4

162 17 1
                                    

Renjun duduk di bangkunya, menunggu akan kehadiran gurunya. kelas itu amat ramai, suara anak anak mengobrol bisa bisa menembus atap sampai ke lantai tiga sekolah.

"gurunya mana sih?" Renjun dengan pelan menenggelamkan kepalanya ke meja. sudah siap terjun ke alam mimpi, tiba tiba terdengar suara dari alat pengeras suara di kelasnya.

"hai hai hai, kami OSIS ingin memberitahu guru guru sedang rapat di sekolah lain untuk membeli alat alat yang tak diperlukan untuk kalian"

terdengar tertawaan yang nyaring membuat kelas sehening kuburan. "ahahaha baik, karena tak ada pembelajaran. maka kami mau main dulu dengan kalian"

"untuk angkatan tujuh belas, kita ke aula yaaa..." suara kakak OSIS itu terdengar amat mencekam.

Renjun tertegun, angakatan tujuh belas berarti angkatannya. tak berpikir panjang, seluruh anak di dalam kelas keluar termasuk Renjun.

"Renjun!" Renjun menoleh "Chenle? Jisung?" kedua lelaki berdiri di koridor tak jauh dari dirinya

"hah lo udah kenal ama Jisung?" Chenle menatap Renjun menyelidikinya.

"jangan iri kau" Renjun cekikikan, Jisung akhirnya menarik keduanya ke aula. di aula terdapat kursi yang berjejer rapih. sungguh aneh, sepertinya hari ini tak ada jadwal apa apa.

"Jisung- sepertinya kita harus duduk" Renjun kebingunan menatap Jisung yang diam mematung. 

"gue ngerasa ada yang salah, njun" Jisung berbalik dan mengikuti Renjun serta Chenle yang telah duduk manis

mereka akhirnya duduk, tetapi ada keganjilan. mereka bertiga terlihat dijauhi oleh anak anak lainnya. bahkan sampai sampai di sebelah Renjun masih ada dua kursi kosong.

"apa yang salah dengan mereka?" Chenle bertanya halus. 

Jisung menatap ke anak anak lain, mereka tampak ketakutan. "mereka takut sama gue" jawab Jisung dingin

"halo?" sebuah suara dari pengeras suara terdengar. spontan seluruh siswa terdiam dan melihat ke depan, seorang murid yang semua orang tau siapa namanya tengah berdiri di depan. Na Jaemin, tengah tersenyum ganjil.

"hai semua, pasti kalian kenal sama gue kan?" Jaemin mengeluarkan gummy smile miliknya. semua anak langsung mengangguk, seperti terhipnotis oleh Jaemin. 

"oke jadi kalian di sini buat kita ngerayain sekolah kita sudah menjadi sekolah terbaik di Korea selama tujuh belas tahun. yey" Jaemin bertepuk tangan walaupun tersirat rasa malas dalam tepukan itu. seluruh anak ikut bertepuk tangan, tentu saja Renjun juga ikut bertepuk tangan.

"oke jadi kita nyiapin hadiahnya untuk kalian" Jaemin mengeluarkan seringai tipis. "semoga kalian menikmatinya"

Jaemin turun dari panggung, berjalan ke belakang panggung. tiba tiba saja lampu dimatikan, seluruh anak saling memandang satu sama lain. mulai mengobrol bertanya tanya apa yang akan terjadi berikutnya. tetapi pertanyaan itu terjawab saat entah dari mana terdengar suara ledakan dari arah kelas mereka. 

mereka semua kaget bukan main, banyak dari mereka berlindung dibawah kursi mengucapkan doa agar tak terjadi apa apa. beberapa dari mereka juga mencoba lari, miris pintu serta jendela telah terkunci rapat dari luar. sisanya hanya bisa berpelukkan dengan teman di sampingnya sambil menangis karena sudah berpikir yang tidak tidak.

sementara itu, Jisung hanya duduk santai menatap kosong ke panggung. 

"lo kenapa diem aja? kita bakal mati sung?!" Chenle berteriak menggerak gerakkan tubuh Jisung panik.

"jangan seperti anak kecil le" Jisung memberi senyuman merendahkan

sementara kedua temannya tengah berbincang, Renjun termenung. 
ada yang salah di sini, tapi apa itu? Renjun termenung mencoba berpikir jernih. tunggu bukannya Jaemin turun dari panggung lalu ia belum muncul lagi? berarti mungkin saja ia dapat bertanya kepada Jaemin apa yang terjadi.

ℝ𝕖𝕘𝕚𝕞𝕖 || 𝓝𝓸𝓡𝓮𝓷𝓜𝓲𝓷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang