Doyoung merasa fisiknya melemah akhir-akhir ini, jantungnya sering terasa sakit belakangan ini. Doyoung sampai sulit fokus saat guru menjelaskan pelajaran.
"Choi Doyoung, gwencanha?" Tanya seseorang yang daritadi sadar akam Doyoung yang tidak seperti biasanya.
"Aku tak apa, Yedam," jawab Doyoung.
"Kau yakin? Tidak mau ke UKS saja?" Tanya Yedam lagi, sedikit cemas. Doyoung menggeleng.
"Tidak. Aku tak apa," ujar Doyoung lagi sambil tersenyum kecil.
"Baiklah kalau begitu. Kalau ada apa-apa bilang saja padaku," ujar Yedam lagi.
"Hm. Gomawo," jawab Doyoung. Yedam itu murid yang terkenal baik dan pintar disekolahnya, sehingga dia memiliki banyaj teman. Doyoung kadang iri padanya. Doyoung hanya punya beberapa teman dekat disekolah, yah salah satunya Park Jeongwoo.
"Doyoung!" Panjang umur, Jeongwoo tiba-tiba saja sudah duduk disebelah Doyoung.
"Mau?" Jeongwoo menawarkan snack yang dibawanya. Banyak sekali snack yang dibelinya. Untuk apalagi jika bukan untuk dimakan saat jam pelajaran.
Doyoung menggeleng, menolaknya.
"Kau sakit lagi?" Tanya Jeongwoo yang melihat Doyoung terlihat sedikit lesu. "Bukannya kau sudah lama tidak check up kerumah sakit?"
Doyoung tak menjawab dan memilih untuk melipat tangannya dimeja dan menenggelamkan diri kedalamnya.
"Yak kau ini apa sudah bosan hidup!" Ujar Jeongwoo.
"Aku ingin mati saja," ujar Doyoung dengan suara kecil. Meskipun begitu, Jeongwoo dengan jelas mendengarnya.
"Tidak ada yang akan senang jika kau mati," ujar Jeongwoo.
"Setidaknya aku bisa bertemu Haruto dan meminta maaf padanya," ujar Doyoung.
"Tidak perlu mati untuk minta maaf. Dia pasti sudah memaafkanmu," ujar Jeongwoo santai sambil mengunyah ciki-cikian nya.
"Darimana kau tahu?"
"Karena Haruto orang baik"
"Kau mengatakannya seolah-olah itu terlibat mudah," Doyoung menegakkan kepalanya. "Tapi hidup tak semudah itu, Park Jeongwoo."
"Hidup itu mudah, kau saja yang membuatnya sulit," jawab Jeongwoo masih sambil mengunyah makanannya.
"Bukan karena hidupmu mudah jadi kau menganggap hidup orang lain sama mudahnya," ujar Doyoung sedikit menaikkan nada suaranya
"Sulit atau mudahnya hidup tergantung pilihanmu," Jeongwoo mulai berhenti mengunyah. "Kau sendiri yang menentukannya."
"Choi Doyoung!" Panggil seseorang tiba-tiba. "Kau dipanggil Ryunjin."
Raut wajah Jeongwoo berubah jadi senyum-senyum sendiri. "Kita lanjut nanti saja," ujar Jeongwoo sambil menepuk-nepuk pundak Doyoung. Tanpa Jeongwoo sadari, Doyoung memikirkan perkataan Jeongwoo tadi.
~~~
"Kau darimana saja?" Tanya Hyunsuk ketika melihat Haruto yang baru pulang kerumah pukul sembilan malam. Haruto memang tidak sekolah disekolah umum seperti Doyoung, dia homeschooling. Bukannya Hyunsuk tidak mau Haruto mengikuti sekolah biasa, hanya saja Haruto memang melewati masa sekolah selama tiga tahun. Tiga tahun dimana dia hidup dijalanan, tidak punya tujuan hidup selain menggambar di bangunan milik orang lain. Karena itu, Hyunsuk menyuruhnya untuk Homeschooling saja. Meskipun begitu, Haruto mengikuti beberapa les diluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER BRIGHT
FanfictionHari ketika semuanya berubah. Hari dimana Hyunsuk merasa benar-benar sendirian. . . . Tentang Hyunsuk, dan segala penyesalannya. Genre : brothership WARN! THIS IS NOT BXB