12

16.4K 1.8K 249
                                    

Chapter.11
__________



Derap langkah kaki terdengar di sepanjang lorong rumah sakit. Pria muda itu berlari terburu-buru menuju salah satu ruang pasien. Nafasnya terengah-engah diiringi keringat yang menetes di wajahnya. Namun ia tidak peduli, tujuannya saat ini adalah tiba di ruangan sang ibu sebelum semuanya terlambat.

Ia bahkan tidak repot-repot mengganti seragam cafe yang masih terpasang di tubuhnya. Raut panik bercampur khawatir menghiasi wajahnya ketika hampir tiba di ruangan yang dituju.

Di depan sana, terdapat seorang wanita yang tengah beradu mulut dengan dua orang lain berseragam.

"Seulgi!" panggilnya, mengeraskan suaranya hingga ketiga orang di sana menoleh serempak ke arahnya.

"Jimin, akhirnya kau datang!" Seulgi segera menghampiri temannya itu. Kepanikan yang ia tunjukkan tidak jauh berbeda dari Jimin.

"Mereka bilang akan mencabut semua alat di tubuh bibi dan memindahkannya ke ruang biasa," jelasnya.

"Kami sangat menyesal melakukannya, tapi kami tidak memiliki pilihan lain. Anda tidak melunasi semua pembayaran sesuai tanggal yang sudah dijanjikan. Jadi dengan sangat terpaksa kami harus menahan seluruh pengobatan nyonya Park," ucap salah satu perawat wanita yang berdiri di sana.

"Jimin, kenapa kau tidak menceritakan padaku kalau kau dalam kesulitan? Aku bisa membantumu."

Jujur saja Seulgi mengerti mengapa Jimin enggan meminta bantuannya namun melihat keluarga itu dalam kesulitan, ia tetap ingin membantu walau tidak seberapa. Ibu Jimin sudah sangat baik padanya dan adik-adiknya. Setidaknya ia ingin berbalas budi.

Beberapa saat lalu ketika dirinya mengunjungi Nara, ia dikejutkan dengan kedatangan dua orang perawat yang tiba-tiba mengatakan akan melepas semua alat medis yang terpasang pada tubuh wanita tua itu. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi dan langsung menghubungi Jimin yang sedang bekerja.

"Tidak bisakah aku mendapatkan sedikit waktu lagi? Aku berjanji akan segera melunasi semuanya tapi tolong, jangan menghentikan pengobatan ibuku," ucap Jimin pada kedua perawat di depannya.

"Kami minta maaf, tapi rumah sakit tidak bisa terus mentolerir keterlambatan pembayaran."

"Kau bisa memakai uangku dulu, Jimin. Aku memiliki simpanan dan ku rasa itu cukup untuk menutupi tagihannya."

Jimin menatap Seulgi, terkejut ketika mendengar tawaran itu. Ia memang bisa mengambilnya namun rasanya sangat salah. Ia tahu bagaimana Seulgi berjuang dengan kebutuhan sehari-hari serta biaya adik-adiknya, jadi tidak mungkin ia tega meminjam darinya. Terutama juga karena akan dibutuhkan waktu baginya untuk mengembalikan uang itu. Ia tidak bisa membuat mereka semakin kesulitan hanya karena dirinya dan sang ibu.

"A-aku tidak bisa Seulgi, aku tidak ingin kalian─"

"Kami harus menyelesaikan pekerjaan kami, permisi."

"T-tunggu sebentar! Tolong jangan lakukan ini, kalian lebih tahu kondisi ibuku akan memburuk tanpa semua alat bantu itu." Jimin mencoba menghalangi kedua perawat itu seraya memutar otak memikirkan jalan keluar.

Jika saja rumah sakit setidaknya mau memberinya waktu sampai minggu depan, ia mungkin bisa melunasi seluruh sisa pembayaran. Ia sudah berniat meminjam uang sekali lagi pada atasannya di cafe namun sayangnya hari ini bosnya sedang keluar kota dan baru akan kembali satu minggu lagi.

Sudah berbagai cara ia coba lakukan untuk mendapatkan uang dengan cepat namun tidak ada yang berhasil. Bahkan kemarin ia hanya mendapatkan perlakuan rendah dari seorang tuan muda yang ingin meminjam tubuhnya untuk melahirkan seorang anak.

Cold Hearted ∥ KM ✓ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang