dimulai

3 2 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhir libur sekolah,sudah hampir dua minggu berdiam diri dirumah,bantu umi di warung,baca wattpad,dan besok hari dimana Alma  menginjak kaki di kelas tiga SMA.

"Al kamu hari ini gak usah ikut umi ke warung ya "pinta bu Basalamah.

"Loh kenapa mi?"tanya nya.

"Besok kan udah masuk
sekolah"ucapnya.

"jadi kamu beres-beres aja perlengkapan buat besok,disiapin dari sekarang.Biar gak kebablasan nyarinya"tambahnya.

"Iy mi"balasnya.

"Yaudah umi berangkat ya, jangan kemana-mana.Assalamualaikum"pamit bu Basalamah.

"Wa'alaikumsalam WarahmatullahiWabarakatuh"jawab Alma.

"Selesai sudah beres-beres buat perlengkapan besok pagi"ucap Alma sambil duduk di atas ranjang berbalut spray  berwarna ungu  hingga menambah kesan cantik dan anggun.

Ia segera mengambil handphone yang terletak di atas meja belajarnya.

"Gabut juga ternyata sendirian dirumah, untung teman setia ku selalu ada"ucapnya tersenyum,sambil membuka logo aplikasi berbentuk seperti huruf w itu.

Wattpad, iya wattpad dia teman setia Alma setelah Sisi dan Ayu.

"Coba aja umi bolehin aku pindah pesantren"ucapnya datar saat sedang membaca wattpad.

Alma sangat suka membaca wattpad, bisa dibilang itu bagian dari salah satu hobinya,setelah fashion show sendiri dikamar, kalau habis beli baju baru.
Alma sangat senang membaca cerita yang berkaitan dengan pesantren.

Gemercik air dari  atas genteng terdengar nyata,karena atap rumah Alma atap (seng)bukan atap (genteng) jadi terdengar sangat jelas kala hujan turun.

"Astagfirullah"ucapnya bergegas keluar mau ngambil jemuran.

"Yaallah cadar" ucapnya sambil balik arah menuju kamar.

"Untung belum buka pintu"syukurnya.

Iya untung dia belum sempat membuka pintu,karena kalau dirumah iya tidak memakai cadar, tidak ada siapa-siapa juga  dirumah,hanya ada  ia dan uminya.

"Untung gak keduluan sama hujan"ucapnya 
setelah menaruh pakaian yang sudah ia angkat sebelum hujan begitu deras.

Derasnya air hujan diiringi dengan petir bersahutan diatas sana.
Perasaan  tidak enak melanda hatinya.
Sesaat Alma kepikiran uminya ,dia sendirian di warung.
Tadi memang dia melarang Alma untuk tidak membantunya di warung.
Tapi perasaan khawatir ini tak bisa Alma   pendam saja tanpa berbuat sedikitpun.

Alma menuju ruang tengah mematikan colokon-colokan tv.

"Al...kalau hujan petir gini colokan tu di matiin,biar gak konslet nanti,gimana sih kamu ini "tuturnya.

Alma  tertawa sumringah kala mengingat hal itu.Saat usianya baru menginjak empat tahun abinya  menasehatinya  dan masih sangat jelas ucapannya kala itu.

"Ahh...aku jadi ingat dia"ucap Alma sedih.

"Abiii!Tak inginkah kau melihatku sukses dulu? Tak inginkah kau melihatku bersanding dulu dengan orang yang aku pilih nantinya? Tak inginkah kau menungguku naik ke pelaminan dulu??" Jelasnya frustasi.Pipi yang saat tadi kering sekarang berubah sembab seketika.
Bulir-bulir air mata masih setia menemani  nya saat ini.

"Yaallah salahkah aku tak bisa menerima takdir-Mu? yaallah maafkan aku"ucapnya lirih.

Sebenarnya Alma sudah ikhlas bahkan sangat-sangat ikhlas.Mungkin bukan didunia ia berlama-lama dengannya.
Tapi saat pikirannya kalut,dan saat kenangan-kenangan terbesit di pikirannya,ia tak bisa menahannya.

SingleillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang