TM & IN| Payudara kecil bukan masalah

2.1K 3 0
                                    

"Kamu nggak papa susu aku kecil?"
(TM pada awal masa bercinta)

*****

"Nenen aku kecil. Kamu tetap suka kan?"
(IN, pada kali ketiga bercumbu tanpa masukkan punyaku tapi aku lepas bajunya)

TM tanya hanya untuk menggoda karena dia sangat nyaman dan pede dengan tubuh ramping dan bra 32A.

Memang di saat remaja sampai kuliah dia mengaku iri dengan payudara yang lebih besar tapi tidak sebesar semangka bengkak salah bibit, tapi lalu akhirnya sadar dan nyaman dengan ukuran susu sendiri.

"Malah nggak repot kalo lagi nobra," katanya sambil ketawa kecil.

Aku mengamini dengan tindakan sambil berkata, "Ini kecil seksi aku suka. Kecil tapi sensitif dan manja," kataku sambil mengangkat kedua lengan saat dia bersandar di sofa, lalu hidungku menggesek lembut puting kanan di balik tank top tanpa bra.

Hidung menggesek lembut pelan. Dari susu dan ketiak ada bau wangi lembut. Dalam segera puting kanan kiri sudah menonjol dari balik tank top.

Tank top longgar dengan belahan rendah dan lubang besar di lengan baju itu membuat aku kian leluasa tapi aku masih dalam kendali diri. Hanya menggesekkan hidung.

Akhirnya TM tak sabar. Belah depan tank top dia turunkan. Tuing.... Susu segar kenyal dengan puting merah oriental itu pun tersembul.

Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku paham apa yang dia inginkan....

Siang di hari libur diskusi ukuran payudara berakhir dengan tubuh lemas tapi puas, aku dan dia, tapi di tetek dan ketiak putih mulus ada beberapa cupang mungkin sekitar lima.

G-string basah berlendir bening beraroma sedap betina yang tadi aku renggut dan lempar, ternyata akhirnya menutupi piring datar berisi jeruk. Ketahuan ketika aku mau minum meraih gelas jus di meja.

*****

IN di mata orang yang tak kenal dekat adalah wanita pendiam berkamata tebal tapi akhirnya pakai contact lens yang terkesan menutup diri bahkan ada yang menganggap angkuh.

Dalam usia 40 plus dia masih lajang, tiada pacar. Hubungan aku dan dia menjadi dekat dan akhirnya jadi affair karena sebetulnya dari kedua belah pihak ada ketertarikan tapi cuma dipendam.

Topik payudara muncul dalam kesempatan pertama bermesraan karena insiden indah (yang mana nanti aku ceritakan terpisah). Saat itu aku membuka kancing blus, lalu tanganku melepas kait bra di punggung...

Sekian saat aku menciumi lembut puting yang tidak semerah TM, lalu IN yang biasa aku panggil mbak mengikuti kultur korporat di mana dia jadi financial controller tanpa melihat etnis seseorang, menyebut soal ukuran payudara yang 32A.

"Susu Mbak kecil, kencang, indah," kataku. Lalu aku makin nakal. Mengulum puting kiri, sementara jari tanganku satunya meraba lembut, menari pelan, di atas puting dan bukit kecil kanan...

Aku merasakan gairah melonjak seorang perawan tua yang ternyata belum pernah dinakali lelaki dengan kenakalan mesra.

Puting kian mengeras. Sepasang bukit kecil itu menjadi kenyal. Aku bisikkan, "Aku suka payudara Mbak. Indah..."

Blus putih tanpa lengan itu sudah tersampir di sandaran lengan sofa merah. Aku kian leluasa menjelajah tubuh bagian atas. Tidak hanya payudara, puting, leher, tengkuk, tapi juga ketiak yang berbulu pendek karena belum sempat cukur sehingga sempat malu kepada diriku si buaya tengil nakal ini.

Sore dalam insiden indah tak terjadi hal yang jauh. Dia tetap virgin. Dalam percumbuan berikutnya di hari-hari lain dia tetap perawan. Aku ikut menjaga keperawanan IN tapi tetap harus membuatnya melayang terbang lalu terhempas dalam orgasme yang membuat dia ketagihan.

Image: Mojave Mira Photo

Catatan Asmara Buaya TengilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang