Anak Baru 1

317 27 38
                                    

Gerimis sedari tadi memeluk kota. Jalanan yang awalnya kering mulai tergenang oleh air. Ndraa mendongak ke arah luar, menatap kepulan awan yang menutup rapat langit biru. Gantian dia menatap jendela mobil di samping nya yang mulai berembun. Diluar sana, banyak murid-murid sekolah yang berlarian masuk ke dalam gerbang, menerjang hujan. Beberapa sedang mengembangkan payung.

"Yaudah, aku turun yah, Pah." Ndraa menyalimi punggung tangan Arya--- Papa nya. Dia mulai menarik gagang pintu mobil. "Hati-hati, Kak!"

Membuka pintu, lantas keluar dari sana. Ndraa sempat melambaikan tangan sampai akhirnya dia mulai berlari ke arah gerbang tanpa mengenakan payung ataupun jas hujan. Bermodal dua telapak tangan, ia lindungi kepala dari miliaran tetes air yang jatuh.

Kilat muncul di sela awan, disusul guntur sekilas. Udara seketika lebih sejuk dari sebelumnya. Juga angin yang dari tadi berhembus menerbangkan anakan rambut. Satu dua kali suara klakson kendaraan yang berlalu-lalang di jalan berbunyi, hampir mengalahkan suara petir yang menyambar.

Sebelum benar-benar memasuki gerbang, Ndraa berhenti sejenak, dia menghembuskan napas. Dia tidak pernah menduga akan menyandang gelar sebagai anak baru di sekolah ini. Sekolah swasta bernama Moonlight High School. Padahal kini dia duduk di kelas sebelas semester dua. Sangat disayangkan memang, namun kasus yang ia buat di sekolahnya yang lama menegaskan dia untuk pindah.

Perdebatan yang terjadi tiga hari lalu menjadi alasan atas apa yang sedang terjadi sekarang.

"Ndraa kan pernah bilang, kepala sekolah disana sering korupsi uang iuran." Tiandra membela diri, tidak mau dirinya disalahkan.

"Mama juga pernah bilang, kalau tugas kamu hanya belajar. Nggak perlu kamu urus uang yang dikorupsi kepala sekolah, biar para wali yang cari bukti dan bawa ke jalur hukum. Tapi kamu tetap ngeyel dan akhirnya, bukannya kepsek yang dipecat malah kamu yang dikeluarkan dari sekolah atas tuduhan pencemaran nama baik. Untung saja mereka tidak membawa mu ke jalur hukum." Wajah Manda--- Mamanya memerah seperti kepiting rebus.

Sedikit mengerikan jika melihat Manda yang sedang terselimuti amarah. Tak heran jika sekarang Ndraa terdiam lemas, menunduk, tidak berani menatapnya walau sedetik.

Arya yang dari tadi hanya diam dan menyaksikan perdebatan akhirnya membuka suara, "Sudahlah, Mah. Tindakan korupsi memang tidak bisa ditoleransikan. Seharusnya kita bangga terhadap Ndraa, dia berani melawan kejahatan."

Senyuman Ndraa mengembang, dia menatap Arya. Akhirnya ada yang membelanya juga. Berbeda dengan Manda yang kini sedang menatap tajam ke arah keduanya.

Merasakan ketajaman dari tatapan yang dilemparkan Manda pada dirinya, Arya segera mengubah topik. "Baiklah, sekarang kamu mau masuk di SMA mana, Kak? Biar papa urus malam ini," tanya Papa.

"Ndraa mau sekolah di Moonlight High School."

Begitulah awalan yang akhirnya membuat Ndraa bersekolah disini.

Dengan rasa penuh percaya diri, ia mulai memasuki gerbang, kawasan sekolah. Masih dengan melindungi kepala dari gerimis. Dia menyipitkan mata untuk melihat sekitar, gerimis membuat jarak pandang menjadi terbatas. Beberapa murid melewatinya begitu saja, tidak peduli dia anak baru atau bukan yang terpenting menuju aula dengan segera adalah tujuan utama mereka saat ini, termasuk dengan pemuda yang barusan menabrak kencang bahu Ndraa.

Tanpa menoleh ataupun minta maaf pemuda itu hanya melanjutkan langkahnya yang terburu-buru. Hingga ia tak menyadari benda kecil terjatuh dari tasnya saat tabrakan barusan. Ndraa menatap ke bawah, mengunci pandangannya pada gantungan kunci puzzle transparan yang tergeletak di tanah. Dengan segera Ndraa mengambilnya, mengejar pemiliknya.

SelenophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang