"Doyoung-"
Doyoung menoleh kebelakang dan mendapati Hyunsuk yang kini berdiri didepannya. Doyoung tidak ingin melihat wajahnya. Dia memutuskan untuk tidak menggubrisnya dan pergi melewatinya.
Namun, lengan Doyoung telah lebih dulu ditahan oleh Hyunsuk. Namun, Doyoung tanpa aba-aba langsung melepasnya kasar.
"Kau pikir kau siapa berani menyentuhku?!" Tanya Doyoung kasar, beda sekali dengan Doyoung yang dulu.
"Aku ingin bicara padamu," ujar Hyunsuk sambil menatap manik Doyoung lekat-lekat.
"Aku tidak ingin," ujar Doyoung sinis.
"Aku menyesal. Aku menyesal, Doyoung. Tolong maafkan aku, aku ingin kita kembali seperti dulu," ujar Hyunsuk memelas kepada Doyoung.
"Aku tidak butuh maafmu," ujar Doyoung tanpa melihat kearah Hyunsuk.
"Aku akan melakukan apapun. Apapun agar kau memaafkanku"
"Kalau begitu pergilah, pergilah dari kehidupanku dan jangan pernah menemuiku lagi"
"Tolong percayalah padaku kali ini," ujar Hyunsuk mencoba meyakinkan Doyoung.
"Seperti Haruto mempercayaimu?" Tanya Doyong sarkas. Hyunsuk terdiam. Mendengar Doyoung berkata begitu membuat hati Hyunsuk kembali sakit. Sakit sekali sampai Hyunsuk ingin mati.
"Kau sadar sepenuhnya atas semua yang kau lakukan. Kaulah pembunuh sebenarnya," ujar Doyoung sambil menatap Hyunsuk penuh kebencian. Namun, tanpa diketahui oleh siapapun, bahkan Doyoung sendiri, bahwa didalam lubuk hati Doyoung, dia ingin sekali memaafkan Hyunsuk. Namun lagi-lagi, Doyoung tak menemukan alasan untuk memaafkan Doyoung, Doyoung sudah terlanjur kecewa.
Doyoung kembali berjalan pergi, meninggalkan Hyunsuk.
"Aku tahu aku salah, seharunya aku percaya pada Haruto," ujar Hyunsuk lagi yang otomatis membuat langkah kaki Doyoung berhenti. "Seharusnya aku tidak menyia-nyiakannya."
Doyoung mendecih. "Nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada gunanya bicara seperti itu," setelah mengatakan itu, Doyoung kembali berjalan meninggalkan Hyunsuk sendirian.
Doyoung memegangi dadanya yang mulai terasa sakit, namun dia tetap berjalan, berusaha agar Hyunsuk tak melihatnya. Doyoung tak ingin terlihat lemah, dia ingin membuktikan bahwa dia bisa hidup tanpa sosok Hyunsuk disampingnya.
Sementara itu, Hyunsuk masih ditempatnya. Terduduk dan terdiam dengan tatapan kosong, seperti tersedot jiwanya. Kemudian tanpa sadar, Hyunsuk memukul kepalanya sendiri dengan tangannya. Mungkin Hyunsuk berusaha menyakiti dirinya untuk menyampaikan pada Haruto, bahwa dia menyesal, menyesal telah membuat Haruto mati. Pukulan itu tidak ada apa-apanya dengan sakit yang dirasakan Haruto, jadi Hyunsuk akan melakukan apapun sampai sampai rasa sakitnya akan terlihat setara dengan Haruto. Walaupun tanpa sadar dia juga tahu, kalau itu tidak mungkin
Namun semakin kencang Hyunsuk memukul kepalanya, bayang-bayang Haruto malah terus hinggap dikepalanya. Memenuhi kepaanya seakan tidak mau pergi dari ingatan Hyunsuk, membuatnya jadi semakin ingin mati.
"Hyung, apa kau mempercayaiku?" Tanya Haruto tiba-tiba pada suatu malam.
"Tentu saja aku mempercayaimu, kau adalah adikku. Kenapa kau bertanya begitu?" Tanya Haruto yang heran dengan ucapan adiknya itu.
"Kenapa kau bisa mempercayaiku? Aku hanya anak yang kau temukan dipinggir jalan," ujar Haruto. Hyunsuk tersenyum pada Haruto.
"Bukankah sudah kubilang. Kau adalah matahari dirumah ini. Kami jadi merasa lengkap lagi setelah kedatanganmu. Aku akan terus menyayangimu dan juga Doyoung. Karena kita keluarga," ujar Hyunsuk dengan senyum lebarnya, yang tanpa sadar tertular ke Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER BRIGHT
FanfictionHari ketika semuanya berubah. Hari dimana Hyunsuk merasa benar-benar sendirian. . . . Tentang Hyunsuk, dan segala penyesalannya. Genre : brothership WARN! THIS IS NOT BXB