapi sangat sangat sangat kesal. Aku dan papah yang masih duduk di ruang keluarga hanya bisa terdiam dan saling memandang.

"Gimana menurut papah?" Aku kembali bertanya kepada papah

"It's up to you" papah menjawab dengan enteng sembari mengangkat bahu nya

"Pah, seriusan dong!"

"Lho papah serius kok. Emang sekarang papah lagi ngelawak?"

Aku cuma bisa menghela nafas panjang mendengar ucapan papah barusan

"Nad, pernah gak sih papah menentang kemauan kamu?"

Aku memilih untuk diam dan hanya memberikan gelengan kepala sebagai jawaban

"You are my one and only daughter and i know you so well. Papah tahu kamu orang yang bertanggung jawab dalam hal apapun yang kamu lakukan, termasuk keinginan kamu untuk resign. Papah yakin ada alasan yang tepat dibalik semuanya. Am i right?" Papah kembali bertanya

"Yes you are"

"Kamu gak usah khawatir tentang opini papah, i will always on your side. Sekarang tugas kamu harus meyakinkan mamah supaya dia juga bisa kasih restu atas keinginan kamu. Mending kamu nginap disini deh malam ini, biar bisa ngobrol dari hati ke hati sama mamah"

Lagi-lagi aku hanya bisa diam mendengar ucapan papah barusan. Papah benar, selama ini dia selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Kalau bisa dibilang papah adalah sosok yang sangat demokratis. "Free to talk, free to act" kalimat itu yang jadi prinsip di antara aku dan papah.

Bahkan ketika SD sampai SMP, hanya papah yang terus mendukung keinginan ku untuk ikut turnamen taekwondo. Sedangkan mamah dengan lantang dan tegas menolak, bahkan mamah lebih mendukung aku ikut les ballet yang pada dasar nya bukan aku banget.

"Pah, is it okay kalau aku ikut latihan taekwondo secara sembunyi-sembunyi?"

"It's okay kok, tenang aja"

"Kalo nanti mamah tahu gimana?"

"Ya paling nanti kita diomelin" papah menjawab enteng sambil tertawa renyah

Well, believe me, papah is the most wonderfull dad in the world. Bukan cuma aku yang berpendapat seperti itu, tapi hampir semua teman ku mengatakan hal yang sama. "Mudah bergaul, enjoyable person, curhatable man dan smart dad" sebagian besar kesan itu lah yang disematkan untuk papah. Aku rasa papah adalah kombinasi yang pas untuk mamah yang strict.

"Nada Tunggal Anjani, diajak ngomong kok malah bengong?"

Seketika ucapan papah membuyarkan lamunan ku

"Kira-kira mamah bakal diemin aku gak ya pah kalau aku tetap resign?"

"Ya udah pasti lah. Mamah kan paling jago diemin orang kalau udah marah banget"

"Papah udah sering didiemin ya?" Aku menggoda sambil tersenyum kecil

"Gak usah ditanya lagi Nad, papah sama mamah udah hidup bersama selama 25 tahun. Udah gak kehitung berapa kali papah tidur di sofa yang kamu dudukin sekarang" ucapan papah barusan sontak membuat kami tertawa keras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kafe KelapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang