Bosan itu wajar?

5 3 1
                                    

                                              Lumajang, 2019

Semenjak langkah kita tak berderap, memoripun hilang menjadi sajak yang tak lagi mampu terucap
                      @sajakrasao8

Mungkin itu yang menggambarkan keadaan dua temanku ini.
Kau tau? Berada ditengah temanmu yang berseteru adalah hal yang membingungkan bagiku.

Satu sisi, dia adalah teman lama mu sewaktu SMP dan disisi lainnya... dia adalah sahabat seperjuanganmu.
Hmmm, entahlah. Tapi ini bukanlah cerita tentang pertengkaran antar dua sahabat atau pertengkaran karena memperebutkan cowok yang sama. Tapi, ini adalah cerita tentang sepasang kekasih yang harus pisah hanya karena satu kata. Bosan.

Klasik emang.
Ini adalah kisah dari Eka.
Eka adalah sekian banyak teman yang aku jumpai semasa aku sekolah, tapi dia sedikit spesial. Yah! Dia termasuk kedalam teman dekatku sewaktu SMK, selain Dilla dan Bila.

Eka adalah sahabat sekaligus pacar temanku dari SMP. Siput. Aneh? Entahlah, memang Siput dipanggil seperti dari dulu, padalah nama aslinya terbilang cukup bagus. Taulah namanya aja teman, iya nggak.

Mereka mulai berpacaran sejak kita masuk kelas 11, awalnya sih berjalan seperti biasa tapi...

" Ndu, Siput kenapa ya?" Tiba-tiba Eka menghampiriku.

" Kenapa apanya?"  Aku yang sedang asik bermain game, hanya menjawab seadanya.

" Iya, biasanya dia selalu ngabarin gue, chat atau telphone, tapi sekarang. Nggak ada sekalipun." Sambil mengecek handphone nya sekali lagi.

" Lagi sibuk kalik, ya ya ya... ah mati kan!"

" Ih Rindu, lo dengerin gue nggak sih." Dari nadanya, aku tau Eka jengkel padaku.

Kutaruh handphone ku dan menatapnya  " Memang apa sih yang salah Ka, dia Cuma nggak ada kabar doang, masak dikit-dikit harus ngabarin lo. Ya bosen lah. "

Sorry Ka, aku nggak tau kalau kata-kataku saat itu dicatat sebagai doa oleh Tuhan.

" Ya enggak gitu, seenggaknya jawab kek chat dari gue, biar gue nggak kawatir gitu."

Oke, kalau gini gue yang harus bertindak.  " Iya-iya, entar gue chat Siput." Ibarat jembatan nih, aku ada ditengah-tengah mereka. Capek.

" Sekarang aja Ndu."

" Iya iya bawel." Akhirnya setengah malas aku mengirim pesan pada Siput  "Nih liat, watshapp nya nggak aktif. Lagian tenang aja Ka, Siput mungkin lagi hangout sama temen-temennya."

===*-*===

Kau tau Ndu, jauh dilubuk hatiku yang paling dalam ada secuil ketakutan dengan sikapnya yang seperti ini.

"Nduuu..... "

Seperti biasa, Eka datang menggangguku yang sedang bermain game.
" Apaan lagi? Masih kagak ada kabar tu Keong? "

" Siput ngajakin putus..."

Sejenak aku terdiam, kulihat wajah Eka yang masam bercampur sedih. "Kenapa?" Tanyaku heran.

" Nggak tau, tiba-tiba chat aku gini." Ujarnya dengan nada melas.
" Coba lo tanyain Ndu, kenapa dia gitu. Seenggaknya kasih gue alasan yang jelas, jangan tiba-tiba muncul, ngacauin gitu aja dan hilang kayak angin."

Ini nih, yang nggak aku suka kalau berada ditengah-tengah cinta yang hadir pada teman-temanku. Sungguh, sekarang aku bingung apa yang harus aku lakukan.

" Sabar Ka, mungkin siput ada alasan lain ngelakuin ini, maybe!" Kataku mencoba menenangkan.

" Bukan gitu cara kerjanya Ndu, kalau ada masalah bilang, jangan kek gini." Nadanya meninggi  "Aku juga punya hati Ndu." Dan kembali lirih.

Hmmm, kenapa gue yang kena semprot

Kau tau, seenggak seriusnya aku, aku paling tidak suka jika aku tidak bisa menemukan solusi untuk masalah yang teman-temanku hadapi.

Hatiku sakit Ndu, dia datang bersama sejuta kata manisnya dan menghilang membuatku miris.

Aku bukan orang yang suka ikut campur urusan orang lain, tapi hal ini berbeda.
Aku memberanikan diri untuk menanyakan langsung alasan Siput berlaku seperti ini  " Put "
Tapi lewat watshap.

Tidak lama, akupun mendapat balasan  "Apa ten? "

" kalian, Kenapa kalian putus?"  Tanyaku to the point

"Ya, seperti yang kau ketahui." Jawabnya ringan.

" Tapi yang lo lakuin itu nggak asik tau nggak." Dan yang membuatku semakin emosi adalah jawabannya yang terbilang biasa saja.

“ Jangan ikut campur urusan gue."

Oke fine! Aku akui aku terlalu ikut campur, tapi gini loh. Dia itu laki-laki, tapi seenaknya menyakiti hati seorang anak perempuan yang orangtua nya aja mati-matian untuk membahagiakannya. Apa jika jadi laki-laki itu bisa berlaku seenaknya? Mikir dong, kalau nggak ada perempuan didunia ini kalian para laki-laki pun tidak akan ada didunia ini.
Garis bawahi tuh.

Belakangan aku tau Ndu, bahwa alasan satu-satunya dia mengakhiri hubungan ini hanya karena Bosan.

Mungkin ini yang terbaik untuk mereka berdua, diawal sakit memang tapi tidak ada luka yang nggak ada obatnya. Ya nggak! masing-masing. Tapi bukan begini maksutnya.

~Tamat~

Girl's Diary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang