Malam Pertama

198 27 2
                                    

Setelah acara selesai, aku dan Junggo langsung menuju rumah besarnya untuk beristirahat. Junggo sudah menyiapkan rumah ini jauh-jauh hari untuk kami tempati, sudah lengkap dengan belasan pelayan dan furnitur. Suamiku membersihkan diri terlebih dulu, baru setelahnya aku yang menyusul lima belas menit kemudian.

Saat aku keluar dari kamar mandi, Junggo sudah bersandar di kepala ranjang sambil memangku macbook-nya. Aku yang memakai gaun tidur tanpa lengan, langsung memeluk tubuhku sendiri. Junggo seksi sekali kalau sedang serius seperti itu. Belum lagi rambutnya setengah basah, kepalanya menunduk dan bibirnya sesekali dijilati lidahnya. Tampan.

Aku berjalan mendekat sambil mengeringkan rambut basahku dengan handuk. Memilih duduk di sisi ranjang dan membelakangi Junggo. Saat sedang mengusak rambutku, tiba-tiba suara Junggo membuatku berhenti.

"Butuh bantuan?"

Aku langsung menoleh dan mendapati Junggo menatap padaku. Macbook-nya sudah ia letakkan di atas nakas.

Aku menggeleng. "Tidak perlu, Kakak langsung istirahat saja." Karena Junggo jauh lebih tua dariku, dan kami sudah menikah, maka aku berinisiatif untuk memanggilnya dengan panggilan yang sedikit lebih sopan. Itu juga karena aku mau menghargai dia sebagai suamiku.

Aku kembali membelakanginya dan melanjutkan kesibukanku sebelumnya. Namun pergerakan dari belakang membuatku lagi-lagi berhenti. Saat aku ingin menoleh, tiba-tiba handuk yang kupegang sudah diambil oleh Junggo.

Aku berbalik, tetapi Junggo langsung menahan bahuku sehingga aku kembali membelakanginya. "Tetap diam. Jangan banyak bergerak."

Akhirnya aku membiarkan Junggo mengeringkan rambutku. Dia memijat pelan dan lembut sambil sesekali disisir menggunakan jemarinya. Kurang lebih sepuluh menit, dia langsung berhenti dan melipat handuk yang tadi ia gunakan kemudian menyimpannya di atas nakas.

"Terima kasih." Dibalas dehaman olehnya. Tanganku langsung menyisir helai rambut panjangku yang sedikit kusut lalu membenarkan posisiku hingga kini bersandar pada kepala ranjang dan meluruskan kakiku.

Junggo juga melakukan hal yang sama. Kami sama-sama diam dan tak melakukan apa pun. Agak sedikit canggung sekarang saat kami sudah berada di ruangan yang memang hanya menyisakan kami saja. Mendadak isi kepalaku berubah liar. Biasanya kalau malam pertama pernikahan pasti melakukan itu, 'kan? Apa Junggo akan melakukannya juga?

Aku menoleh dan langsung terkejut saat melihat dia juga sedang menatapku secara terang-terangan. Sejak kapan? Kok, aku tidak sadar, ya?

"Belum mau tidur?" tanyaku.

Dia menggeleng pelan, berkedip lembut. "Kau?"

Aku mengalihkan pandanganku ke sembarang arah dan berusaha menghindari tatapannya yang menggoda itu. Tadi saat aku melihatnya, matanya seperti menginginkan sesuatu. Jangan-jangan dia mau itu, ya? Aku harus bagaimana, dong? Aku malu.

"Eumm, aku akan tidur sekarang." Aku langsung mengubah posisiku, menarik selimut sebatas dada dan berbaring menatap langit-langit kamar. Aku menunggu kantuk datang, jadi kubiarkan posisiku seperti itu meskipun pikiranku tidak bisa kosong.

Sebenarnya, kedua mataku sudah tertutup rapat, tetapi rasanya masih tetap terbuka. Perasaanku tidak enak. Seperti ada yang mengawasi, tidak nyaman.

Pelan-pelan setelah mengumpulkan keberanian, aku membuka mataku dan menoleh padanya. Benar saja, 'kan? Dia masih menatapku. Melihatnya duduk bersandar sambil menyunggingkan senyum tipis membuatku semakin tak enak hati. Aku dosa tidak, ya, meninggalkan suami tidur saat malam pertama?

Kalau orang tuaku tahu, pasti aku akan dimarahi dan dibilang tidak sopan.

"Kakak belum mau tidur?" tanyaku sambil mengubah posisi berbaring menyamping ke arahnya dan menjadikan satu tanganku sebagai penumpu kepala. Tidak enak juga kalau pura-pura tidur, jadi aku putuskan untuk membangun percakapan ringan. Siapa tahu sebentar lagi aku mengantuk.

Roller Coaster ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang