[6] Masa lalu biarlah menjadi kenangan

17 4 0
                                    

dia tak akan membiarkan ku tenang untuk sesaat

-Felix-

.
.
.
.
.

Retha POV

Evan ngajak gue ke rumah nomor 34. Kata Evan rumah disini hampir ada 200, gue akui memang disini tenang, sejuk, dan tentunya luas. Ada peternakan sapi, domba, dan ayam. Selain itu disini ada hutan mangga, disebut hutan mangga karena hutan itu terdapat banyak pohon mangga.

Ini adalah pertama kalinya gue kesini dan bertemu langsung dengan Felix. Waktu gue pertama kali masuk sekolah ini rumor-rumor tentang Felix hanyalah anak angkat dari seorang pengusaha yang terkenal dengan sebutan clubing man, gue terkejut ya kenapa sih anak angkat mesti dimanfaatin? Dimanfaatin dalam hal semacam pembunuh bayaran, hack akun, bahkan sang papa malah menyarankan untuk meminum wine yang kadar alkoholnya sangat tinggi agar tidak banyak beban yang dipikirkan.

Gue sedih banget sih sama cerita-cerita masa lalu Felix. Walaupun Felix suka bully dan disebut sebagai pembunuh, dia tak pernah mau untuk membunuh orang tua kandungnya. Papa tiri Felix katanya pernah mendorong mama kandung Felix dari roof top gedung perusahaan papa kandung Felix dan muncullah berita tentang seorang anak mendorong mama nya dari roof top hingga jatuh ke lantai paling bawah dengan keadaan yang mengenaskan. Kabarnya kepalanya pecah, mukanya rusak (sudah tidak berbentuk), dan kaki yang membengkok dengan jari tangan yang hampir patah. Bahkan di bagian mata terdapat bekas serpihan kaca yang sudah tertancap mendalam.

Kalau menurut pengamatan gue, gak mungkin kalo seorang anak membunuh mama nya tanpa alasan. Felix juga sudah dicek oleh dokter tentang syaraf juga ia baik-baik saja dan tak ada kelainan maupun cacat. Kasus ini sudah lama ditutup sejak kematian papa kandung Felix di Bali. Dan kasus ini udah gue tandai sebagai kasus yang lumayan mengganjal dan tentunya orang akan percaya dengan mudah karena pada saat melakukan otopsi, polisi tidak menemukan satupun sidik jari yang menempel pada mayat mama Felix. Bahkan orang-orang sempat berpikir bahwa pelaku di balik pembunuhan itu adalah Felix anaknya sendiri. Felix juga sedang memberikan klarifikasi soal keterlibatannya dalam kasus ini. Felix hanya mengatakan, "Jadi begini kronologisnya, pada saat saya keluar dari perusahaan untuk mencari makan siang tiba-tiba saja ada yang membekap saya dari belakang dan penglihatan saya langsung memburam. Nah-- saat saya membuka mata, saya sudah berada di roof top perusahaan dan anehnya saya melihat seorang pria memakai jubah biru Dongker dan mama saya tepat berada didepan pria itu dengan posisi si pria berjubah itu membelakangi saya dan mama berada di belakang pembatas sebelum akhirnya ia di dorong oleh pria berjubah itu. Setelah mendorong mama saya, dia langsung membuka ikatan ditangan saya dan kaki saya. Waktu itu saya diikatkan pada tiang yang lumayan kuat dan setelah itu polisi datang dan saya dicurigai atas kematian itu. Karena yang di perusahaan itu hanya ada saya, mama, dan cleaning servis yang bertugas."

Gue akui dia itu memang hebat. Dia bisa sangat tegar menghadapi hujatan dan makian banyak orang. Tapi, ada kalanya dia menjadi lemah untuk sesaat.

∆∆∆

"Lo mending jangan masuk deh" Evan mengutarakan isi hatinya karena ia merasa ada yang tak aman jika Etha masuk sekarang

Kemudian Etha bertanya kepada Evan, "lhoh memangnya kenapa? Ada yang lo sembunyikan dari gue ya??"

Tidak ada jawaban dari Evan dan Etha langsung nyelonong masuk kedalam rumah nomor 34. Jangan ditiru ya tentang Etha yang memasuki tempat tinggal orang tanpa mengetuk dahulu itu gak baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE DEMONS: That crazy man must die Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang