BAB 1

9 3 0
                                    

Menantimu mungkin sudah menjadi candu.

Pagi hari yang sangat indah, mentari tak nampak malu memancarkan sinarnya, di saut dengan kicau burung yang merdu menambah suasana ceria pagi di tepi kota. Seberkas cahaya mengusik tidur tenang seorang gadis lugu penanti janji kekasih hati.

“Naressss, bangunn nak masa kalah sama ayam jago” Teriak bunda dengan keras.

Sementara di dalam kamar, gadis yang baru saja terkumpul nyawa nya menjawab teriakan bunda nya dengan lemah 

“Nares bangun bunda, tunggu sebentar."

Nares pun berjalan dengan gontai menuju kamar mandi nya untuk melakukan ritual pagi dan panggilan alam. Sama dengan pagi pagi sebelumya, gadis ini akan menuju balkon sambil mengembangkan senyumnya meyakinkan dirinya sendiri bahwa kekasih hatinya akan kembali di sisi nya.

“Pagi bunda cantik, masak apa hari ini?”

“Pagi juga anak cantik, bunda masak sop nih sarapan dulu yuk.”

“Siap bundaaa.”

Kedua nya pun larut dalam suasana menikmati sarapan pagi, hanya suara dentingan sendok yang mendominasi pagi ini.

Awal hari sudah dimulai, mengendarai vespa kesayangan, dan tak lupa menjalankan pekerjaan menjadi penulis sesuai cita-citanya, namun hidupnya merasa masih kurang karena tidak adanya seorang kekasih hati yang sudah lama ia nanti hadirnya kembali. Membelah dingin nya angin pagi di jalan raya, sampai juga dia di depan kantor kecil pencipta mimpi-mimpi nya.

“Humm, aku sudah jadi penulis tapi kau tak kunjung menepati janjimu, aku rindu” gumam Nares menahan rindu.

Pagi ini seperti biasa, Nares yang terkenal ramah itu pun memasuki kantor dan disambut para rekan kerja nya, yang di sambut hanya membalas dengan senyum yang indah. Mengetik kata demi kata menjadikan sebuah naskah cerita, setiap hari di lakukan nya tanpa lelah, sapuan angin dari pendingin ruangan menganggu sebentar fokus Nares pada naskah nya, beranjak mengambil minuman untuk sekedar melepas penat dan dahaga.

Hari berlalu begitu cepat rasanya, seharian ini di habiskan Nares di depan laptop kesayangan nya. Sinar senja yang perlahan mulai menyorot melalui bilah jendela ruang kerjanya, membuat Nares mengingat satu hal bahwa senja nya telah tiba, artinya sudah ribuan hari senja nya di lewati tanpa seorang kekasih hati, senja nya yang indah terasa hampa dengan sebuah janji yang masih dijaga dengan rapi. Sejenak termenung, ia pun merapikan barang-barang nya untuk segera beranjak pergi ke batas kota menanti janji pemilik hati.

Ku Tunggu Kau di Batas KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang