03

598 86 43
                                    

Indonesia 14.30

Di dalam kamar terlihat seorang remaja laki-laki yang sedang tidur dengan nyamannya, sayang kenyamanan tersebut berakhir karena adanya suara nyaring dari telepon genggam miliknya. Dengan pelan tangannya meraba sekitar untuk mencari telepon yang suaranya sangat mengganggu itu, mencoba membuka sedikit kelopak matanya untuk melihat sang penelpon remaja laki-laki yang tak lain adalah Vindo seketika terkejut melihat nama si penelpon.

Om Kevlar is calling...

Dengan segera Vindo menggeser ke atas tombol hijau lalu tidak lama terdengar suara Om nya di sana.

"Hallo Vindo."

"Hallo Om."

"Om Mau titip Irin ni di rumah kamu."

Mendengar hal itu Vindo sedikit terkejut dan mendadak pening di saat yang sama, pasalnya sepupu perempuannya satu itu sangat-sangat berisik dan lincah, astaga bisa-bisa nya dia menampung manusaia penuh energi itu di rumahnya.

"Asal ada kompensasi aku sih iya aja om."

Menurut Vindo tidak apa-apa dia menampung satu manusia di rumahnya, lumayan dia juga akan mendapatkan tambahan uang dari Om nya yang kaya itu meskipun dirinya tidak kekurangan uang.

"Kamu tenang saja semua akan di atur oleh Derka, Sebentar lagi dia akan sampai di rumahmu."

Tuttttt

Huh benar-benar mengejutkan, tapi menurut Vindo ada yang tidak beres disini tidak mungkin Irin dengan sukarela di kirim keluar negri oleh Om kevlar dan Tante Ami apalagi Irin di kirim ke Indonesia padahal mereka tau bahwa tempat ini memyimpan setengah masalalu pahit Irin.

Ceklek

"Maaf den di depan ada tamu."

"Bibik ke bawah aja nanti saya nyusul."

Dengan pelan Vindo berjalan menuju tangga untuk mencapai lantai bawah di mana di sana terlihat Irin yang sedang tertidur.

Tapi Vindo merasa bingung mengapa Irin tak kunjung bangun dari tidurnya, padahal Pak Meru yang membopong Irin masuk ke dalam rumah setaunya Irin sangat la sensitif dengan sentuhah orang lain terutama laki-laki.

Mungkin Irin terlalu lelah selama perjalan nya ke Indonesia maka dari itu sifat sensitifnya terhadap sentuhan orang lain tidak kumat, begitulah pikir Vindo.

Berjalan menuju tempat Irin terbaring, Vindo dengan pelan mengangkat Irin untuk memindahkannya ke kamar tamu yang akan menjadi kamar Irin selama di rumahnya.

Setelah merebahkan tubuh Irin di atas tempat tidur tak lupa Vindo melepaskan High hells yang di pakai Irin, Merasa tidak ada lagi hal lain yang bisa di lakukan Vindo pun berencana kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya lagi, jujur saja dia sangat mengantuk sekarang karena malam sebelumnya dia begadang bersama temannya sampai pagi, mungkin dia akan bangun di saat jam makan malam.

******


"eughhhh..."

Setelah mengeluarkan suara khas orang bangun tidur itu, dalam keadaan yang masih rebahan dan mata yang memejam Irin tersenyum sendiri dan berpikir mana mungkin Daddy nya akan mengirimnya keluar negri lihatla dia saja masih tidur di kasur empuknya sekarang ini, ah perutnya sangat lapar sekarang apakah mommy nya sudah memasak tentu sudah kan hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, ah dia sudah tidak sabar untuk bersekolah lagi setelah libur akhir semester ini.

Tapi mengapa mommy nya tidak membangunkannya ya, biasanya pagi-pagi begini mommy nya sudah menggedor pintu kamarnya dan terus berteriak untuk membuat dirinya bangun, apa mungkin mommy lupa hari ini dia mulai masuk sekolah, iya mommy nya pasti lupa, pikir Irin.

Setelah merasa cukup dalam kegiatan rebahan nya, Irin pun mulai membuka mata lalu duduk dan melihat keadaan sekitarnya,tunggu apakah dia membeli perabotan kamar baru ah tidak mungkin perasaan dia tidak membeli perabotan baru tapi mengapa isi kamarnya terlihat berbeda.

mencoba untuk tenang Irin berpikir mungkin dia di tempatkan di kamar tamu karena Daddy dan kedua kakaknya marah terhadapnya yang pulang mabuk kemarin. Tapi rasanya kamar tamu di rumahnya tidak seperti ini astaga apakah Daddy nya benar benar mengirimnya ke luar negri malam itu.

Untuk meyakinkan dirinya sendiri Irin pun berjalan melihat sekitar untuk meneliti dan setelah mengingat-ingat seperti apa kamar tamu di rumahnya ternyata memang ini bukanlah kamar yang ada di rumahnya.

Untuk lebih memastikan nya lagi, Irin pun berjalan menuju jendela yang jaraknya sedikit jauh dari tempat tidurnya. Karena takut Irin pun menutup mata dan dengan perlahan salah satu tanggannya menggeser horden yang menutupi jendela, menarik nafas lalu dengan perlahan membuka matanya lalu tak lama terdengar suara teriakan.

"Aaaaa..." teriak Irin dengan keras.

Irin sangat terkejut mengapa saat ini malam bukannya ini sudah pagi, oh Daddy nya benar-benar mengirimnya keluar negri mengetahui kenyataan ini Irin pun merasa sedih dan terisak kecil, Daddy nya benar-benar luar biasa.

Karena kamarnya yang bersebelahan dengan Irin, Vindo pun terbangun dari tidurnya karena suara teriakan tersebut, Bik Mare yang berada di dapur pun menjatuhkan sendok sayur yang di pegang nya karena terkejut mendengar suara teriakan yang sangat keras dari lantai atas.

Setelah benar-benar terbangun dari tidurnya, Vindo pun dengan segera berjalan menuju kamar Irin untuk melihat kenapa Irin berteriak sangat kencang tadi.

Tanpa babibu lagi Vindo langsung masuk dan memandang sekitar lalu terlihat la Irin yang terduduk di depan jendela sambil terisak kecil. Vindo merasa aneh mengapa Irin seperti orang kaget yang tidak tau apa-apa, apakah ini alasan Om Kevlar menelponnya dan mentipi Irin di sini.

Vindo pun berjalan menuju Irin dan menepuk pelan bahu Irin. Merasa ada seseorang yang menepuk bahunya Irin pun melihat ke belakang dan betapa terkejutnya dia menemukan Vindo si sepupu gantengnya itu.

Irin pun langsung memeluk Vindo dan berkata.

"Vindo..hiks..."

"Eh...eh, lo kenapa anjir."

Mencoba meredakan tangisnya, Irin pun melepaskan pelukannya dari Vindo dan dengan pelan berkata.

"Daddy jahat, gue cuman pergi ke club, minum alkohol dikit, tapi hukuman yang gue terima malah di depak dari rumah."

Setelah mengucapkan itu Irin pun kembali menangis padahal dia tadi sudah meredakan tangisnya.

Vindo yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak, Om nya satu itu memang luar biasa dan Irin anaknya satu ini selalu membuat masalah.

Irin yang mendengar tawa Vindo pun makin mengencangkan tangisnya di saat seperti ini bisa-bisanya Vindo menertawainya.

Karena sadar tangis Irin makin kencang Vindo pun meredakan tawanya dan berkata.

"Ya udah sih terima aja, toh lo juga di titipin ke gue, itung-itung sekalian liburan."

"Tapi gue kangen Mommy hiks."

"Lo kan masih bisa telpon atau vidio call Tante Amy."

"Iya sih tapi rasanya pasti beda."

"Ya jelas beda la, kan itu lewat Handphone Irin pintar"

"Vindo lo emang ya, ahh kesel!"

"Aduh sayang, mending sekarang kita ke ruang makan aja ya, cacing gue udah mau sekarat dari tadi belum di kasih makan."

"Ya udah, ayo makan, tapi gue mau di gendong sampai ruang makan."

"Iya-iya, dasar manja."

Dengan berat hati, Vindo pun menggendong Irin sampai ke ruang makan.

TBC

Terimakasih sudah membaca🙏
Don't forget ⭐


One YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang