Part 16

102 11 2
                                    

"Yaa Tuhan ... mba Arin..... maaf ya mba... aku tidak peka sama keadaan mba Arin ..."

"Tidak apa Di, itu pilihan yang telah dibuat oleh mas Alam, aku bisa apa Di?"

"Lalu apa yang akan mba Arin lakukan?"

"Aku sedang berpikir untuk berangkat ke Paris Di ... memulai hidup baru..."

"Paris mba? tapi disana nanti mba Arin sama siapa?"

"Masih ingat dengan tante Widya? sepupu mamanya mas Marcel?"

"Ooohhh yang juga belum punya anak itu mba?"

"Iya, tante widya menawariku untuk tinggal bersamanya, karena suaminya sudah meninggal beberapa bulan lalu..."

"Tapi apa tante Widya tahu kondisi mba Arin sekarang?"

"Aku belum sempat cerita Di .... tapi aku akan bercerita padanya agar tante tidak merasa aku bohongi ...."

"Pikirkan baik - baik mba ... jangan gegabah ... ini demi mba Arin dan anak mba Arin ...."

"Terima kasih Di.... Di... apakah besok kamu bisa menemaniku ke bidan langgananmu? Aku tidak mau kerumah sakit karena takut bertemu dengan teman - teman mas Alam."

"Boleh mba, besok pagi aku daftarkan ya mba... kita berangkat jam 10 dari rumah setelah Ara dan Ama pulang sekolah."

"Terima kasih Di.."

"Sama - sama mba.."

Audi keluar dari kamar dan kembali ke kamarnya. Arin kembali memikirkan masak - masak apa yang harus dia lakukan untuknya dan bayinya. Arin mengelus perutnya,

"Maafkan Ibu ya nak... Ibu tidak sempat memberitahu ayahmu kalau kamu telah hadir diperut Ibu..."

Arin tertidur sambil mendengarkan alunan musik untuk perkembangan otak bayi seperti yang dia baca di majalah kesehatan ibu dan anak.

-------

"Nyonya Arin"

Mendengar nama Arin dipanggil, Arin dan Audi masuk kedalam ruang periksa bidan. Bidan dengan ramah menyambut Arin dan Arin menjelaskan mengenai kehamilannya.

Bidan memeriksa kondisi janin yang sudah berusia 8 minggu itu melalui USG dan menjelaskan kondisi janin Arin. Janinnya sehat, kuat dan berkembang dengan baik, Bidan memberikan vitamin dan beberapa obat penunjang kehamilan lain yang harus dikonsumsi oleh Arin. Bidan meminta Arin untuk dapat kontrol bulan depan.

Sepulangnya dari kontrol di Bidan, Arin dan Audi kembali kerumah karena kondisi tubuh Arin yang mudah lelah. Sesampainya di rumah, Arin melihat Anas sedang menangis, Arin memeluknya.

"Mba Arin ... apa benar mas Alam menceraikan mba Arin ???"

"Anas tahu dari mana? "

"Tadi Anas bertemu dengan mas Dimas dan mas Dimas cerita kalau mas Alam sudah menceraikan mba Arin .... kenapa mas Alam bisa kejam gitu sama mba Arin ... mba Arin salah apa sama mas Alam... kenapa mas Alam tega nyakitin mba Arin .."

Arin mengelus punggung Anas yang masih menangis.

"Anas, mungkin mba Arin bukan jodohnya mas Alam ... sudah... jangan menangis... nanti jelek lohhh... sebentar lagi mau lulus kan....."

Arin melepaskan pelukan Anas dan menghapus air mata Anas dipipinya.

"Anas ... tidak semua yang kita inginkan akan terwujud ... mungkin ini cara Tuhan menguatkan mba Arin .... sudah jangan menangis, lihat mba Arin saja tidak menangis ..."

Mereka tidak tahu berapa kali Arin menangisi perceraian itu, mereka tidak tahu setiap malam Arin menangis merindukan Alam, Airin dan Bima ... betapa Arin sangat merindukan keluarganya.

I love you baby...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang