Bab Dua Puluh Empat

416 109 44
                                    

Celena terus berlari mengikuti seekor kelinci putih bercahaya yang berlari di depannya. Beberapa saat sebelumnya, kelinci putih itu memanggil Celena dari belakang. Celena yang menyadari suara kecil milik kelinci itu langsung berbalik dan menatap mata kuning muda miliknya. Entah kenapa Celena merasa kalau kelinci itu seperti memberitahunya kalau dia mengetahui lokasi penyimpanan kalung itu.

"Celena, kau mau ke mana?" tanya Mira seraya terus berlari mengikuti Celena dari belakang.

Melihat Celena berlari berlawanan arah dari yang telah mereka tentukan, Mira, Cho, dan Olivia langsung mengikutinya. Tiga persimpangan telah mereka lewati, tapi mereka masih belum mengerti alasan dibalik tindakan Celena ini.

Celena menatap kelinci putih bercahaya yang sedang berhenti sejenak dan menoleh ke arahnya. "Kita hampir sampai."

Mira mengernyit. "Hah? Apa maksudmu? Kita hampir sampai di mana?"

Celena tidak menjawab dan malah berbelok di persimpangan keempat. Dengan sedikit terengah-engah, mereka bertiga mengikuti Celena berbelok dan melihat gadis itu berhenti menatap sebuah stalagmit bermandikan cahaya matahari.

"Wah ...," komentar Olivia seraya berjalan mendekat untuk melihat lebih jelas keindahan alam di depannya.

Mira sedikit menengadahkan kepalanya. Sebuah kalung berwarna perak dengan liontin kristal berbentuk air mata terlihat melingkari puncak stalagmit bermandikan cahaya matahari itu.

"Bagaimana caranya kau bisa mengetahui lokasi penyimpanan kalung ini?" tanya Mira.

Celena menoleh ke Mira. "Ada seekor kelinci yang menunjukkan jalannya tadi."

Mira mengernyit. "Seekor kelinci?"

"Iya," jawab Celena seraya mengangguk. "Kau tidak melihatnya?"

"Celena, aku tidak melihat satu ekor pun hewan di sini," jawab Mira.

Jawaban Mira membuat Olivia dan Cho mengalihkan perhatian pada pembicaraan mereka.

"Tidak ... ada?"

Mira mengangguk. "Kami hanya melihatmu saat berlari tadi."

Gadis berambut pirang bergelombang itu terlihat kebingungan. Ia menoleh ke arah kelinci putih bercahaya yang tadi terduduk di sampingnya. Namun, dia sudah tidak ada di sana mau berapa kali pun Celena mengerjap.

Mira menatap Celena. Ada yang aneh dengan gadis ini. Belum hilang rasa herannya, kernyitan kembali terlihat di dahi Mira ketika gadis itu menyadari kalung Celena sempat bercahaya sebelum meredup.

"Sudah. Jangan perdebatkan hal yang tidak perlu," ucap Cho berjalan mendekati Mira dan Celena. "Kita kembali ke tujuan kita datang ke sini."

Mira mengabaikan sesuatu yang baru saja dia lihat dan menimpali perkataan Cho dengan anggukan.

"Jadi, bagaimana langkah selanjutnya? Apakah kita hanya perlu mengambil kalung yang ada di sana?" tanya Cho.

Celena mengalihkan tatapannya pada kalung yang melingkari stalagmit. "Mira, bisakah kau melemparkan jarum esmu ke sana?" tanyanya sembari menunjuk ke arah stalagmit.

"Ok," sahut Mira. Gadis itu mengarahkan jari telunjuknya ke atas dan sebuah jarum es pipih pun muncul. Sesuai dengan instruksi Celena, Mira melemparkan jarum es yang melayang di udara itu ke arah stalagmit.

"Ah!" teriak Olivia seraya menutup kedua telinganya begitu ledakan yang cukup besar terjadi ketika jarum es Mira menyentuh udara di sekeliling stalagmit berwarna abu-abu muda itu.

"Sudah kuduga kalau ada penghalang tak kasatmata yang melindungi sekeliling stalagmit itu," ucap Celena.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Cho.

Jilid II. Celena and The Cursed Sisters [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang