Hampir 10 menit Retha dan papanya telah melewati area taman depan komplek. Saat Retha ingin mengganti lagu yang diputar, ia melihat ada sekitar 15 siswa/siswi SD yang sedang berjajar rapi untuk menyebrang jalan. Awalnya Retha terlihat biasa-biasa saja, namun perlahan ia sadar bahwa mobil yang mereka naiki akan menabrak siswa/siswi yang tengah menyebrang. "Pa!" Nando tak bergeming ketika Retha memanggilnya "Pa!" Nando tak bergeming lagi ketika Retha memanggilnya untuk yang kedua kalinya.
"PAPA MINGGIR KITA AKAN NABRAK MEREKA!" teriakan Retha mampu membuat Nando tersadar dari lamunannya
Retha yang tersadar akan hal itu langsung merebut dan menggerakkan steering wheel yang Nando pegang untuk menepi.
Dan...
....
Brukk
Alhasil mobil yang mereka naiki menabrak beberapa batang pohon yang akhirnya batang pohon tersebut tumbang. Nando yang masih terlihat panik akibat kesalahannya memegang rambutnya frustrasi dan merutuki dirinya. Kenapa ini semua terjadi! Aku hampir saja membuat mereka kehilangan nyawa! Kalau bukan karena Etha yang menyelamatkanku tadi, pasti aku hari ini sudah berada di balik jeruji besi.
"Pa udah... kita lanjutin perjalanannya pelan-pelan saja. Etha takut papa kenapa-napa." Nando mengangguk pelan.
∆∆∆
Setibanya di depan gerbang sekolah, Retha turun dari mobil Lamborgini papanya dan menasihati papanya agar tidak melamun jika sedang menyetir.
Nando menganggukkan kepalanya dan segera meninggalkan Retha tempat di depan gerbang sekolah. Retha yang melihat papanya telah melajukan mobilnya menuju kantor segera memasuki sekolah.
Langkah pertama memasuki area halaman dikejutkan dengan pemandangan yang mengerikan. Banyak makhluk menyeramkan yang turun menatap tajam Retha, mulai dari kehilangan salah satu organ tubuh, berbentuk setengah hewan, serta yang sudah tak berbentuk.
Mereka menatap horor Retha yang sedari tadi menundukkan kepalanya karena risi.
Sesampainya di kelas pun Retha tetap menundukkan kepalanya, hingga Anya sahabat Retha pun mulai bertanya. "Retha, kok lo nundukin kepala? Apa ada masalah? Apa lo sakit?" "Lo pusing atau demam?"
Huft
"Berhentilah menanyaiku secara beruntun Anya!" Bentakan Retha mampu membuat Anya diam tak bergeming.
"Maaf. Gue ga papa kok... Jangan khawatir. Gue ga sakit dan gak ada masalah... cuma gue tadi sedikit pusing gara-gara papa ngebut hehe." Anya menatap sipit ke arah Retha yang tertawa garing dan berjalan melewati Anya menuju bangkunya.
"Oh ya, gue mau ngomong," ucap Retha dan Anya bersamaan
"Lo aja yang ngomong duluan Nya"
"Lo aja Reth"
"Lo Nya"
"Lo"
"Lo"
"Lo"
"Lo Jasmine Retha Ericson!"
"Huft... Ya udah gue dulu. Nya gue mau bilang kalo besok gue pindah ke Bandung." raut wajah Anya terlihat cemberut "Pliss, lo jangan marah ya," ucap Retha memohon "Lagian gue baru tau kemarin dan itupun mendadak." Anya tertawa cekikikan membuat Retha mengernyit heran
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEMONS: That crazy man must die
Horor[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Jasmine Retha Ericson adalah remaja SMP yang baru saja pindah ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya. Ia terus berpindah-pindah sekolah karena pekerjaan papanya yang terus-menerus berpindah. Retha terkenal anak yang pendi...