Chapter 69

1.8K 91 13
                                    

Aeropuerto de Ministro Pistarini, Buenos Aires

7.50 P.M

Gadis itu menyeret kopernya menuju SUV putih yang sudah menunggunya di dekat sebuah food court. Kaki jenjangnya melangkah cantik. Ketukan dari heelsnya menggema memasuki telinga. Meski kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, namun tak bisa diabaikan pesona kecantikan gadis berambut cokelat itu.

Di belakangnya ada Rosaline yang mengikutinya seraya menyeret koper lalu meletakkan kopernya ke bagasi. Keduanya masuk ke dalam mobil tersebut. Sang penumpang menolehkan kepalanya, menatap gadis berambut panjang itu dengan senyum miring. "Perjalanan yang panjang huh?"

Membuka kacamatanya, Devlin berdecih lalu menyandarkan punggungnya. "Semuanya gara-gara kau."

"Eh?" Johnson menaikkan sebelah alisnya dan tertawa. "Kenapa jadi aku?"

Rosaline duduk di kursi depan, di samping pengemudi. Wanita itu tidak berhak menimpal berbicara karena ia hanyalah anggota di tim Bravo. Maka dari itu ia hanya diam dan supir juga lebih memilih mengendarai.

"Jika saja kau memberitahu aku kalau mereka mengikutiku sampai ke dalam, maka aku tak akan kehilangan koperku." ucap Devlin sinis.

Johnson malah tertawa. Pria itu meluruskan pandangannya. "Lagipula tidak masalah jika kopermu ada di dalamnya. Hanya pakaian saja, kau bisa membelinya. Bahkan sampai toko-tokonya."

"Tetap saja itu salahmu."

"Yayaya.." Johnson menyilangkan kakinya dan menatap ke luar jendela. "Rosaline, kau pergilah ke markas untuk berjaga-jaga."

"Baik, Tuan."

Di tengah perjalanan, SUV putih itu berhenti di sebuah gedung. Rosaline turun bersama kopernya dan mobil pun kembali melaju menuju tempat yang akan dituju.

"Kita akan tinggal berdua."

Gadis itu mengangguk tak peduli seraya menyeret kopernya menuju lantai atas, dimana kamarnya telah disediakan bersama dengan kamar Johnson yang letaknya tak jauh dari sana.

Ia membaringkan tubuhnya seraya membuka kacamata, menatap langit-langit kamar berwarna abu-abu itu dengan wajah datar. Kejadian hari ini membuatnya lelah.

"Bagaimana dengannya?" gumam Devlin pelan. Ia teringat pada Justin. Karena tadi pagi ia langsung berangkat begitu saja tanpa berpamitan. Apalagi firasat buruknya yang benar-benar terjadi.

Terdengar helaan napas panjang. Devlin terduduk, mengusap wajahnya dan bangkit menuju kamar mandi. Membersihkan diri adalah hal yang tepat setelah melalui beberapa jam perjalanan melelahkan.

Malam hari...

Suasana kota Buenos Aires begitu hidup dengan lampu-lampu yang terang benderang. Tiupan angin di sela pejalan kaki membuat mereka memilih untuk mengeratkan pakaiannya.

Pasangan yang tengah berjalan bersisian itu berlalu dalam diam meski suasana di sekitar sangatlah ramai. Johnson memakaikan jaketnya ke pundak Devlin.

Saat ini mereka tengah menjalani misi untuk mencari beberapa anak buah Cosino yang berpencar di penjuru daerah di Buenos Aires. Perlakuan tadi, termasuk sandiwara kecil agar 'mereka' segera keluar dari tempat persembunyian.

Di sekitar mereka terdapat beberapa mata-mata yang diletakkan oleh Johnson. Sebagai pejalan kaki, penjual makanan ataupun lainnya. Untuk menghilangkan rasa curiga dari para komplotan sehingga mereka dapat berpikir bahwa kedua orang tersebut tidak ada penjaga.

Johnson melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah dua puluh menit mereka berkeliling, ia hanya menemukan dua atau tiga orang yang mencurigakan.

"Apakah mereka sudah memperlihatkan diri?" tanya Devlin dengan tatapan lurus ke depan.

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang