Jam dinding menunjukan pukul 8 malam. Moy yang sedang di rumah sendiri merasa was-was, nafasnya mulai tidak teratur dan jantungnya terasa dua kali berdetak lebih cepat. Punggungnya terasa geli menghantarkan gelenyar aneh.
"Mama kapan pulang..." Ucapnya pelan. Ia meraih ponsel yang berada disebelahnya, dengan segera mendial sebuah nomor."Halo? Kenapa Moy?" Ucap seseorang disebrang sana.
"Mama kapan pulang? Ini udah jam 8 malam."
"Mama minta maaf, Moy. Toko lagi ramai dan Mbak Ika sendirian. Sebentar lagi Mama pulang."
"Mama jangan lama..."
"Gak sayang..., kalau Kamu takut. Minta Vanes temenin Kamu."
Moy langsung mematikan ponselnya, ia tidak mau mendengar Mamanya karena merasa sedikit kecewa, kecewa dalam artian mengapa tidak tutup toko saja dan langsung pulang? Walau lagi lagi perasaan bersalah selalu mmghinggap didiri Moy. Mama Ima selalu memenuhi kebutuhan Moy dan mengurusi Moy hingga sebesar ini. Meski mereka hanya hidup berdua tapi semua sudah cukup, mereka tidak kekurangan sama sekali berkat toko desert Mama Ima yang terkenal, mulai dari kalangan pelajar hingga kalangan selebriti, tak jarang pula toko Mama Ima dijadikan tempat shooting acara kuliner atau variety show selebriti.
Moy mendesah pelan dan mulai menuruni ranjang yang Ia tiduri. Ia berjalan menuju ruang tamu untuk mematikan lampu. Mungkin Mama Ima akan pulang larut malam, karena sebelumnya juga seperti itu. Mama Ima berkata tidak akan lama tapi ternyata hingga tengah malam belum pulang, hingga Moy tertidur pulas dan akan terbangu keesokan harinya, baru Ia akan mendapati Mama Ima berada di rumah.
"Laper, makan mie kali ya?"
"Ehmm ... , okay!"
Moy bermonolog dan melangkahkan kaki menuju dapur untuk memasak sebungkus mie. Suasana diluar sedang hujan dan sangat cocok jika sambil menyantap semangkuk mie rasa soto yang asapnya mengepul.
Dilain tempat, seorang wanita berusia 39 tahun sedang berada di cafe. Sosok pria didepannya yang kira-kira berusia 40-an menyeruput Americano coffee dengan sedikit senyum kecil terpatri di bibirnya.
"Kamu yakin gak mau tinggal di kediaman Handoko?" Tanya pria itu. Wanita dihadapannya berdecak dan mengalihkan pandangannya dari pria itu.
"Sudah tahu jawabannya kenapa masih saja bertanya?" Pria itu tertawa pelan dan mulai menyangga dagunya sambil menatap wanita didepannya dengan intens."Kamu sampai kapan mau ngurus anak itu?" Tanya pria itu
"Kamu akan menderita nanti, kamu tau kan konsekuensinya?" Lanjut pria iru.
Wanita itu mengehembuskan napas berat, Ia menutup matanya dan mengalihkan pandangan dari hujan diluar jendela menuju pria itu. "Apa Anda sudah selesai beromong kosong? Saya permisi." Wanita itu bangkit berniat meninggalkan cafe itu hingga ucapan pria itu menghentikannya.
"Jangan sampai Kamu menyesal, Ima."_____
Pagi ini terlihat embun disekitar rumah, suasana pinggir kota yang sejuk dan kendaraan bermotor yang masih sedikit memang membuat kota ini terasa nyaman, terlebih lagi beberapa kilometer ada sebuah bukit.
"Moy, bangun waktunya sekolah. Nanti kamu telat." Mama Ima menggoyangkan pundak moy berharap gadis itu terbangun.
"Moy? Udah jam 6 loh. Nanti kamu telat."
"Hng?" Moy mengerjapkan matanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya. Matanya mengerjap beberapa kali membiasakan cahaya yang masuk kematanya.
"Mama pulang jam berapa?" Tanya nya. Mama Ima berdecak pelan.
"Ck! Gak penting pertanyaannya, sekarang ayo bangun mandi terus sarapan. Waktunya berangkat sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken
Teen FictionMoy pikir jika Ia mementingkan orang lain Ia tidak akan dijauhi dan dibenci. Moy pikir hidupnya akan tenang karena mengikuti kata orang lain. Setiap malam sebelum tidur, Moy selalu membayangkan bagaimana jika hari ini Ia salah berbicara hingga menyi...