HY - 1. Balas dendam

19 5 3
                                    

"Membuatmu marah memang membuatku bahagia. Tapi melihatmu tersenyum, itu jauh lebih bahagia."

Mentari yang bersinar mengawali pagi yang indah. Ralia sudah siap memulai semuanya saat ini. Seragam yang membalut rapih tubuh mungilnya, sepatu yang pas di kaki, serta topi yang melengkapi dan melindungi dari teriknya sang mentari kini menambah kecantikan gadis dengan rambut yang tergerai sebahu itu. Dia kini Sedang mengikuti rutinitas hari senin di sekolahannya.

"Aaaa..akhirnya selesai juga, lumayan nih kaki gue pegel banget" Ucapnya setelah berhasil keluar dari lapangan seusai upacara.

Ralia kini berjalan menuju kelasnya yang memang cukup jauh jaraknya dari lapangan tersebut.

"RALIAAA..." Teriak Salwa tepat berada disamping telinganya.

"Apa? Gak usah teriak bisakan?" Jawabnya sedikit emosi.

"Iya, maaf. Yaudah ke kelas yuk!" Ajak Salwa.

Ralia dan Salwa kini jalan berdampingan menuju kelasnya yang berada di lantai 2. Saat beberapa langkah lagi Ralia akan sampai dikelasnya, tiba-tiba kakinya menginjak cup minuman yang belum habis. Sehingga air tersebut menyembur ke bagian kiri rok, baju dan wajahnya. Minuman kopi itu pun meninggalkan bercak kotor.

"Andra, lo kan yang sengaja taruh cup disini." Ucapnya sambil mengangkat cup tersebut kehadapan Andra.

"Emang ada bukti?" Tanya Andra dengan santai.

"Udah deh nggak usah bohong. Lo kan yang paling seneng ganggu gue," Teriaknya kembali.

"Lo lucu kalo lagi marah gini," Ucap Andra sambil mencolek dagunya dan berlari dengan kencang masuk kedalam kelas.

"Jijik gue, awas yah gue bakalan balas dendam." Jawabnya sambil berlari menyusul Andra.

Didalam kelas Ralia terus mengejar Andra. Menjambak, menyubit bahkan menyakar adalah hal yang sedang ingin sekali dia lakukan sekarang. Namun sepertinya keberuntungan belum berpihak padanya karena saat ini bel masuk berbunyi.

"Okelah. Untuk kali ini gue nyerah, tunggu nanti." Ucapnya dengan senyum licik.

Ralia pergi menghampiri mejanya, duduk santai disamping Salwa. Sesekali matanya melirik kearah Andra yang berada disampingnya- terhalang satu orang. Sambil memikirkan hal apa yang akan ia lakukan pada Andra.

Miss Shinta baru saja memasuki kelas dengan beberapa buku di tangannya. Kerudungnya yang sedikit maju merupakan ciri khas guru yang bertugas mengajar Bahasa Inggris di SMA Tunas Jaya ini.

"Good morning your all," Sapanya.

"Good morning too Miss," Jawab mereka dengan kompak.

"Ralia please come forward, help me write this on the whiteboard," Perintah Miss Shinta.

"Yes Miss" Ucapnya dengan sopan sambil berjalan kearah meja Miss Shinta untuk mengambil buku dan spidol yang tergeletak disana. Miss Shinta mengarahkan bagian mana saja yang harus dicatat Ralia di papan tulis.

"Sorry Miss. Tapi spidolnya habis," ucap Ralia

"Oh yasudah. Andra tolong kamu isi spidol ini ke ruang TU," Perintah Miss Shinta setelah melihat jadwal piket yang tertempel di dinding sebelahnya.

"Siap bu," jawab Andra.

Andra melangkah kedepan menghampiri Ralia untuk mengambil spidol yang sedang dipegang olehnya. Kemudian dia berjalan keluar menuju ruang TU untuk mengisi spidol yang kosong tersebut.

Beberapa menit kemudian Andra datang dengan spidol yang sudah diisinya. Ralia melihat kalau spidol tersebut diisi terlalu penuh oleh Andra, ide untuk balas dendam pun kini muncul di otaknya.

"Andra bisa tolongin gue buka spidolnya gak? Kok keras yah," Ucapnya kepada Andra yang kini sudah hampir sampai ke mejanya kembali.

"Gak ada tenaga banget sih lo." Ucap Andra sambil berbalik dan menghampiri Ralia kembali.

Andra sedikit kesusahan dengan tutup spidolnya. Ia terus memutar tutup spidol itu ke berbagai arah. Sedetik kemudian tutup itu terbuka dan beberapa tintanya menyembur wajah Andra. Hal itu membuat seisi kelas tertawa dengan keras. Pasalnya wajah Andra kini dipenuhi dengan tinta.

"Lo sengaja yah suruh gue buka spidol ini?" ucap Andra.

"Ko nuduh gue sih. Emang tadi bener kok, tutupnya susah dibuka," elak Ralia.

"Udah-udah kalian itu ribut terus kerjanya. Andra kamu cepet bersihin wajah kamu, dan kamu Ralia sana bantuin Andra buat bersihin noda tintanya. Eva kamu gantiin Ralia buat nulis disini." Miss Shinta mencoba menengahi keduanya, karena Ralia dan Andra memang terkenal sering bertengkar oleh para guru.

Andra yang melangkah pergi keluar dengan disusul Ralia yang terus menggerutu. Mereka berdua telah sampai didepan kamar mandi laki-laki.

"Loh kok berhenti sih?" tanya Ralia

"Terus lo suruh gue buat ikut masuk gitu?" Tanyanya kembali setelah melihat Andra yang memasuki kamar mandi tersebut.

Andra kembali keluar dengan sebuah gayung yang berisi air. Kemudian tangan kirinya menarik Ralia untuk duduk.

"Buruan bersihin wajah gue," perintah Andra.

"Bisa sendiri kali," Jawabnya dengan nada kesal.

"Kan Miss Shinta nyuruh lo buat bersihinnya, lo nggak denger?" Tanya Andra yang mulai emosi.

"Yaudah gak bakalan liat juga," Ucapnya yang masih kekeuh.

"Bersihin atau gue laporin ke Miss Shinta, biar nilai lo dikurangin," Ancam Andra. Miss Shinta merupakan guru yang cukup tegas terhadap nilai, dan Ralia sendiri adalah salah satu murid yang selalu takut jika nilainya akan jelek.

"Iya bawel lo." pasrah Ralia.

Ralia mulai memasukkan tangannya kedalam gayung. Kemudian menempelkan tangannya ke pipi Andra. Jari jempolnya mulai mengusap bagian wajah Andra yang kotor oleh tinta spidol. Tatapan mata mereka saling bertemu, membuat jantung Ralia berdetak sangat cepat. Ada hal yang tidak dapat dia jelaskan. Andra yang terus menatapnya membuat dirinya salah tingkah.

"Aww... pelan aja dong" ucap Andra.

"Siapa suruh manja," Jawab Ralia sambil menjulurkan lidahnya.

"Oh gitu yah. Oke, gua balas perbuatan lo." Andra mencipratkan air yang sudah keruh itu ke wajah Ralia.

Tak mau kalah, Ralia pun kini melakukan hal yang sama. Hingga seragam pun sedikit basah karena ulah mereka sendiri. Keduanya sibuk tertawa seperti seorang anak kecil yang sedang bermain. Hingga tangan Ralia tidak sengaja menekan gagang gayung tersebut cukup keras, dan itu membuat gayung itu melayang ke udara. Air didalam gayung tersebut pun jatuh tepat diatas Ralia.

"Yahhh... " Ucapnya ketika melihat seragamnya yang sudah basah.

"Lo tunggu disini. Gue ke kelas dulu." Andra langsung berlari menuju kelasnya.

Ralia yang belum sempat menjawab pun kini hanya terdiam. Menunggu hal apalagi yang akan dilakukan Andra untuknya. Beberapa saat kemudian Andra kembali dengan jaket ditangannya.

"Lo pake gih, nanti masuk angin" Tuturnya begitu lembut.

"Makasih." Jawab Ralia sambil memakai jaket tersebut.

Andra begitu bahagia ketika melihat Ralia tersenyum kepadanya. Bahkan senyuman itu terukir karenanya.

Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang