05

424 49 18
                                    

Selain rebahan, kegiatan kedua yang sangat menyenangkan adalah makan.

"Aakkk..."

Suara sendawa keluar dari mulut Vindo yang terdengar sedikit keras tandanya dia sudah kenyang atau lebih tepatnya kekenyanggan.

"Masakan Bik Mare emang enak, walaupun masih enak masakan Mama sih," monolog Vindo sambil mengelus perutnya yang kekenyangan.

melirikan matanya ke arah jam yang berada di tembok Vindo pun menghela nafas pelan.

09.10

"Dasar Irin, katanya mau daftar sekolah jam segini aja belum bangun anjir," ucap Vindo menggerutu.

"Eh...Bik."

Pergerakan Bik Mare yang sedang membereskan meja makan pun terhenti oleh suara Vindo.

"Iya, ada apa Den?"

"Tolong masakin bubur ayam ya Bik, soalnya Irin udah biasa makan itu untuk sarapan pagi."

Tadi pagi saat Vindo sedang berjemur di balkon, Tante Ami menelponnya dan memberitahukan bahwa Irin harus makan bubur saat pagi karena itu adalah kebiasaannya disana, mungkin Tante Ami takut Irin tidak terbiasa dan merasa sedih jadi lebih baik mengabarinya untuk memasakan makanan yang sudah terbiasa Irin makan.

"Bik, tolong juga bangunin Irin."

"Non Irin udah dari tadi bangun Den, dia juga tadi mintak masakin bubur ayam sama bibik."

"Kok ngak keliatan dari tadi, sekarang lagi dimana?"

"Itu di pencucian dekat kolam renang, Non Irin lagi nyuci sprei."

"Loh itu sprei kan baru di pakek cepet amat kotornya."

"Non Irin lagi ada tamu bulanan, tadi sih Bibik bilang biar Bibik aja yang cuci, eh Non Irin tetap kekeuh dia aja yang bersihin."

"Oh gitu, ya udah silahkan di lanjut Bik kerjaannya."

Karena penasaran Vindo pun segera menuju kolam renang untuk melihat Irin.

*****

"Astaga, astaga pingang gue rasanya encok."

"satu, dua, tiga, perassssss," ucap Irin bermonolog sendiri.

Dengan sekuat tenaga Irin pun mulai memeras sprei yang kotor akibat tamu bulanannya, karena merasa dia tidak lagi kuat untuk memeras Irin berinisiatif menjepitkan sprei di antara kedua lututnya, dan seketika air dari sprei berjatuhan. Tanpa membuang waktu lagi Irin langsung memasukan sprei yang sudah dia bilas sebanyak tiga kali itu ke dalam baskom bersih, biarlah bik Mare nanti yang menjemurnya.

"Akhirnya selesai."

Dengan satu tangan yang memegang bagian pinggang yang menurut Irin terasa sengal, Irin dengan perlahan berjalan menuju tempat duduk santai yang berada tak jauh dari tempat dia mencuci tadi. Tanpa memikirkan bajunya yang basah akibat mencuci Irin malah langsung membaringkan tubuhnya.

Angin yang mendadak hadir langsung menyapu bagian tubuh dan permukaan mukanya, membuat dia seketika merasa sejuk dan dingin di saat yang bersamaan.

******

Karena malas menghampiri Irin yang sedang sibuk dengan cuciannya, Vindo pun memilih untuk mendudukan bokongnya pada kursi santai yang terletak di dekat pintu yang menghubungkan antara kolam renang dan samping dapur.

Awalnya dia hanya melihat kegiatan yang Irin lakukan dengan bosan sambil memakan chiki-chiki yang sempat dia ambil di lemari pendingin, mengalihkan penglihatannya ke arah lain tetap saja menurutnya itu juga membosankan, mengalihkan lagi penglihatannya ke arah Irin, Vindo pun langsung tertawa ngakak saat melihat apa yang di lakukan Irin. Ya Vindo melihat dengan jelas saat Irin menjepit sprei di antara kedua lututnya.

One YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang