III ╢ Money is Power

294 38 5
                                    

MARKAS KEPOLISIAN KOREA SELATAN,

SEOUL

DUA BULAN YANG LALU

——

—————

——————————

Seo Seongeun sudah muak dengan wajah kepala kepolisian Seoul yang mengatakan segala sampah yang sebetulnya tak ingin dia dengar dengan nada penuh keramah tamahannya yang menjijikan. 

"Ah, tuan Seo, kebetulan akhir pekan nanti saya akan bermain golf bersama beberapa anggota Dewan. Ikutlah dengan saya. Yah, lagipula ini langkah yang bai—"

Ucapan pria berkepala lima yang rambutnya sudah memutih itu dipotong setelah Seongeun menyesap tehnya. Meletakkan cangkir porselen itu pada tatakannya, Seongeun tersenyum tipis.

"—Terima kasih atas tawarannya, ketua Heo." Pria itu tersenyum hingga matanya menyipit. "Akan tetapi, saya tidak yakin bila anggota Dewan itu akan senang melihat Ketua membawa seorang rakyat biasa seperti saya," jawabnya merendah diri.

Ketua Heo tertawa mendengar respon Seongeun, namun sedikit merasa kesal karena ucapannya dipotong oleh pria yang diperkirakannya sebaya dengan putra bungsunya. Menghela napas, dia tersenyum lalu menatap bocah dihadapannya lekat-lekat. Seumur hidupnya, baru kali inilah ketua Heo dihadapkan oleh seorang pebisnis muda yang akhir-akhir ini dengan rajin menemuinya.

Sempat terbit sedikit rasa takut pada ketua Heo akan aura yang dimiliki bocah dihadapannya ini. Akan tetapi, ketua Heo bukanlah orang yang mudah merasa terintimidasi, lebih-lebih dikarenakan seorang anak laki-laki yang baru membuka matanya kepada dunia.

"Tuan Seo," panggil pria itu dengan nada yang datar.

"Anda tahu? Ada dua macam orang yang biasanya membuatku jengkel. Coba tebak, orang macam apa itu?"

Seongeun tidak menduduki pantatnya disini tanpa alasan. Dia tak akan mungkin rela mendengar seorang pria tua mengoceh tentang kejayaannya di masa lalu. Akan tetapi, pria tua ini memberinya umpan. Sejatinya kail harus selalu mengait pada mulut ikan, bukan?

Pria berambut hitam yang disisir rapi itu tertawa kecil. Itu adalah tertawaan membuat suasana ruangan kerja Ketua Heo semakin mencekam. Didalam hati, dia menyumpahi pria tua itu berkali-kali dan berjanji suatu hari akan mengakhiri hidupnya jika ada kesempatan.

"Orang yang membuang-buang waktu Anda?" sejenak ia terdiam. "Ah, Anda tau, pepatah lama. Waktu adalah uang dan... Anda memerangi kejahatan? Yah, Anda kan polisi!"

Ketua Heo tersenyum miring mendengar jawaban asal-asalan yang meluncur dari Seongeun. Sebetulnya, Ketua Heo itu memperkirakan jawaban remeh Seongeun. Ketersinggungannya semakin menjadi-jadi. Bocah dihadapannya ini menganggapnya hanyalah sebuah candaan belaka.

Inikah yang diajarkan sekolah pada generasi sekarang? Ah, Ketua Heo tidak merasa heran. Berdasarkan informasi yang dia dapatkan, jelas sekali tertera jika Seo Seongeun hanyalah bocah tamatan sekolah menengah. Sepertinya, Ketua Heo harus mendisiplinkan seseorang seperti apa yang kerap dilakukannya dulu.

"Tidak." Sahutnya dengan dingin, lalu bangkit dari kursi kerjanya yang empuk.

Seongeun mendongakkan kepalanya, menantang Ketua Heo. Dia sengaja membuat dirinya sendiri nampak bodoh dan kurang ajar untuk memancing kemarahan orang tua itu. Ah, sejatinya semua orang memang sangat mudah terprovokasi, jadi persetan dengan usianya.

𝙏𝙝𝙚 𝙒𝙤𝙧𝙡𝙙 𝘽𝙚𝙩𝙬𝙚𝙚𝙣 𝙐𝙨 | Seo SeongeunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang