Lagi-lagi Shena pulang sangat terlambat kerumah kecil miliknya. Dia bergegas masuk ke dalam rumah, dan dilihatnya arah jam dinding yang menunjukan pukul 10 malam. Memang kantor sudah pulang pukul 5 sore, tapi sebagai arsitek muda yang diamanatkan untuk memimpin tander di Jeju beberapa waktu kedepan, Shena tak bisa setidaknya mengistirahatkan mata atau bahkan menghisap secangkir kopi kesukaannya diwaktu senja.
Dibawanya dua bungkus makanan hangat yang baru saja dibeli di dekat rumahnya tadi. Dengan cepat langkahnya bergerak masuk ke dalam sebuah kamar dan dilihatnya sesosok wanita paruh baya tertidur di atas kasur yang sudah kotor dan tak terawat. Shena tersenyum dan berjalan perlahan, tak ingin mengganggu ibunya sendiri yang sudah tertidur. Tapi kemudian ibunya bangun dan tersenyum saat menyadari anaknya berada di dekatnya.
"Kau sudah pulang?"
Shena mengangguk dan menghampiri sang ibu, bergegas mengecup hangat punggung tangan dan dahinya. "Aku membawakan makanan untuk kita makan, bu. Tapi jika ibu sudah mengantuk, aku.."
"Ibu akan makan." Sang ibu tersenyum hangat, meskipun matanya masih menyesuaikan dengan cahaya lampu yang mulai meredup.
Perlahan Shena membantu ibunya untuk duduk dari posisi tidurnya. Dia menarik meja khusus untuk menaruh makanan yang tadi dibelinya. "Kenapa makan disini? Kita makan diruang makan bersama-sama."
"Tidak, disini saja. Ibu harus banyak istirahat."
"Tapi.."
"Tidak tidak." Shena menahan tubuh ibunya yang berusaha untuk bangun. "Aku juga akan makan di sini bersama ibu. Oke?"
Kali ini nyonya Kim tak bisa mengelaknya. Dia akhirnya menuruti apa yang diinginkan oleh anak kesayangannya itu. Akhirnya mereka makan bersama, meskipun makananan yang mereka makan tak semewah makanan bintang lima.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanya sang ibu ditengah acara makannya.
Shena sedikit tersenyum. "Baik seperti biasa. Presentasi hari ini pun berjalan lancar."
"Lalu bagaimana dengan keterlambatanmu? Apakah bos mu kembali memarahimu? Maafkan ibu nak karena ibu kau.."
"Tidak bu," segera Shena menggenggam tangan ibunya untuk memberikan rasa tenang, karena ibunya terlihat begitu sedih saat mengetahui jika anaknya selalu menjadi objek amarah pimpinannya. Tentu saja nyonya Kim begitu sedih karena alasan terbesar kesalahan sang anak adalah karena dirinya. "Sudah kewajibanku untuk mengurusi ibu terlebih dulu, baru mengerjakan suatu hal yang lain. Tak masalah dia akan memarahiku atau bahkan memecatku, yang jelas ibu nyaman dan aman selama aku tak ada di rumah."
Nyonya Kim terlihat sangat sedih, tapi wajah Shena begitu menyejukkan hatinya sehingga dia berusaha untuk terus tersenyum demi anaknya.
"Ibu baik-baik saja, lagipula ibu masih bisa mengerjakan suatu hal sendiri. Besok kau tak boleh datang terlambat lagi, oke?"
Shena mengangguk dan memeluk ibunya dengan erat. Ibunya selalu mengerti bagaimana hari-harinya. Setiap detik bersamanya adalah waktu yang sangat berharga.
Tiba-tiba ponsel Shena berdering, dia meminta izin untuk mengangkat dulu telepon yang siapa tahu penting itu. Dan dilihatnya nama seorang dokter pribadi yang selalu berurusan dengannya. Dengan cepat Shena berlari kearah luar kamar agar ibunya tak mendengar topik pembicaraan mereka berdua.
Matanya mengintip sedikit kearah dalam kamar sang ibu -- sedikit khawatir, kemudian mengangkat telepon itu dengan gemetar, karena pasti ada hal yang penting saat dokter pribadinya menelpon.
"Halo?"
"..."
"Benarkah?"
"..."

KAMU SEDANG MEMBACA
GLOOMY [Donghae x Shena x Eunhyuk]
FanfictionTak ada seorang pun yang bisa memilih jalan kehidupan. Semua orang pasti memiliki mimpi, tapi untuk menikmati hidup, tidak semua orang menyukainya. Katakan saja jika Shena adalah salah satu orang yang paling sial di dunia. Siapa yang ingin menjadi s...