.
.
.
.
"Kenapa semua menangis?" Seokjin mengernyitkan dahinya.
Namjoon mendekat, ia duduk dan mengenggam tangan hangat Seokjin.
"Hyung, berikan kami kesempatan" Ujar Namjoon dengan sedikit terisak.
Seokjin memiringkan kepalanya. Ia bingung.
"Kesempatan? Kesempatan apa?"
"Kesempatan untuk menebus kesalahan kami. Kami menyadari bahwa kami sangat keterlaluan selama ini padamu Hyung" Yoongi kini yang berbicara, ia juga mendekat.
"Begitukah? Kupikir aku hanya membebani kalian saja. Kalau aku tidak ada pun sepertinya tidak akan mengubah apa-apa. Kalian tahu kan aku ini tidak berguna. Sering juga membuat kesalahan. Aku hanya membebani kalian selama ini. Jangan bertingkah seperti ini, kalian terlihat mengasihaniku"
Tajam.
Mereka merasakan itu tajam sekali menusuk hati.
"Maafkan kami Hyung, kami bersalah. Kami selalu egois. Kami berantakan saat kau tak ada, Hyung" Hoseok yang berbicara.
Jungkook sudah ada di sisi Seokjin dan menggenggam sebelah tangannya.
"Hyung, maafkan kami""Hyung, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Kau menyelamatkan hidupku. Aku tahu, kau melakukannya demi aku. Kumohon beri kami kesempatan untuk membalas kebaikanmu" Kini Jimin yang mendekat. Ia sudah menangis.
"Jangan begini. Ini bukan seperti kalian. Aku tahu kalian hanya kasihan saja melihat kondisiku seperti ini. Kalau kejadian ini tidak terjadipun aku sudah akan meninggalkan bangtan. Kalian akan lebih bersinar tanpaku. Aku tahu. Aku sudah menulis pengunduran diriku beberapa waktu yang lalu. " Seokjin melepaskan tautan tangannya dari Namjoon dan Jungkook.
Mereka semua terkesiap dengan apa yang dikatakan oleh Seokjin. Kakaknya benar-benar akan meninggalkan mereka. Sesakit itu kah hatinya dengan apa yang mereka lakukan pada kakaknya sehingga membuat kakaknya tidak tahan dan ingin pergi meninggalkan mereka.
Taehyung menangis tersedu, ia tak tahu harus bagaimana untuk membuat kakaknya agar tetap bersama dengan mereka. Ia tahu kakaknya pasti sudah sangat muak dengan perilaku mereka. Terutama perilaku Taehyung pada kakaknya. Taehyung menatap kakaknya penuh harap.
"Hyung, kami mohon. Berikan kami kesempatan untuk membalas kebaikanmu. Kami ingin membalas semua kepedulianmu pada kami, kami ingin memperhatikanmu. Kumohon Hyung-nim" Namjoon menggenggam kembali tangan Seokjin.
Seokjin membulatkan matanya.
"Memperhatikanku katamu?!!" Seokjin berseru dengan keras. Mereka terkesiap.
Sang kakak tentunya berhak untuk marah. Mereka siap menerima apapun itu. Celaan, umpatan, perkataan kasar pada mereka. Mereka pantas mendapatkan itu dari kakaknya. Bahkan mereka siap dipukul dibagian tubuh manapun. Enam orang yang lebih muda itu menundukan kepalanya.
"Perhatikan dulu diri kalian sebelum memperhatikanku!!" Seru Seokjin.
Mereka mendongak menatap kakaknya.
"Lihat badanmu Namjoon! Kau seperti tidak mandi beberapa hari. Bibirmu kering kau pasti kurang minum. Dan apa itu perban ditanganmu? Pasti kau melukai diri sendiri lagi kan?
Yoongi aku tau kau pasti banyak meminum kopi dan kurang tidur. Lihat lingkaran hitam di matamu kau seperti zombie saja!
Taehyung lihat kantung matamu sudah membengkak seperti itu. Berhentilah menangis, kau bisa sakit kepala dan membuat matamu perih!
Jimin-Jungkook apa kalian tidak makan? Badan kalian sudah terlampau kurus, kalian mau mati huh?! Berapa hari kalian melewatkan makan?.
Hoseok lihat penampilanmu, mana ada artis papan atas sepertimu begitu lusuh, dan lihat wajahmu pucat sekali. Kau berantakan sekali seperti orang sakit!!"Seokjin berceramah dengan sangat cepat dan menggebu tidak memperdulikan kalau rusuknya kembali terasa sakit.
Mereka menganga tidak percaya. Bagaimana bisa kakaknya seperti ini. Seharusnya ia marah dan memaki mereka atau bahkan meludahi mereka. Tapi lihat, mereka mendapatkan ceramah khasnya lagi, ceramah betapa pedulinya Seokjin pada mereka.
Jimin dan Hoseok kembali lagi menyusuti air matanya. Taehyung berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis lagi. Yoongi dan Namjoon masih tak bergeming. Begitupun Jungkook.
"Hyung, kau tidak akan pergi kan?" Jungkook memastikan kembali.
"Mana bisa aku meninggalkan kalian yang seperti ini! Mengurus diri saja tidak becus, bagaimana mau mengurusku dan memperhatikanku. Pembual!" Seokjin mencebik lagi.
Sungguh hati mereka menghangat. Mereka sangat bersyukur memiliki kakak seperti Seokjin. Tak ingin mereka menyia-nyiakan kembali keberadaan Seokjin di sisi mereka.
Namjoon dan Yoongi menunduk lagi dan mulai terisak. Begitu juga yg lainnya. Kecuali Taehyung, karena tadi sudah di omel Seokjin karena sering menangis. Taehyung bisa merasakan tenggorokannya sakit karena menahan tangis.
"Kalian ini senang sekali ya, merepotkan ku"
Mereka mendongak menatap Seokjin yang tengah memamerkan senyumannya.
Lantas Jungkook langsung memeluk Seokjin. Diikuti dengan yang lain. Mereka menikmati momen itu. Mereka memeluknya erat tak ingin melepaskan Seokjin. Mereka tak ingin kakaknya pergi.
"Lepas dong, dadaku sakit. Aku tak tahan lagi" Cicit Seokjin yang sedang kerumuni oleh pelukan-pelukan adik-adiknya.
Adik-adiknya menguar melepaskan pelukannya. Mereka panik. Mereka memeriksa Seokjin dengan seksama bertanya banyak apa yang Seokjin rasakan.
"Hyung tidak apa-apa?!"
"Mana yang sakit Hyung?!"
"Perlu kupanggilkan dokter?"
"Taehyung cepat panggil dokter!"
"Hei kita bisa menekan tombol ini, ini tombol darurat"
"Taehyung cepat!
"Ini susah sekali memencetnya"
"Bodoh kau, sini aku saja"
Dan Seokjin hanya mengulum senyumnya, melihat adik-adiknya. Hatinya menghangat. Ia menggumamkan rasa syukurnya pada Tuhan yang memberikan dirinya kesempatan untuk bersama dengan mereka. Adik-adik yang sangat ia sayangi.
...
Fin
YOU ARE READING
C A R E
FanfictionIya, Seokjin sangat peduli pada adik-adiknya. Tapi bagaimana dengan adik-adiknya. Seokjin hanya mampu menghela nafas dan meremat bajunya. Fiksi Penggemar All Rights Reserved © 2020 Kalajulii