|destruction

389 40 12
                                    

Tolong maafkan typo nya :v
~~

"Yak Kim Doyoung!" Panggil seseorang saat Doyoung hendak pergi kekantin. Doyoung menoleh pelan. Melihat beberapa pria sedang berkumpul sambil tertawa-tawa.

"Sini kau!" Serunya lagi, Doyoung mau tidak mau berjalan kesana sambil menunduk takut.

"Ada apa?" Tanya Doyoung.

"Aku lapar," ujarnya sambil menatap Doyoung seperti mengintimidasinya.

"La-lalu?" Tanya Doyoung gugup sambil terus menundukkan wajahnya.

"Lalu?!" Pria itu kemudian berdiri sambil menatap Doyoung intens. "Tentu saja kau harus membelikan kami makanan."

"Aku tidak bawa banyak uang," jawab Doyoung.

"Jinjja?" Tanyanya sambil menaikkan sebelah alis matanya. Kemudian dia menoleh kepada teman-temannya, sambil memberikan kode. Teman-temannya langsung saja berjalan mendekat kearah Doyoung. Doyoung yang merada terintimidasi pun refleks berjalan mundur.

Dan benar saja, selang beberapa saat Doyoung dihantam oleh beberapa manusia itu. Beberap menendang Doyoung sampai Doyoung tersungkur, beberapa lagi merogoh saku baju dan celana Doyoung dan menemukan beberapa lembar uang didalamnya. Doyoung pun hanya bisa pasrah.

"Apa yang kalian lakukan?!" Sebuah suara tiba-tiba datang dan membuat atensi semua orang berbalik kepadanya. Dia adalah park ssaem, beserta seseorang yang muncul dari belakangnya, Bang Yedam.

"Kalian semua ikut saya!" Bentak park ssaem. Yang dibentak awalnya hanya diam saja.

"Kenapa diam saja?! Asahi, Mashiho, Junghwan dan yang lainnya, semuanya ikut saya sekarang!" Serunya lagi. Yang disebut pun akhirnya menurutinya, walaupun tetap dengan wajah tanpa bersalah.

"Jangan pikir kau akan selamat, Bang Yedam," ancam Asahi sambil melewati Yedam dengan tatapan sinis. Namun, Yedam terlihat tidak peduli dan beralih membantu Doyoung.

"Gwenchanha?" Tanya Yedam sambil membantu Doyoung berdiri. Doyoung tidak menjawab dan berusaha berdiri dengan bantuan Yedam, kemudian Yedam membantunya duduk dikursi.

"Kenapa kau diam saja?" Tanya Yedam setelah cukup tenang.

"Mereka terlalu banyak," jawab Doyoung.

"Maksudku kenapa kau tidak pernah melapor?" Tanya Yedam lagi.

"Kemudian mereka akan menindasku lagi diluar sekolah," jawab Doyoung lagi.

"Lalu kau akan diam saja?" Yedam mulai merasa kesal dengan jawaban Doyoung yang terkesan tidak peduli jika dibully. "Kau akan sampai kapan begini?!"

Doyoung tidak menjawab. Yedam memang tidak pernah melapor atau mengadu pada siapa-siapa ketika dia dibully. Dulu Doyoung tidak mau mengadu karena tidak mau membebani Hyunsuk yang sudah sibuk dengan kuliah dan pekerjaannya. Namun sekarang, Doyoung tidak mau mengadu karena tidak mau terlihat lemah oleh Hyunsuk. Lagi-lagi, dan tanpa sadar, Doyoung melakukannya hanya karena Hyunsuk.

"Yak Kim Doyoung," panggil Yedam lagi membuyarkan lamunan Doyoung. Doyoung tiba-tiba berdiri dari duduknya.

"Terimakasih karena telah membantuku. Sebaiknya sekarang kembali kekelas, sebentar lagi masuk," ujar Doyoung kemudian memilih langsung pergi meninggalkan Yedam.

"Kapan kau akan operasi?" Tanya Yedam tiba-tiba sambil berdiri, membuat Doyoung pun berhenti dan menoleh kearah Yedam. Yedam menatap Yedam, namun tidak menjawab pertanyaan Yedam. Yedam membalikkan lagi wajahnya. Namun lagi-lagi, Yedam menghentikannya berjalan.

"Kau akan menerimanya kan?" Tanya Yedam. Doyoung terdiam. "Ada baiknya jika kau cepat-cepat melakukan operasi"

"Kau tidak punya hak mengaturku," jawab Doyoung masih menatap kearah depan.

"Lalu apa kau akan mati saja?"

Doyoung meneguk ludahnya kasar. "Aku memang tidak berencana hidup lebih lama."

"Cih. Supaya kau cepat bertemu Haruto, maksudmu?" Pertanyaan Yedam benar-bensr menohok Doyoung, karena secara tak langsung yang dikatakannya adalah benar. "Kau pikir Haruto akan senang jika kau menyusulnya lebih cepat? Jangan bodoh, Kim Doyoung."

"Lalu kenapa aku harus tetap bertahan hidup dengan menahan rasa sakit ini?

"Kau sendiri yang membuatnya begitu menyakitkan. Setidaknya masih ada Hyunsuk"

"Cih. Kau tidak serius mengatakannya, bukan?"

"Apa setelah kematian Haruto, kau pernah memikirkan perasaan Hyunsuk? Bahkan sedetik saja apa kau pernah memikirkan perasaan Hyunsuk?"

Doyoung berbalik menatap Yedam dengan wajah yang terlihat kemerahan.

"Kau tahu apa tentangku?! Kenapa kau sok tau sekali?!" Tanya Doyoung dengan penuh penekanan. Yedam sampai dibuat terdiam. "Kau tanya apa? Apa aku pernah memikirkan perasaan Hyunsuk? Tentu saja aku memikirkannya. Aku memikirkannya sampai mau gila rasanya. Lalu pernahkah kau memikirkan rasanya menjadi aku? Apa kau tahu bagaimana rasanya berhadapan dengan hyung yang telah mengkhianatimu?!"

Yedam terdiam, sambil menatap manik Doyoung yang seperti menahan beberapa tetes air mata. Doyoung terlihat kesakitan. bukan fisiknya, tapi hatinya. Yedam mengerti bagaimana perasaan Doyoung, tapi tetap saja, Doyoung sedikit terlalu egois dengan sikapnya.

Doyoung pergi setelah itu. Tidak lagi memikirkan Yedam dan segala perkatannya itu.

~~~

"

Haruto bunuh diri," Doyoung mengatakannya sambil terdudup lemas dikursi, dia mengatakannya didepan Hyunsuk. Hyunsuk yang mendengarnya langsung melotot.

"Apa maksudmu?!" Tanyanya sambil berdiri. Namun, Doyoung tidak menjawab. Dia hanya diam dengan air mata yang tanpa sadar mengalir.

"Kim Doyoung, kau bercanda, kan?!" Hyunsuk tiba-tiba sudah berdiri didepan Doyoung sambil mengguncang bahu Doyoung. Doyoung tersadar dan menatap Hyunsuk dengan tatapan yang tidak bisa Hyunsuk artikan. Doyoung kemudian berdiri, dan tanpa aba-aba tiba-tiba meninju Hyunsuk.

"Ya Haruto telah mati, dan kau yang membunuhnya!" Seru Doyoung sambil menunjuk Hyunsuk. Doyoung terlihat sangat murka.

"Doy-"

"Tidakkah kau sadar bagaimana berartinya kau bagi Haruto. Kau sendiri yang membawanya kesini, lalu kau sendiri yang membunuhnya!"

"Ak-aku..," Hyunsuk seperti tidak bisa berkata apa-apa, dia menangis setelahnya. Begitupun dengan Doyoung yang juga sedang menangis.

"Tidak. Itu memang kesalahanku dan Haruto, itu memang kesalahan kami yang memilih percaya padamu, itu memang kesalahan kami", ujar Doyoung.

"Doyoung, aku tidak bermaksud-," ujar Hyunsuk lagi-lagi terputus.

"Bermaksud atau tidak, itu adalah kesalahanmu Haruto mati!"

Hyunsuk merasa seluruh oksigen disekitarnya habis, Hyunsuk bahkan tidak bisa berfikir lagi. Hyunsuk menangis sejadi-jadinya. Hyunsuk memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Begitupun dengan Doyoung yang sudah terduduk lagi dikursinya. Doyoung memegangi dadanya yang sekarang terasa begitu sakit, sambil mengeluarkan air mata yang tidak ada hentinya.

Ini hanyalah awal kehancuran. Kehancuran yang lebih parah akan tetap terjadi dimasa depan. Kehancuran dimana penyesalan akan menjadi akhirnya.

~~~~~

Ada yg masih nungguin gasih🤣
Nulis cerita tu emg mood2an bgt ya🤣
Kedepannya aku bakal rajin nulis, nyelesaiin work ini

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AFTER BRIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang