33. love is gone

19.9K 1.4K 182
                                    


"Disitu ada perbuatan, maka siap akan pembalasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Disitu ada perbuatan, maka siap akan pembalasan." -Bram Meagley.

T

angan Naura bergetar seiring dengan suara isakan yang keluar dari bibir mungilnya. Ia sendiri memutuskan untuk menenangkan diri dengan duduk di taman rumahnya.

Kejadian tadi masih begitu membekas erat di benaknya. Kejutan yang ia berikan untuk Galang malah membuat hati kecilnya terasa sakit. Tidak mudah baginya untuk melupakan kejadian itu. Tadi semua itu adalah puncak dari semua perih yang kian menumpuk. Hatinya sudah berada di ujung tanduk, sekali terkena tiupan angin mampu membuatnya jatuh. Pecah tidak berbentuk dan sukar untuk kembali.

Air matanya malam ini menunjukkan betapa lega dan sedikit tidak rela karena melepaskan laki-laki yang selama ini ia perjuangkan. Senyum getirnya masih terukis di wajah cantiknya serta mata sembab yang mulai membuat iris gelapnya tertutupi.

Naura mendongak kala merasakan air matanya yang hampir tumpah dengan deras. Dihalaunya agar tidak keluar dari pelupuk mata dengan mengipasinya menggunakan telapak tangan.

"Ku mohon berhenti keluar, mulai bahagia dan lupakan dia." Tangannya mengusap air matanya yang meleleh ke pipi.

Naura menatap rembulan yang tampak terang walau dari pantulan di kolam renang. Mengingat kolam, ia kembali teringat saat melepaskan cincin itu dan membuangnya ke dasar kolam. Saat itu ia benar-benar berada pada puncaknya sampai langsung bertindak memutus ikatan pertunangan. Di saat itu pula, saat Galang bertekuk lutut di hadapan Dita dan melamar gadis itu, seketika juga hatinya hancur melebur dengan rasa yang tidak bisa dijelaskan.

Naura tersenyum kecil mengingat semua itu. "Itu tindakan yang bagus, Ra. Aku yakin setelah ini hatimu akan terbebas dari lelahnya perjuangan serta sakitnya hati saat teriris," ujarnya, "Buktikan kalau kamu bisa melewati ini semua. Yang aku harapkan hanya satu. Semoga kamu lekas mengetahui semuanya, Gal. Karena aku udah gak akan menjadi pengganggu hidupmu dan aku akan menjauh jika itu yang kamu mau."

Malam itu akan menjadi saksi bisu atas segala lelahnya perjuangan Naura. Malaikat tanpa sayap itu tidak akan kembali menjalankan tugasnya. Tugas untuk bersabar dalam menunggu. Semua telah berakhir hingga hukum alam yang nantinya berbicara.

******

Bukannya merasa bahagia atas hubungan barunya dengan Dita, Galang malah merasa gelisah. Entah kenapa, ia sendiri masih belum tahu apa sebabnya. Setelah acaranya selesai bahkan sampai pukul 3 dini hari, ia belum juga menutupkan matanya. Sebenarnya ada satu hal yang membuat pikirannya kacau. Naura.

"Kenapa gue gak bisa tidur gini," ujarnya seraya mengusap wajahnya gusar, "Padahal badan gue udah kaya mau patah semua."

Ia melirik ke arah jendela kamar yang suasana sudah sangat gelap. Bahkan suara hewan malam pun ikut menjadi backsound malam itu. Entah mengapa ia jadi teringat tindakan Naura tadi. Galang bisa melihat sorot mata Naura yang sirat akan kekecewaan. Ia masih bisa mengingat bagaimana Naura membuang cincin itu ke dalam kolam ikan. Saat itu Galang seperti tidak melihat sosok Naura di sana, melainkan orang lain yang sangat berbeda dengan kepribadian Naura.

Galang dan Naura ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang