TM | Kalender kesuburan dan klimaks wanita

3K 4 0
                                    

Wanita seperti jet coaster. TM pernah bilang begitu. Sebelumnya Tante X1 juga katakan itu. Mulanya bergerak biasa, tapi dalam bercinta perjalanan start landai lebih panjang, padahal menanjak lebih lama. Lalu makin cepat. Cepat. Naik. Tajam. Berputar dari atas ke bawah, lalu landai lagi.

Puncak demi puncak. Itulah bedanya wanita dan pria. Tante X1 ajari aku atur irama. Jangan tancap gas sejak awal start. Biarkan bertahap tahap. Jangan hanya pikirkan kenikmatan diri sendiri.

TM menempuh jalur landai panjang saat start. Lalu klimaks demi klimaks dia raih. Makin cepat dan cepat. Klimaks lagi. Lagi. Dan lagi. Desah, lenguh, jeritan silih berganti.

Aku harus jaga ritme. Tetap menekan kuat dan atur posisi tanpa pemompaan berlebih lebihan. Ilmu Tante X1 memang bukan unfaedah.

Kenalilah kacang wanita. Pahamilah area G. Tekanan dan dongkrak di area G di saat dia seperti meronta di bawah tindihan tubuhku bukanlah karena ingin terlepas, melainkan disebabkan karena naluri wanita dewasa betina sedang menuntun hasrat meraih kenikmatan dengan mengepaskan posisi kacang agar tertekan dan tergesek, juga supaya titik G di dalam liang terdongkrak tertekan...

Klimaks demi klimaks. Sampai akhirnya menjelang klimaks dari segala klimaks. Sementara aku mulai lepas kendali menjadi sedikit beringas dan terus bersemangat. Aku terus bergerak. Terus menekan. Aku merasakan jalur menjepit yang licin, harus hati hati agar lokomotif tidak tergelincir keluar dari rel.

TM selalu katakan menikmati ketika aku tampak seolah beringas saat pacuan hasrat berdua tak kenal titik stop.

TM bukannya diam tapi terus menanjak dan mengimbangi manuver tubuhku. Dia berteriak, menjerit kecil, semoga kamar sebelah di hotel ini tidak mendengar.

Aku merasa saat itu segera tiba. TM merentangkan lengan berlipat penuh. Ketiak bersih putih tampak basah. Aku semakin bergairah. Sempat aku cium dan jilat ketiak bersih berkilat itu. Terlihat tiga titik cupang hangus gelap di antara ketiak dan puting. Aku mulai tak tahan.

TM tengah melesat di atas jet coaster tanpa kendali. Kencang. Mendaki. Akhirnya dia jeritkan namaku, nama sesuatu dari milikku yang sedang dia nikmati, dan ohhhhhh... dia memelukku erat erat. Makin erat. Klimaks tertinggi telah dia raih.

Tapi grafik wanita tak menukik tajam. Bertahap turun melandai.

Belum lagi ujung turunan landai yang menyediakan terminal akhir kelegaan wanita itu dia capai, aku sebagai si lelaki merasa dalam hitungan detik akan meledak.

Aku harus segera cabut diri. Dengan terengah sempat minta izin agar supaya dimaklumi, "Maaf Mbak..."

Dia memelukku. Memahanku. Tak ingin lepaskan aku. Aku melawan. Dalam sepersekian detik menentukan itu pun aku selamat, telah mencabut diri dan memancarlah apa yang tadi dia jeritkan dan minta. Sesuatu yang hanya dipunyai lelaki. Aku merasakan klimaks total. Terkuras tuntas. Sampai tandas.

*****

Ketika badai mereda panjang kian landai dan napas berdua kembali normal, TM menciumku, "Makasih B, kamu inget aku lagi subur makanya kamu cabut."

Aku dan dia sama sama paham apalagi dia. Tidak boleh terjadi kehamilan. Usia 45 masih mungkin terjadi karena dia belum menopause.

Apa kata dunia ketika seorang wanita lajang yang resminya jomblo tiba-tiba hamil pertama kali di usia riskan?

Aku selalu tanya sedang subur atau tidak. Tapi meski tahu sedang subur kadang wanita di puncak gairahnya lupa adanya benih di tubuh pasangan bercinta yang siap melesat karena gerbang kolam terbuka lebar, padahal benih benih tak tampak mata dalam larutan hasrat dan rindu siap balap cepat berenang mencapai finish.

Image: Pexels.com

Catatan Asmara Buaya TengilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang