35

18.8K 2.1K 1K
                                    

Chapter.34
__________



Saat itu tengah malam ketika Jimin merasakan tendangan cukup keras di dalam perutnya yang membuat matanya langsung terbuka dengan nafas terengah-engah.

"Jangan lagi…" Ia meringis pelan. Meraba-raba perutnya dimana ia bisa merasakan pergerakan acak dari permukaan kulitnya.

Masih dalam keadaan mengantuk, ia membuka selimut dan berhati-hati menggeser dirinya untuk mencari posisi yang lebih nyaman. Berharap mereka akan segera tenang dan berhenti menendang secara bersamaan seperti ingin merobek perutnya. Namun hanya gerakan kecil, tiba-tiba saja ia merasakan rasa sakit lain yang lebih tajam di sekitar perut bawahnya yang membuatnya langsung terjaga.

"A-akhh… sakit…" Ia bergerak duduk perlahan seraya memegangi perutnya. Rasa sakit itu menyebar dengan cepat ke area punggung bawahnya hingga membuat matanya berkaca-kaca. Ia bahkan tidak bisa lagi membedakan apakah itu dari pergerakan bayinya atau tidak.

"A-apa yang salah…" Jimin menekan kepalanya ke bantal dan merengek ketika rasa sakitnya tidak kunjung hilang.

Tangannya berubah gemetar. Ia memang pernah mengalami kontraksi beberapa kali, namun ini berbeda. Ia bisa merasakan ada yang salah. Ini terlalu menyakitkan untuk dikatakan hanya sekedar kontraksi biasa.

"B-bibi…" Ia mencoba memanggil dengan lemah.

Jantungnya mulai berdegup kencang ketika memikirkan sesuatu yang buruk terjadi pada bayi kembarnya. Keringat perlahan menetes di pelipisnya.

"B-bibi… noona…" Jimin mengeraskan suaranya di antara rengekan dan ringisan sakit.

"Paman! Bibi Lee, tolong!" Isakannya berubah menjadi tangisan. Pegangannya pada perutnya mengerat. Merasakan sakit yang tidak biasa itu bertambah buruk.

Ia merasa panik, takut, dan khawatir. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya jadi ia benar-benar tidak mengerti kenapa tiba-tiba perutnya sangat sakit.

"S-sakit… hiks… bibi! Tolong, bibi…" Jimin merasa putus asa. Mencoba untuk mencari bantuan namun setiap gerakan terasa lebih menyakitkan.

"Noona!" teriaknya sekuat tenaga. Berharap Heeyeon yang lebih dekat dari kamarnya bisa mendengar.

Di tengah kepanikan dan tangisannya, ia mendengar pintu kamarnya terbuka dengan suara cukup keras. Kemudian disusul oleh suara panik Heeyeon yang memanggil bibi Lee dan Junghwa.

"Jimin-ssi, apa yang terjadi?" tanya Heeyeon yang menjadi lebih panik karena tangisan kesakitan pria di tempat tidur itu.

Jimin meraih tangan Heeyeon dan berpegangan pada tangannya cukup erat. "T-tolong, noona…"

"Ada apa ini?" Bibi Lee bergegas mendekati keduanya.

"Bibi… hiks… s-sakit… p-perutku, bibi… hiks… tolong…"

"Astaga ya Tuhan, nak…"

Bertepatan saat itu Junghwa datang. Terlihat juga sama khawatir dan paniknya mendengar tangisan keras Jimin.

"Tuan, kita harus membawa Jimin ke rumah sakit," ucap bibi Lee langsung.

Junghwa menahan pertanyaan di lidahnya dan langsung bergerak mengambil kursi roda yang memang akhir-akhir digunakan oleh Jimin ketika tidak mampu lagi berjalan karena kaki bengkaknya.

Cold Hearted ∥ KM ✓ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang