KEKANAK-KANAKAN

4 0 0
                                    

     Ini bukan kali pertama kaki melangkah pergi. Lagi dan lagi membawa sakit, mengagungkan hati yang patah atas rasa sakit yang di terima. Hari ke hari terus berharap keadilan tiba, dan di saat yang sama menerima luka dan luka, dan di saat yang sama pula kebencian kian pekat.

     Kaki kembali melakukan perjalanan. Mata kembali melihat pandangan baru. Jiwa kembali terbentuk. Dan setiap kembali teringat apa yang pernah di beri, api kebencian membara di relung sukma. Membakar hal-hal manis nan indah hingga berdebu tanpa sisa. Hitam dan pekat. Perasaan-perasaan mengutuk mereka seperti mengutuk diri sendiri.

     Lagi-lagi pelarian kembali di lakukan mengatasnamakan luka dari ketidakadilan. Demi ketidakrelaan sebagai pernah di lukai, yang sejujurnya mereka juga harus merasakan. Enggan rasanya menyebut itu sebagai balas dendam. Namun harus di akui, di dalam dendam, ada ego yang begitu besar sebagai ketidakrelaan telah di lukai. Terlebih ketidakadilan sebagai pemicu amarah telah di lukai. Sekilas terdengar seperti kekanak-kanakan, tapi karena hal itu pula membuat diri tidak pernah menyerah.

     Berjalan di atas kebencian, dan itu membuat diri tidak pernah menyerah. Dendam adalah visi kehidupan. Luka adalah kekuatan. Terus menjalani hidup di antara ketidakadilan. Hingga dalam harap, tak ada kata akhir dalam perjuangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BELUM ADA JUDULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang