30

16.2K 1.9K 835
                                    

⚘Chapter.29
__________



Detik jam terasa sangat lambat bagi Jimin yang sedari tadi duduk menunggu di depan sebuah ruangan rumah sakit. Sudah cukup lama Namjoon masuk untuk memeriksa Nara, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda dokter itu akan keluar.

Ketakutan mencengkram hatinya melebihi beban pikiran yang juga tertuju pada Jungkook. Ia akan menerima jika Jungkook akan menghukumnya setelah ini karena telah melanggar perjanjian. Ia akan menerima semua kemarahan pria itu. Fokus utamanya sekarang sedang tertuju pada kondisi Nara. Ia bahkan menolak saran dari salah seorang pengawalnya untuk memeriksakan diri karena sempat kesakitan selama perjalanan menuju rumah sakit.

Jimin tidak akan tenang sebelum mengetahui kondisi ibunya. Merasa sangat bersalah menjadi penyebab Nara harus dilarikan kembali ke rumah sakit. Ia tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya atas semua kekacauan yang terjadi ini. Jika saja ia lebih berhati-hati dan tidak ceroboh, jika saja ia mendengarkan bibi Lee untuk tidak pergi, maka kejadian ini tidak akan terjadi.

Jantung baru ibunya tidak akan bermasalah dan Jungkook juga tidak akan mengetahui kepergiannya dari mansion.

Kenapa dua masalah besar ini harus terjadi secara bersamaan?

Jimin saling meremas kedua tangannya di atas pangkuan seraya terus berdoa dalam hati. Berharap Namjoon segera keluar dari pintu ruang instalasi gawat darurat dengan membawa berita yang tidak terlalu buruk.

"Anda tidak bisa membawa tuan."

Suara keributan yang tiba-tiba terdengar tidak jauh dari tempatnya, membuat Jimin menoleh. Namun matanya langsung terbelalak melihat lima pria yang tengah beradu argumen.

Jimin menjadi lebih panik ketika mengenali salah seorang dari kelimanya. Masih mengingat jelas siapa pria yang dengan tegas dan tanpa takut berdiri di depan kedua pengawal Junghwa.

Wonho, pria yang dulu pernah ditugaskan untuk mengawasinya. Namun ia tidak pernah melihatnya lagi semenjak Jungkook sendiri memutuskan menetap di mansion.

Jimin berdiri dari kursi tunggu. Sudah mengetahui pasti kedatangan pria itu bukanlah sesuatu yang baik.

Pandangan Wonho beralih tertuju pada Jimin. "Anda harus ikut bersama kami. Ini perintah langsung dari tuan," katanya.

Tentu saja mereka datang untuk membawanya pergi.

Jimin langsung menggelengkan kepalanya dan bergerak mundur. Ia tidak bisa ikut bersama mereka, tidak sekarang disaat dirinya tidak tahu pasti kondisi ibunya.

"Tuan Jeon sudah memerintahkan kami untuk tidak membiarkan siapapun membawa tuan pergi, sekalipun itu perintah langsung dari putranya sendiri." Salah satu pengawal Junghwa langsung menahan Wonho yang hendak menghampiri Jimin.

Wonho mengabaikannya dan tetap menatap tegas Jimin yang berdiri jauh darinya. "Saya sarankan sebaiknya anda mengikuti perintah tuan dan kembali ke mansion, ini demi kebaikan anda sendiri. Saya yakin anda lebih tahu itu."

"A-aku tidak bisa pulang sekarang. Aku harus menunggu ibu..." Air mata kembali mengalir di wajah Jimin.

Melihat tugasnya tidak akan berjalan mudah, Wonho lantas memberikan perintah lewat matanya pada dua pria lain yang ikut datang bersamanya.

Pengawal Junghwa dengan keras tidak membiarkan itu terjadi. "Kami disini diperintahkan menjaganya. Jika dia tidak ingin pergi, maka anda tidak bisa memaksa."

Rasa takut terpancar dari mata Jimin melihat kelima orang yang berdiri berhadapan itu. Sama-sama tidak mau mundur dalam menjalankan tugas mereka. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menghentikan isakannya.

Cold Hearted ∥ KM ✓ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang