Bab Tujuh

770 154 50
                                    

Sebuah lonceng yang menempel di pintu berwarna cokelat gelap bergoyang sehingga menimbulkan suara dentingan. Seseorang pasti baru saja masuk.

"Selamat datang," sapa ramah seorang wanita berambut cokelat gelap yang mulai beruban seraya tersenyum. Alis wanita paruh baya itu sedikit terangkat begitu mengetahui sosok yang membuka pintu tokonya. "Ah, Nak Dan."

Dan melempar senyum ke wanita itu. "Lama tidak bertemu denganmu, Bibi Camelia," balasnya sembari berjalan ke arah kasir. "Bagaimana kabarmu?"

"Tentu saja baik," jawab Camelia senang. "Kupikir kau tidak akan datang berkunjung karena situasi akhir-akhir ini."

"Hm, yah aku sedikit nekat."

Camelia menanggapinya dengan senyuman. Ia lalu mengarahkan tatapannya pada Celena yang berada di belakang Dan. "Oh, siapa ini? Apakah dia istrimu?"

"Bukan. Dia partnerku."

"Partner? Bukannya itu sama saja? Istri kan partner hidup."

"M-maksudku dia rekan kerjaku."

Dan tidak mungkin bilang kalau Celena adalah partner bertarungnya. Selama ini, Camelia hanya tahu dia adalah seorang pedagang Walta yang suka mengelana. Laki-laki itu memang sengaja menyembunyikan identitasnya sebagai Jenderal Walta karena tidak ingin menimbulkan keributan di kerajaan lain.

Wanita dengan tatanan rambut ke atas ini tersenyum geli melihat sikap salah tingkah Dan. "Baik, aku mengerti."

"Celena, beliau adalah Camelia, pemilik toko roti ini."

Celena menganggukkan kepalanya ke Camelia.

Wanita itu melempar senyum ke Celena sebelum mengalihkan tatapannya kembali ke Dan. "Kau pesan seperti biasa?"

"Iya."

"Kalau begitu tunggulah di ruang khusus. Aku akan mengantar pesanan kalian," ucap Camelia seraya kembali ke tempatnya.

Dan mengangguk lalu berjalan menuju ruangan yang dimaksud. Ruangan itu tidak besar. Mungkin hanya muat ditempati tiga orang saja.

"Memang sedikit sempit, tapi setidaknya privasi kita terjamin," kata Dan seraya duduk. Ia lalu menatap Celena yang duduk di depannya. "Mungkin jubah itu akan sedikit membuatmu terganggu, tapi aku ingin kau tetap memakainya. Kau tahu alasanku memintamu begini, kan?"

Celena mengangguk paham. Dan memang pernah bercerita tentang kepercayaan masyarakat Clarion tentang orang yang memiliki rambut pirang. Mereka percaya kalau orang-orang berambut pirang merupakan keturunan dari Golden King, Louis Elsburg. Meskipun Putri Sierra sudah meninggal hampir setahun lamanya, Dan tidak ingin menimbulkan keributan di distrik perbelanjaan ini dengan kemunculan Celena. Terlebih gadis itu memiliki wajah yang mirip dengan putri itu.

Pintu ruangan itu terbuka. Camelia membawa nampan berisi sepiring pai madu yang masih mengepul dan dua cangkir teh. Wanita itu langsung menata makanan yang ia bawa ke meja.

"Silakan dinikmati," kata Camelia menghidangkan makanan untuk mereka..

"Terima kasih, Bibi Camelia," balas Dan seraya tersenyum. Ia lalu memberikan sepotong pai madu ke Celena. "Ini. Coba makan. Aku yakin kau akan menyukainya sampai-sampai kau bilang ini adalah pai madu terenak di dunia."

Celena menerima pai madu itu lalu melihat sekilas ke Camelia.

"Jangan lupa ditiup dulu. Pai itu baru saja matang. Jadi, masih cukup panas," ucap Camelia.

Gadis berambut pirang itu mengangguk dan meniup-niup pai madu seperti instruksi dari Camelia. Setelah dirasa cukup hangat untuk dimakan, dia mendekatkan pai bertekstur renyah itu ke bibir merah mudanya.

Jilid II. Celena and The Cursed Sisters [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang